Mohon tunggu...
Singgih S
Singgih S Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Omo Sanza Lettere Disini http/www.kompasiana.com/satejamur

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ini Fakta Petani Palawija Bisa Dapat Cuan Gede

14 Agustus 2024   06:25 Diperbarui: 14 Agustus 2024   06:45 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun kacang panjang, dok. Pribadi

Kenapa gejolak harga dua komoditas kacang panjang dan mentimun ditingkat petani kadang dihargai diatas  Rp 5.000/kg, lalu anjlok dibawah Rp  2.500/kg, malah kadang tidak laku.

Gejolak harga terjadi tidak lepas dari permainan para tengkulak serta perilaku para petani pemburu rente, ketika mengetahui harga jual di tingkat petani lagi tinggi mereka jor2an menanam kacang panjang / mentimun dengan berbagai luasan dan wilayah tanpa kendali serta panen bersamaan hingga tidak terserap pasar yang berujung berlakunya hukum ekonomi, harga anjlok bahkan tidak laku.

Namun ada istilah mati satu tumbuh seribu petani yang terus menanam sayur kacang, berharap mendapat cuan. 

Benarkah tanam kacang panjang cuannya tinggi, saya telah bertemu dan ngobrol dengan salah satu petani yang mendapat cuan dari tanam kacang panjang pula mentimun lalu saya coba tulis buat sinau nulis, sumber tidak mau di ekspos.

Petani palawija pun berkisah, pada mulanya petani padi dan telah melakoninya bertahun-tahun tanam padi di sawah sepetak dan selalu hasilnya hanya cukup untuk persediaan makan keluarganya selama satu musim tanam padi, bila ada sisa dijual. 

Hingga disuatu waktu bertemu temannya petani palawija yang lumayan sukses lalu belajar dari dasar hingga pemasaranya serta belajar dengan petani palawija lainnya yang dikenalnya dan beruntung rencana tersebut didukung adiknya yang punya sohib karib jadi juragan besar sayur mayur di pasar induk Cikopo pun mendorong alih fungsi sawah jadi kebun sayuran serta menjamin menampung hasilnya.

Singkat cerita, mulailah sawah di sulap jadi buludan2 mengikuti konstur petakkan asalnya, disambi menyiapkan pupuk kandang dan membuat ajir. Semua pekerjaan dikerjakan bersama adiknya dan kadang istri dan tetangganya ikut membantu buat ajir.  

Bambu didapat dari kebun milik sendiri, sedang pupuk kandang dari peternak domba milik tetangganya dan semua gratis jadi tidak dihitung biaya dan waktunya.

Entah makan waktu berapa hari serta habis biaya tenaga kerjanya berapa? Tahu2 buludan selesai di tebari pupuk kandang berkarungkarung lalu di aduk2 rata dan siap pasang mulsanya.

Seingatnya keluar modal pertama beli 3 roll mulsa hitam 'Bell' harga @ Rp 600.000,- sedang beli benih kacang panjang, pupuk NPK,  pestisida dan herbisida habis total Rp 1.8 juta.

Sedang biaya perawatan berupa menanam, merambatkan, memupuk dengan cara kocor, semprot, menyiangi gulma dan petik, dikerjakan berdua adik dan kadang istrinya, wajar jadi bingung ketika ditanya berapa total pengeluarnya apalagi pekerjaan tersebut disambi bekerja di tempat lain.

Namun adiknya membocorkan dengan ilmu kira2 biaya mulai dari awal merintis hingga selesai petik kacang panjang diperkirakan antara 12 s.d. 14 juta. 

Hanya hasil pemetikkan dan penjualan tercatat sedari awal hingga akhir petik dan saya lihat total 9.800 kg. 

Sedang harga jual tercatat fluktuasi antara Rp. 4.000/kg, Rp 5.500/kg dan Rp 7.000/kg, dan saya buat rata2 harga jual di kebun Rp 5.500/kg

Masih menurut cerita adiknya, dapat harga diatas Rp 4.000/kg karena bisa jual langsung pada sohib karib jadi juragan juragan sayur di pasar induk Cikopo, tanpa tengkulak dan kebetulan sayur kacang suplaynya dari berbagai daerah sedang kurang. 

Dari catatan tersebut, saya coba hitung pendapatannya berdasar harga jual rata2 Rp 5.500/kg 9.800 kg = Rp. 53.900.000/musim. Laba bersih Rp. 53.900.000 - Rp 14.000.000 (invest) = Rp.39.900.000/musim, cuan luar biasa hanya dari tanam satu musim 90 hari coba bandingkan dengan tanam padi, jauuuh.

Kebun kacang panjang, dok. Pribadi
Kebun kacang panjang, dok. Pribadi

Petik perdana umur 40 h hari setelah tanam (HST) dan setelah itu petik tiap 2 hari tanpa jeda, sedang puncak panen antara umur 48 s.d 70 HST setelah itu mulai menyusut akhirnya pohonnya mati.

Sayur Kacang Panjang, dok. Pribadi.
Sayur Kacang Panjang, dok. Pribadi.

Tidak sekali dalam satu lahan mendapat cuan gede, setelah tidak produktif lahan segera dibersihkan dari tanaman kacang panjang sedang ajir tetap ditempatnya lalu dibuat lobang baru disebelah ajir persiapan tanam 7.000 pohon mentimun.

Pengeluaran biaya2 seperti bayar TK buat lubang baru, semprot, pemupukkan, petik, serta beli benih mentimun, pupuk NPK, ZA, TSP, Pestisida dan herbisida tidak tercatat dan hanya berdasar ingatan  total sebesar Rp 3.5 juta untuk satu musim tanam mentimun.

Penjualan tercatat sedari petik perdana hingga tidak produktif lagi total 12.6 ton, harga jual di tingkat petani fluktuatif Rp 2.500/kg, Rp 4.000/kg dan Rp 6.000/kg, jika di hitung rata2 di harga Rp 4.166/kg. Jadi pendapatan dari tanam mentimun total 12.600 kg x Rp 4.267/kg = Rp. 52.491.600,-.

Dari penghasilan tanam didapat laba Rp 52.491.600 - Rp 3.500.000 (invest) = Rp 48.991.600,- luar biasa cuannya dari tanam kedua di lahan yang sama, tanpa mengeluarkan biaya membuat bedengan, ajir, tebar pupuk kandang, pasang mulsa.

Keberuntungan ber-turut2 mereka bertani palawija didukung pemasaranya yang langsung ke juragan sayur mayur di pasar induk tanpa perantara tengkulak, adiknya pun menuturkan sering didatangi para tengkulak namun ditawar dengan selisih dua ribu rupiah, contoh di induk terima harga Rp 4.000/ kg, sedang para tengkulak mau beli di kebun dengan harga separonya Rp 2.000/kg dengan dalih harga lagi turun dan buat ongkir. 

Penghasilan dari petani sayur mayur jika hasil panen tanaman kacang panjang dan mentimun mendapat harga jual di tingkat petani selalu diatas Rp 4.000/kg, bisa dipastikan dapat cuan gede, bisa beli motor dan perkakas rumah tangga serba baru, tertarik (SS).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun