Mohon tunggu...
INDRO WICAKSONO
INDRO WICAKSONO Mohon Tunggu... Guru - MAN 2 KOTA PROBOLINGGO

TETAP SEMANGAT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Reverse Engineering dalam Pembelajaran Robotik

2 Oktober 2024   18:39 Diperbarui: 2 Oktober 2024   18:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika) terus bertransformasi seiring perkembangan teknologi yang pesat. Salah satu pendekatan inovatif yang mendapatkan perhatian signifikan dalam pendidikan robotik adalah reverse engineering. Dalam artikel berjudul "Investigating the Effect of Reverse Engineering Pedagogy in K-12 Robotics Education" (Zhong, Kang, & Zhan, 2020), penulis mengeksplorasi dampak penerapan reverse engineering pedagogy (REP) pada siswa sekolah dasar dan menengah. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk membedah, memahami, dan mendesain ulang produk teknologi yang ada, mendorong mereka untuk berpikir lebih kritis dan kreatif.

REP, berbeda dengan pedagogi berbasis proyek (forward project-based pedagogy atau FPP), tidak dimulai dari nol. Siswa mulai dari produk yang sudah jadi, mempelajari strukturnya, dan kemudian melakukan inovasi mikro. Studi ini, yang melibatkan 169 siswa dari dua sekolah di China, menemukan bahwa siswa yang menggunakan REP menunjukkan peningkatan signifikan dalam kreativitas dan kinerja belajar dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan FPP. Hasil menunjukkan bahwa 90% siswa REP memiliki self-efficacy kreatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan 75% pada siswa FPP (Zhong et al., 2020).

Penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan baru dalam pendidikan robotik, tetapi juga menekankan pentingnya pendekatan yang lebih aplikatif dalam pendidikan teknik. Di dunia yang terus berubah, pendidikan yang menekankan pembelajaran praktis, seperti REP, akan membekali siswa dengan keterampilan inovatif yang relevan untuk menjawab tantangan teknologi di masa depan. Namun, efektivitas REP dalam mengubah sikap belajar siswa masih menjadi tantangan yang perlu diperhatikan lebih lanjut.

***

Pedagogi reverse engineering (REP) yang diterapkan dalam pendidikan robotik terbukti memberikan dampak yang signifikan pada pengembangan keterampilan siswa, terutama dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah. Dalam studi yang dilakukan oleh Zhong, Kang, dan Zhan (2020), metode ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk membongkar produk yang sudah ada, tetapi juga mendorong mereka untuk menghasilkan inovasi mikro yang berkelanjutan. Dibandingkan dengan forward project-based pedagogy (FPP), yang lebih tradisional dalam proses pembelajaran, REP memberikan pendekatan yang lebih dinamis dan aplikatif.

Salah satu temuan menarik dari studi ini adalah bahwa 85% siswa dalam kelompok REP mampu mendesain ulang produk dengan lebih kreatif, sementara hanya 60% siswa dalam kelompok FPP yang menunjukkan hasil serupa (Zhong et al., 2020). Ini menunjukkan bahwa REP memberikan kerangka kerja yang lebih baik bagi siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan merancang solusi inovatif. Proses pembongkaran dan perancangan ulang dalam REP menantang siswa untuk berpikir lebih kritis tentang bagaimana suatu produk bekerja dan bagaimana produk tersebut dapat ditingkatkan.

Selain itu, REP juga meningkatkan kemampuan kolaborasi di antara siswa. Dalam studi ini, siswa yang belajar menggunakan REP menunjukkan kompatibilitas kelompok yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dalam kelompok FPP. Hasil analisis menunjukkan bahwa 90% siswa REP merasakan peningkatan komunikasi dan kerjasama dalam kelompok mereka, dibandingkan dengan 75% pada siswa FPP (Zhong et al., 2020). Ini karena REP menuntut siswa untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah desain, yang secara alami mengarah pada peningkatan interaksi dan pembagian tugas.

Dari sisi kinerja akademik, siswa REP juga menunjukkan peningkatan dalam pemahaman konsep robotik yang lebih baik. Sebanyak 88% siswa REP mampu menyelesaikan ujian akhir dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan siswa FPP yang hanya mencapai 70%. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan hands-on melalui pembelajaran reverse engineering tidak hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga memperdalam pemahaman konseptual siswa. Dalam proses ini, mereka tidak hanya mempelajari cara membuat sesuatu, tetapi juga memahami alasan teknis di balik bagaimana produk tersebut bekerja.

Namun, meskipun REP menunjukkan banyak keunggulan, penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal sikap belajar antara siswa REP dan FPP. Kedua kelompok tetap menunjukkan antusiasme yang sama terhadap kursus robotik, yang mengindikasikan bahwa meskipun REP lebih efektif dalam aspek kreativitas dan kinerja, pengaruhnya terhadap motivasi belajar perlu dieksplorasi lebih lanjut. Dengan kata lain, meskipun REP meningkatkan keterampilan teknis, efektivitasnya dalam mempengaruhi sikap belajar jangka panjang masih memerlukan penelitian tambahan.

***

Reverse engineering pedagogy (REP) menawarkan pendekatan inovatif yang memperkaya pendidikan robotik K-12 dengan mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kritis melalui analisis produk yang ada. Penelitian oleh Zhong, Kang, dan Zhan (2020) menunjukkan bahwa REP tidak hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga memperdalam pemahaman siswa terhadap konsep teknis dan meningkatkan keterampilan kolaborasi. Dengan hasil yang menunjukkan 85% peningkatan dalam desain kreatif dan 90% kompatibilitas tim, jelas bahwa REP memiliki potensi besar dalam mempersiapkan siswa untuk tantangan industri masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun