Sepenggal kisah saat malam takbiran. Â Allohu akbar.. Allohu akbar... Allohu akbar... Laa illaha illohu akbar... Allohu akbar walillah ilham... Gema takbir berkumandang di seluruh penjuru baik kota maupun desa. Masyarakat bersemangat untuk merayakan hari kemenangan 1 syawal 1444 Hijriyah. Semoga ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Alloh SWT. Semoga kita dapat beribadah lebih baik lagi. Tahun depan semoga Alloh SWT. menakdirkan kita untuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan dalam keadaan yang lebih baik untuk menyambut dan beribadah di bulan Ramadhan.Â
Saat malam takbiran kemarin, putra saya bersama teman-teman sepermainannya bersemangat mengumandangkan gema takbir di mesjid deket rumah. Saking semangatnya mereka melaksanakan takbiran mulai dari bada sholat jum'atan. Anak-anak melaksanakan takbiran secara bergantian. Anak-anak mengenakan pakaian koko. Ada yang menggunakan celana panjang dan juga yang menggunakan sarung.Â
Anak-anak mengumandangkan takbiran sampai adzan maghrib. Mereka istirahat untuk berbuka puasa terlebih dahulu. Setelah berbuka puasa anak-anak melanjutkan kembali  untuk mengumandangkan adzan kembali. Namun, sekitar pukul 20.00 aliran listrik di daerah saya mati. Anak-anak pun istirahat dulu. Aliran listrik menyala kembali, sekitar pukul 20.30 anak-anak pun melanjutkan untuk takbiran kembali.Â
Saya hanya mengizinkan putra saya takbiran sampai pukul 22.00. Alasan saya memberikan batasan waktu ini, karena pertimbangan agar putra saya tidak kesiangan untuk melaksanakan sholat idul fitri.Â
Gema takbir mengajarkan anak-anak untuk semangat beribadah dan mensyiarkan nilai-nilai agama.Â
Semoga kita tahun depan ditakdirkan untuk bertemu bulan Suci Ramadan dalam keadaan yang lebih baik dari tahun sekarang sehingga dapat beribadah dengan baik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H