Kawan kompasianer apa kabar, lama saya tak berbagai cerita atau sekedar menulis alias asal menulis. Maklum kawan, ini terkait kemampuan saya tak sanggup menggeluti dua pilihan antara olah kuliner dan olah kata, keduanya bagi saya adalah seni yang satu seni mengolah bahan dan rempah, satunya lagi seni olah kata kata hingga tersaji berasa segar dan bermafaat.
Kawan kali ini kebetulan ada waktu senggang guna mengolah kata menjadi cerita, sebenarnya sudah basi namun tak apalah dari pada tak memanfaatkan karunia-Nya saya punya jejemari guna berbagi.
Kawan, ini sekedar cerita pembuka selama ini saya menggeluti kuliner olah jamur baik buat bakso jamur, sate jamur, jamur kriuk dan olahan jamur lainnya, sering pula dapat orderan ngirim ke luar kota. Kadang diajak ikut mengisi acara-acara kuliner, termasuk bila ada pelatihan budidaya jamur dan bahkan pernah jadi narasumbernya.
Kali ini kawan, saya diajak jawara jamur Mas Taufikurokhman, SE pemilik Agro jamur Pabuaran, si pemasok rutin kebutuhan jamur segar warung saya. Diajak jualan olahan jamur dan jamur segar di acara pelatihan budidaya jamur di Pendopo Si Panji Purwokerto, tanggal 23 Maret 2016, pukul 8.30 hingga 12.00 WIB.
Tentu kawan, kehadiran saya ‘membawa’ mata dan telinga yang menangkap dan mendengar berbagai suasana di dalamnya yang menarik, bagi saya lho.. Para peserta budidaya jamur seratus persen para ibu-ibu muda dan SBY (separuh baya) dan hadir 95 peserta, biasanya didominasi laki-laki.
Kawan, saya tiba lebih awal di TKP guna persiapan lapak bersama satu rekan Mas Harry mahasiswa Unsoed jurusan Perikanan yang tinggal tunggu wisuda, Dia hobby olah kuliner. Mendekati acara ruang terbuka (Pendopo) mulai ramai bak tawon madu masuk sarang. Tak seperti biasa, kali ini hidung saya menangkap harum semerbak mewangi berbagai aroma tubuh menyeruak bak aroma terapi, dan terlihat wajah-wajah cantik sumringah para peserta. Namun bukan itu kawan ceritanya, mari kembali ke suasana pelatihan….
Kawan, tentu sudah paham dalam acara-acara suatu pertemuan apa saja, tentu dimulai doa, kata sambutan, dan pembukaan. Kali ini pun sama, disini saya tidak kutip pidato-pidato dan nama-nama mereka, sudah saya tulis di note hp jebule tak tersimpan. Inti pesan mereka yang tersisa dalam memori kuping saya: Para pesertanya dapat menambah wawasan, dapat menjadi solusi untuk menambah penghasilan dan dapat pula ditularkan kepada keluarga, saudara maupun teman sehingga akan bermanfaat.
Lanjut kawan, sesi berikutnya diisi narasumber si jawara jamur Mas Taufikurokhman, SE. Beliau mengisahkan pergulatan panjang menggeluti jamur, hingga berdirinya Pusat pelatihan pertanian pedesaan (P4S) Agro jamur Pabuaran Purwokerto sejak tahun 1991. Lebih lanjut membeberkan materi pelatihan, seperti kewirausahaan, mengenal dunia jamur, media tanam dan alat-alatnya, membuat media jamur (baglog) dan pasteurisasi. Cara menanam bibit jamur (inokulasi) dan lainnya hingga para peserta diajak praktek.
Tentu kawan, dalam sesi ini diselingi tanya jawab peserta. Saya terperanggah kawan, para peserta antusias bertanya cukup mendetail, pertanyaan seperti: Apa bisa budidaya dalam skala rumah tangga, kendala, manfaat, kelebihan, kelemahan, pemasaran dan olah jamurnya sampai ke hal perbadingan harga, kandungan gizi dengan sayur, daging ayam, telor dan lainnya. Kawan, saya lihat dan dengar narasumber dengan sabar menjelaskan satu persatu pertanyaan peserta hingga tuntas dan saya lihat waktu di hp dari pukul 09.15 hingga 11.00 jawaban belum tuntas di pending masuk ke sesi pelatihan yang di pandu Husni Aminudin, Amd dan Ridwan, mulai dari persiapan alat dan bahan hingga pasca panen, selesai praktik dilanjut penjelasan terkait praktek. Maaf kawan disini tak saya kutip penjelasan si para narasumber, ini saya pasang foto-fotonya.
[caption caption="Para peserta sedang menyimak penjelasan dari narasumber"][/caption]
[caption caption="Para peserta sedang praktek mengisi badlog "]
[caption caption="Peserta tak menyiakan kesempatan selfie"]
Intinya budidaya jamur, saya kutip dari jawaranya “Kuncinya mengatur kelembaban ruang!”, peserta cukup menyiapkan ruang dan merawatnya, sedang baglog bisa beli di Agro jamur dan siap menampung hasil produksinya Agro. Lebih lanjut bila ingin mengetahui budidaya jamur bisa juga buka mbah google, namun bila ingin langsung ke jawaranya silahkan ini nohp……..
Nah…ini kawan, saya pasang foto kenapa pesertanya seratus persen ibu-ibu muda dan SBY……
[caption caption="Lokasi Pelatihan Budidaya Jamur Tiram"]
[caption caption="Baris depan Narasumber beserta Ketua DPW"]
Nah ini kawan, waktu yang saya tunggu-tunggu akhirnya tiba yakni saat mendekati waktu pelatihan selesai, singkat cerita lapak saya dalam waktu 15 menit, 30 jamur segar, 30 bks bakso jamur instan dan 40 bks jamur kriuk ludes habis, Alhamdulillah. Oh tidak kawan, saya tak sekedar jualan! kami pun berbagi ilmu olah jamur.
[caption caption="Para peserta sedang menyimak cara membuat bakso jamur"]
[caption caption="Peserta memborong sembari bertanya-tanya, Mas Harry kewalahan saya asyik foto-foto."]
Tenang kawan, disini pun saya akan berbagi. Kata kunci olah jamur tiram “Kurangi terlebih dahulu kadar airnya!” Bagaimana caranya? Siram/cuci air bersih yang mengalir lalu peras, dan sedikit repot dengan cara di kukus! Bila sudah dingin peras. Cara di kukus yang saya selalu praktekkan, setelah itu monggo mau dibuat olahan apapun taste jamurnya kena.
[caption caption="Bakso instan lengkap tinggal merebus"]
Simple? Benar kawan sangat simple! Bila olah jamurnya hanya ½, 1, 2 kilogram. Namun bagaimana bila sudah mencapai 50 kg dua hari sekali? Tentu menguras tenaga dan memakan waktu, seperti yang saya kerjakan: Setengah hari mengukus, memeras, siang jelang sore mengolah bahan, menggoreng jamur kriuk dan malam hari mempersiapkan racikan jamur + bahan bumbu buat bakso lalu keesokkanya ke penggilingan bakso. Jadi maklum kawan, kenapa saya jarang menulis, paling membaca tulisan-tulisan kawan yang semakin mantab.
Kawan mungkin dalam hati bertanya, apa tak punya karyawan dan kenapa tak dikerjakan mereka? Saya punya karyawan, namun tetap saya terlibat didalamnya, ini terkait seni olah rasa. Tentu saya tak pelit mengajari mereka, namun mereka sepertinya masih berpola pikir sing penting kerja dapat duit!.
Kawan, resep bakso jamur sama persis seperti bakso pada umumnya (cari di google, nggih) dan tetap memakai daging sapi or ayam namun perbandingannya ¼ daging sapi : 1kg tangkai jamur. Tangkai Jamur karena teksturnya, lalu di giling dan dicampur dengan tepung, daging dan bumbu2nya, sedang daunnya di goreng kriuk. Kawan mungkin bertanya kenapa masih pakai daging? Tuntutan konsumen! Bila tak berasa daging dibilang bukan bakso? Mungkin kawan ada yang tertarik bakso full jamur? Siap prosess….
Kawan, kiranya cukupkan sampai disini dulu. Selamat berilibur ria dan selamat menjalankan ibadah Paskah bagi yang merayakan, hiks. (SS)
Catatan: Foto diatas dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H