Gelanggang olah raga (GOR) Satria Purwokerto, tak hanya sekedar sebagai sarana olah raga menelorkan para juara, ada sisi-sisi lain diluar area terutama akses jalan raya ke GOR yakni sepanjang jalan Dr. Suharso, Purwokerto Utara kini kiri kanannya jadi area ‘perlombaan’ aneka kuliner. berderet restauran, café, kaki lima dan lain sebagainya dengan berbagai kuliner khas daerah tersedia. Anda tinggal pilih, seperti Sate Wonosobo, Gudeg Jogya, Soto Lamongan, empal kendil Solo dan sebagainya.
Dan jangan tanya bila tiba di hari Minggu / libur nasional pagi maupun sore bila tak hujan, apalagi ada acara (sepakbola, panggung hiburan, pameran dsb) gratis dijamin akses jalan raya merayap, salah satu penyebabnya kalau bukan tebaran lapak-lapak kaki lima bak jamur di musim hujan jaman dahulu, sebab jaman kini bukan jamur yang betebaran namun orang sakit betebaran antri di praktek dokter, Puskesmas dan RS.
Diantara tebaran kaki lima, di titik tertentu disitu kami nangkring semenjak tanggal 19 September 2015 hingga kini tepat tiga bulan berjalan. Kami membuka lapak khusus kuliner Udang Lobster laut produk budi daya nelayan Cilacap.
Bermula dari kedatangan Mas Harry Misbah mahasiswa jurusan perikanan Unsoed Purwokerto ke rumah saya sembari mencangking udang lobster segar, ingin mencoba olah kuliner dan memasarkanya di Purwokerto. Udang lobster segar didapat dari budidaya petani lobster di Cilacap dan kebetulan ditempat itu Ia sedang melakukan penelitian tugas akhir (ceritanya nanti dalam tulisan tersendiri sebab terkait kebijakan Bu Menteri Perikanan dan bila sempat hehee…).
Setelah utak atik angka-angka ‘keberuntungan’ antara harga beli, jual dan operasional, secara teori ada untungnya, gayungpun bersambut saya dan Mas Harry patungan mempersiapkan ‘ube rampe’ seperti meja plastik, payung pantai, banner dengan modal Rp. 350.000,-
Urusan olah kuliner saya yang handle, prosesnya sangat sederhana dan tanpa bumbu apapun. Udang lobster segar dicuci lalu satu persatu ditusuk sindik sate lantas ditiriskan, setelah itu digoreng dan tak perlu di bolak balik, cukup bila sudah berwana merah terang angkat, tiriskan.
Sedang bumbu cocolnya saya buatkan saus asam manis, pun sederhana full memakai tomat sayur. Caranya tomat di kukus setelah masak, siram air dingin lalu kupas kulitnya, setelah itu blender. Tumis bawang putih, bawang merah setelah harum beri saos tiram dan kecap inggris + penyedap setelah itu masukkan tomatnya lalu aduk-aduk sampai masak, beri tepung terigu, cabe rawit merah utuh dan gula pasir secukupnya, tentu icip-icip apa yang kurang ya..ditambah dunk.
Kembali ke lapak, semenjak pertengahan bulan Oktober 2015 hingga kini, kami mejeng di hari Rabu s.d Minggu (hari Senin dan Selasa, libur) mulai pukul 05.00 hingga 11.00 WIB menduduki dua tempat bergantian, hari Rabu s.d Sabtu di sebelah pintu Barat GOR nyelempit diantara lima tenda besar kaki lima, dan bila tiba hari Minggu bergeser ke arah Timur kurang lebih 100 meter, tepatnya di depan Kwarcab Pramuka.
Di awal coba-coba mejeng di pinggir jalan Dr. Suharso, diluar dugaan dapat respon positif, habis rerata 4 kg/hari atau setara 48 ekor udang lobster ukuran K2 dengan harga jual Rp. 20.000/ekor + Saus asam manis. Sedang harga beli udang lobster segar ukuran K2: Rp.120.000/kg.
Di bulan pertama, Minggu pagi, setelah dipersiapkan ube rampe sebelumnya, bada Shubuh ditangkringkan di jok motor lantas kami meluncur ke TKP. menuju area sebelah Barat pintu GOR, namun kami kecele tempat terlihat penuh lapak. Dan disarankan oleh tukang parkirnya ke arah Timur, kami pun putar balik, kurang lebih 100 meter terlihat ada tempat kosong lantas kami pajang meja, selagi sibuk pasang banner tiba-tiba didekati lelaki paroh baya pendek kekar berbaju rompi parkir menegur kami, tempat tersebut sudah ada ‘pemiliknya’ namun setelah nego ganti ‘uang parkir’ Rp. 5.000,- akhirnya kami hanya geser dua meter + retribusi paguyuban Rp.3.000,- gandeng lapak asesoris Hp tentu kami ijin ke pemiliknya dan Alhamdulillah diijinkan, selesai sudah mejeng kuliner udang lobster.
Begitulah sekedar berbagi kegiatan yang sebenarnya ‘salah’ menduduki tempat umum alias bukan peruntukanya. Namun tak salah pula bila test pasar suatu kreatifitas baru dengan modal pas-pasan, pajang saja di pusat keramian, sebab kita bisa segera tahu kekurangan dan selera konsumennya, bila tak ada respon ya wish…balik kanan, pulang!
Sekedar catatan penutup, setiap saya melayani konsumen iseng-iseng ‘survei’ secara acak pada Mbak, Mas, Bu, Pak, Tante, Taci, Ooh, Om, Adek ‘andai sepanjang jalan ke GOR tak ada pedagang kaki lima, menarik tidak?’ jawab mereka TIDAAAK!!! Dan ketika saya tanya udang lobster ‘enak apa tidak?’ mereka jawab ENAAAK!!! tentu menambah gairah saya menulis, hadeh… sampai tiga halaman belum gambar hahaahaaa! Salam K’sianer… Purwokerto, 19 Desember 2015 (SS.)
*Foto Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H