Dalam dunia pendidikan abad ke-21, pendekatan berbasis desain semakin menjadi pusat perhatian sebagai metode inovatif untuk mengajar, terutama dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Pendekatan ini menekankan pada cara berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah, yang dikenal sebagai Design Thinking Mindset (DTM). Di Thailand, reformasi pendidikan yang dimulai pada tahun 2018 melalui strategi nasional 20 tahun (2018-2037) menjadikan pendidikan STEM sebagai prioritas utama. Hal ini tidak hanya mendorong siswa untuk lebih terlibat dalam proses desain teknik, tetapi juga mengharuskan guru untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses ini.
Artikel oleh Ladachart, L., Ladachart, L., Phothong, W., dan Suaklay, N. (2021) yang dipublikasikan dalam Journal of Physics: Conference Series memberikan kontribusi besar dengan mengembangkan dan memvalidasi kuesioner untuk mengukur DTM di kalangan guru sekolah dasar Thailand. Mengingat bahwa konsep DTM masih relatif baru dalam konteks pendidikan dasar, instrumen yang mampu mengukur kemampuan ini sangat dibutuhkan. Penelitian ini melibatkan dua kelompok guru, masing-masing berjumlah 70 dan 68 orang, yang mengikuti lokakarya pembelajaran berbasis desain dan diukur menggunakan kuesioner yang dimodifikasi setelah melalui beberapa tahap validasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru di Thailand masih dalam tahap penyesuaian dengan tuntutan baru ini. Dengan hanya enam komponen utama yang berhasil diukur dari total 24 item kuesioner, penelitian ini menjadi langkah awal yang sangat penting untuk memahami sejauh mana guru di Thailand siap mengimplementasikan pendekatan berbasis desain dalam kelas mereka. Adapun reliabilitas instrumen yang dikembangkan juga menunjukkan hasil yang cukup baik, dengan nilai koefisien alfa Cronbach di atas 0,7 untuk sebagian besar item.
***
Penelitian yang dilakukan oleh Ladachart et al. (2021) merupakan langkah penting dalam memahami sejauh mana DTM telah diadopsi oleh guru sekolah dasar di Thailand. Dengan jumlah peserta sebanyak 138 guru, penelitian ini berhasil mengidentifikasi enam komponen utama yang menjadi indikator DTM, yaitu "kenyamanan dalam menghadapi masalah", "empati terhadap pengguna", "kesadaran akan proses", "kerja kolaboratif dengan keberagaman", "orientasi pada pembelajaran", dan "kepercayaan diri kreatif". Komponen-komponen ini sejalan dengan karakteristik DTM yang umum dijumpai di berbagai studi internasional. Salah satu temuan utama penelitian ini adalah bahwa meskipun banyak guru memiliki kemampuan empati yang baik dalam memahami kebutuhan pengguna, komponen terkait kreativitas dan orientasi belajar masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Salah satu hasil penting dalam penelitian ini adalah tingkat reliabilitas instrumen yang cukup tinggi, dengan nilai Cronbach's alpha sebesar 0,958 untuk keseluruhan skala. Ini menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan cukup konsisten dalam mengukur DTM pada guru sekolah dasar. Namun, terdapat beberapa komponen yang memiliki tingkat reliabilitas lebih rendah, seperti komponen "optimisme", yang hanya mendapatkan nilai 0,685. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dalam persepsi guru mengenai pentingnya optimisme dalam proses berpikir desain, dan ini bisa menjadi tantangan dalam memodifikasi instrumen tersebut untuk ke depannya.
Selain itu, proses validasi kuesioner ini juga melibatkan penyesuaian dari bahasa Inggris ke bahasa Thailand, yang dalam beberapa kasus menyebabkan perubahan makna pada item-item tertentu. Misalnya, item yang awalnya terkait dengan "kerja tim" setelah diterjemahkan menjadi lebih mengarah pada "orientasi pembelajaran". Fenomena ini menunjukkan pentingnya pemahaman kontekstual dalam mengembangkan instrumen pengukuran psikologis di lingkungan pendidikan, terutama ketika budaya dan bahasa berbeda.
Selain dari aspek teknis pengukuran, penelitian ini juga menyoroti bagaimana guru Thailand berjuang untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan baru dari reformasi pendidikan. Sejak reformasi B.E. 2561, para guru diharuskan mengintegrasikan proses desain teknik dalam pengajaran mereka, yang mencakup eksperimen, penciptaan prototipe, hingga pengumpulan umpan balik dari siswa. Ini merupakan perubahan besar bagi banyak guru yang sebelumnya lebih terbiasa dengan pendekatan tradisional dalam pengajaran sains dan matematika.
Tantangan yang dihadapi guru di Thailand ini memberikan gambaran yang relevan bagi negara-negara lain yang juga sedang melakukan reformasi pendidikan berbasis STEM. Kemampuan untuk mengukur dan memahami sejauh mana DTM telah diadopsi oleh guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan implementasi pendidikan berbasis desain.
***
Penelitian yang dilakukan oleh Ladachart et al. (2021) memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan instrumen untuk mengukur DTM di kalangan guru sekolah dasar. Kuesioner yang dihasilkan berhasil mengidentifikasi enam komponen kunci yang dapat digunakan untuk menilai kesiapan dan kemampuan guru dalam mengimplementasikan pendekatan berbasis desain di kelas. Meski penelitian ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, masih ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut, terutama terkait dengan komponen yang memiliki reliabilitas rendah seperti optimisme. Penelitian lanjutan dengan populasi yang lebih besar dan metode yang lebih mendalam, seperti analisis faktor, akan sangat membantu dalam menyempurnakan instrumen ini.