Mohon tunggu...
Singgih S
Singgih S Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Tani Kebun di Desa Cimayasari, Subang.

Omo Sanza Lettere Disini http/www.kompasiana.com/satejamur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Begini Caranya Test Pasar Produk Baru (Kuliner)

19 Desember 2015   17:01 Diperbarui: 19 Desember 2015   18:04 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Gelanggang olah raga (GOR) Satria Purwokerto, tak hanya sekedar sebagai sarana olah raga menelorkan para juara, ada sisi-sisi lain diluar area terutama akses jalan raya ke GOR yakni sepanjang jalan Dr. Suharso, Purwokerto Utara kini kiri kanannya jadi area ‘perlombaan’ aneka kuliner. berderet restauran, café, kaki lima dan lain sebagainya dengan berbagai kuliner khas daerah tersedia. Anda tinggal pilih, seperti Sate Wonosobo, Gudeg Jogya, Soto Lamongan, empal kendil Solo dan sebagainya.

Dan jangan tanya bila tiba di hari Minggu / libur nasional pagi maupun sore bila tak hujan, apalagi ada acara (sepakbola, panggung hiburan, pameran dsb) gratis dijamin akses jalan raya merayap, salah satu penyebabnya kalau bukan tebaran lapak-lapak kaki lima bak jamur di musim hujan jaman dahulu, sebab jaman kini bukan jamur yang betebaran namun orang sakit betebaran antri di praktek dokter, Puskesmas dan RS.

Diantara tebaran kaki lima, di titik tertentu disitu kami nangkring semenjak tanggal 19 September 2015 hingga kini tepat tiga bulan berjalan. Kami membuka lapak khusus kuliner Udang Lobster laut produk budi daya nelayan Cilacap.

 Bermula dari kedatangan Mas Harry Misbah mahasiswa jurusan perikanan Unsoed Purwokerto ke rumah saya sembari mencangking udang lobster segar, ingin mencoba olah kuliner dan memasarkanya di Purwokerto. Udang lobster segar didapat dari budidaya petani lobster di Cilacap dan kebetulan ditempat itu Ia sedang melakukan penelitian tugas akhir (ceritanya nanti dalam tulisan tersendiri sebab terkait kebijakan Bu Menteri Perikanan dan bila sempat hehee…).

Setelah utak atik angka-angka ‘keberuntungan’ antara harga beli, jual dan operasional, secara teori ada untungnya, gayungpun bersambut saya dan Mas Harry patungan mempersiapkan ‘ube rampe’ seperti meja plastik, payung pantai, banner dengan modal Rp. 350.000,-

Urusan olah kuliner saya yang handle, prosesnya sangat sederhana dan tanpa bumbu apapun. Udang lobster segar dicuci lalu satu persatu ditusuk sindik sate lantas ditiriskan, setelah itu digoreng dan tak perlu di bolak balik, cukup bila sudah berwana merah terang angkat, tiriskan.

 

                                            
Walau tanpa bumbu apapun tastenya gurih, daging kenyal berasa betul khas udang, ada manis, gurih mantab dan membuat ‘nagihi’ (ketagihan) Ssst….apalagi dimakan mentah cocol cuka lalu cocol saus lada hitam wuiih jian! Maknyusss…!

Sedang bumbu cocolnya saya buatkan saus asam manis, pun sederhana full memakai tomat sayur. Caranya tomat di kukus setelah masak, siram air dingin lalu kupas kulitnya, setelah itu blender. Tumis bawang putih, bawang merah setelah harum beri saos tiram dan kecap inggris + penyedap setelah itu masukkan tomatnya lalu aduk-aduk sampai masak, beri tepung terigu, cabe rawit merah utuh dan gula pasir secukupnya, tentu icip-icip apa yang kurang ya..ditambah dunk.

Kembali ke lapak, semenjak pertengahan bulan Oktober 2015 hingga kini, kami mejeng di hari Rabu s.d Minggu (hari Senin dan Selasa, libur) mulai pukul 05.00 hingga 11.00 WIB menduduki dua tempat bergantian, hari Rabu s.d Sabtu di sebelah pintu Barat GOR nyelempit diantara lima tenda besar kaki lima, dan bila tiba hari Minggu bergeser ke arah Timur kurang lebih 100 meter, tepatnya di depan Kwarcab Pramuka.

Di awal coba-coba mejeng di pinggir jalan Dr. Suharso, diluar dugaan dapat respon positif, habis rerata 4 kg/hari atau setara 48 ekor udang lobster ukuran K2 dengan harga jual Rp. 20.000/ekor + Saus asam manis. Sedang harga beli udang lobster segar ukuran K2: Rp.120.000/kg.

Ketika memasuki bulan kedua, mulai ada peningkatan hingga rerata 6 kg/hari, peningkatan permintaan yang cukup signifikan, akhirnya kami mejeng mulai hari Selasa hingga Minggu waktu dan tempat tetap.

 

Namun test pasar produk kuliner baru tak sekedar itung-itungan si untung dan rugi, kami harus mempelajari situasi kondisi dan lingkungan satu minggu sebelumnya, bahasa kerenya orientasi lapangan. Caranya, kami setiap pagi hari, kadang jelang siang mutar-muter pakai motor dari jalan ujung Barat sampai ujung Timur Jl. Dr Suharso dan kadang nongkrong di tempat parkir / masuk warung kopi lihat wajah-wajahnya bersahabat tidak? Sembari modal satu gelas kopi + udud, pancing mereka dengan sedikit obrolan. Lama-lama obrolan jadi bukit, sembari gali informasi bagaimana mereka bisa nangkring, ijin ke siapa dan berapa biaya ‘siluman’nya. Akhirnya kami dapat info, setelah kami bertemu ketua paguyuban pedagangnya dan dapat restu jualan, lapak buka dengan waktu tertentu dan ijin ke tukang parkir tempat area sudah ada yang menduduki belum?.

Di bulan pertama, Minggu pagi, setelah dipersiapkan ube rampe sebelumnya, bada Shubuh ditangkringkan di jok motor lantas kami meluncur ke TKP. menuju area sebelah Barat pintu GOR, namun kami kecele tempat terlihat penuh lapak. Dan disarankan oleh tukang parkirnya ke arah Timur, kami pun putar balik, kurang lebih 100 meter terlihat ada tempat kosong lantas kami pajang meja, selagi sibuk pasang banner tiba-tiba didekati lelaki paroh baya pendek kekar berbaju rompi parkir menegur kami, tempat tersebut sudah ada ‘pemiliknya’ namun setelah nego ganti ‘uang parkir’ Rp. 5.000,- akhirnya kami hanya geser dua meter + retribusi paguyuban Rp.3.000,- gandeng lapak asesoris Hp tentu kami ijin ke pemiliknya dan Alhamdulillah diijinkan, selesai sudah mejeng kuliner udang lobster.

Sembari menunggu pembeli, kami ngobrol dengan pemilik lapak sebelah penjual asesoris HP menurut keterangannya sudah sembilan bulan setiap hari Minggu dan libur nasional dirinya selalu buka bila tak hujan dan kami pun menyinggung biaya ‘siluman’ di tempat tersebut, dan kami disarankan jangan mau memberikan lagi pada siapapun selain pada tukang parkir dan uang ‘setoran’ paguyuban dengan kata kunci ‘Sudah setor ke Bpk A dan paguyuban” dan benar jelang siang ada dua mas-mas mendekat dan bertanya-tanya yang ujungnya meminta jasa keamanan namun akhirnya melenggang pergi setelah saya sampaikan kata kuncinya.

Begitulah sekedar berbagi kegiatan yang sebenarnya ‘salah’ menduduki tempat umum alias bukan peruntukanya. Namun tak salah pula bila test pasar suatu kreatifitas baru dengan modal pas-pasan, pajang saja di pusat keramian, sebab kita bisa segera tahu kekurangan dan selera konsumennya, bila tak ada respon ya wish…balik kanan, pulang!

Sekedar catatan penutup, setiap saya melayani konsumen iseng-iseng ‘survei’ secara acak pada Mbak, Mas, Bu, Pak, Tante, Taci, Ooh, Om, Adek ‘andai sepanjang jalan ke GOR tak ada pedagang kaki lima, menarik tidak?’ jawab mereka TIDAAAK!!! Dan ketika saya tanya udang lobster ‘enak apa tidak?’ mereka jawab ENAAAK!!! tentu menambah gairah saya menulis, hadeh… sampai tiga halaman belum gambar hahaahaaa! Salam K’sianer… Purwokerto, 19 Desember 2015 (SS.)

*Foto Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun