Mohon tunggu...
indriyas
indriyas Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

ibu rumah tangga, blogger, content writter, freelancer http://www.indriariadna.com http://meubelmart.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengaruh Edukasi dan Kemiskinan Terhadap Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Mental

24 Juli 2016   23:54 Diperbarui: 25 Juli 2016   00:30 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal sangat banyak manfaat apabila kita mengajarkan ketegasan kepada anak-anak, contohnya :

[+]  Anak-anak yang menjadi korban penculikan, kemungkinan tidak atau belum di ajari orang tuanya untuk berkata tidak saat menerima ajakan atau menerima sesuatu barang dari orang asing yang tidak mereka kenal.

[+] Seks pra nikah, terjadi karena salah satu pihak tidak bisa berkata 'tidak'

Mengajari anak untuk lebih terbuka dan komunikatif dengan orang tua. Data dari Kementrian Kesehatan di bawah ini dalam hal kesehatan reproduksi, anak-anak cenderung untuk menanyakan perihal reproduksi dan hal-hal tentang seksualitas kepada sesama teman dari pada bertanya kepada orang tua sendiri.

teman-diskusi-reproduksi-5794f22386afbd3b3cf4bf70.jpg
teman-diskusi-reproduksi-5794f22386afbd3b3cf4bf70.jpg
Bukankah sama dengan orang buta yang bertanya arah jalan kepada orang buta ? Bisa kita bayangkan ?

Seandainya anak-anak 'dekat' dengan orang tua sedari kecil baik secara mental maupun fisik, mereka pasti tidak akan sungkan untuk menanyakan hal-hal tentang kesehatan reproduksi dan seksual serta hal-hal lain yang ingin mereka ketahui kepada orang tua.

Biasanya yang terjadi adalah, ayah dan ibu sibuk bekerja sehingga anak tidak mempunyai tempat curhat yang bisa di percaya. 

  • Memberikan perasaan dan lingkungan yang nyaman dan terlindungi kepada anak sehingga anak tidak perlu mencari rasa aman di tempat lain.
  • Mengajarkan kepada anak bahwa menikah dan berkeluarga membutuhkan biaya yang besar dan tidak bisa di bayar hanya dengan 'cinta'. Saat seseorang berkomitmen dan memutuskan untuk berkeluarga maka dia harus siap untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarganya. Seperti biaya pembelian rumah, biaya rumah sakit, biaya listrik, biaya air, biaya sekolah anak dll.
    Cinta adalah perasaan sementara dan cinta harus di biayai dengan tanggung jawab penuh. Tidak bisa di kredit dan tidak bisa di cicil.

    Menurut saya, perkembangan reproduksi dan perkembangan mental pada anak remaja seringkali memang tidak klop waktunya. Seringkali mereka mengalami masa pubertas atau kematangan organ-organ reproduksi terlebih dahulu. Sementara mental dan pikiran mereka masih mental anak-anak.

    Anak-anak perempuan yang menikah sebelum waktunya atau sebelum mereka dewasa, bukan hanya merenggut masa kanak-kanak mereka tetapi juga berisiko bahwa mereka bisa terkucil dari masyarakat, putus hubungan dengan orang tua, teman-teman mereka dan sumber-sumber lain yang bisa mendukung mereka. Mereka juga hampir tidak mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang layak,  apalagi pekerjaan.

    Di sisi lain, ibu-ibu muda yang memang masih berumur sangat muda tersebut berkemungkinan lebih besar untuk melahirkan anak-anak yang lebih banyak. Mereka harus mengurus lebih banyak anak di usia mereka yang masih sangat muda.


  • Seperti roda yang selalu berputar, antara kemiskinan, pendidikan yang rendah, akan menghasilkan keturunan dan generasi yang juga akan mengulangi hal yang sama dengan yang di lakukan orang tua mereka. It's a pattern of life.

  • Mari bersama-sama kita mengubah pola hidup yang sudah ada menjadi pola hidup generasi yang lebih baik lagi untuk Indonesia yang lebih hebat.

    Sumber : Unicef - WHO - Kementrian Kesehatan RI - BKKBN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun