Lidah dan indera penciuman jelek saya masih penasaran ragam seduhan kopi dengan manual brewing yang ditawarkan kedai Praketa, pun demikian rekan saya dan janjian kembali nongkrong di kedai Praketa.
Di hari kedua, kali ini saya memesan kopi dengan metode seduh yang berbeda dan mencoba kopi Mandailing dengan Clever Dripper, atau sebutan lainnya Cone Pour Over. Menurut Mas Indra, alat ini merupakan penggabungan ekstraksi kopi antara pour over dengan french press. Caranya pun tidaklah rumit. Hanya mekanisme sederhana sebuah stopper di bagian bawahnya untuk menyumbat aliran air. Stopper akan membuka dengan otomatis saat Clever Dripper ini diletakkan di atas cangkir. Sajian kopi dengan Clever Dripper ini menghasilkan dua cangkir kopi alias bisa berbagi. Kopi Mandailing pun siap tersajikan. Tapi, tunggu dulu selama 4 menit untuk menunggu proses brewing-nya. Dan ketika kopi siap dinikmati, terasa benar body khas dari salah satu kopi kebanggaan orang Sumatera Utara ini memang benar-benar terasa full di mulut. Sensasi keasamannya pun rendah, karena flavor dan aroma Mandailing seperti tanah, tembakau, dan sangat kuat.
Rekan saya Mas Bud, memilih untuk menikmati kopi Flores Bajawa dengan manual brewing menggunakan Vietnam Drip ala Praketa yang unik. Keunikannya bukan terdapat pada alat atau perilaku brewing pada ground coffee nya, melainkan pemisahan antara cup kopi dengan susu. Ketika saya bertanya mengenai cara saji unik itu Mas Indra dan Dimaz memberikan alasan sederhana: "menyesuaikan selera pasar atau komunitas yang menjadi main customer mereka" - ini merupakan kebijaksanaan tersendiri, yaitu mencari konvergensi antara idealisme mereka dengan selera pasar "bravo !".
Kami sepakat, metode mereka memang menjadikan rasa kopi hitamnya tetap asli. sehingga rasa unik Bajawapun tetap asli juga mengalir di lidah kami dengan kekentalan yang tinggi dan keasaman rendah, serta rasa manis alamiah yang beraroma sedikit mendekati coklat [sampai detik ini kalau blind test – saya masih sliding untuk penetapan ragam rasa kopi-kopi khas Indonesia ini - maklum lidah jelek].
Hal lainnya yang menarik di kedai kopi Praketa, adalah konsistensi standar pelayanan [menjelaskan kekuatan dan ciri rasa setiap kopi serta metode brewing yang akan dipilih] dan senyum ramah mereka berdua setiap ada pelanggan yang datang, telah mewujudkan atmosfer yang menjadikan Prakerta bak rumah ketiga [rumah pertama ya rumah keluarga inti kita, rumah kedua biasanya kantor / tempat kerja] untuk berbagi cerita dan menemukan persahabatan berkualitas keluarga.
Ketika saya bertanya darimana mereka mempelajari metode penyeduhan ini, dengan senyum ramahnya mereka mengatakan “Belajar dari Youtube”. Saya cukup terkejut dan kagum. Walaupun hanya dengan basicYoutube, tanpa sertifikat dari sekolah Barista terkenal [saya akhirnya dapat bocoran salah satu pendirinya Mas Indra empat tahun ‘kuliah’ di kopy Oey d/h Oey Tiam Jakarta]. Kedai Praketa dapat menyajikan kopi yang almost perfect. Ditambah dengan perhatian menu mereka yang memang hanya menyajikan kopi, tanpa menu makanan dan menu minuman lainnya.
Pada akhirnya saya menemukan sebuah kedai kopi yang tidak hanya sekedar mencari untung dengan menyajikan kopi. Tapi juga memberikan pengetahuan, juga cita rasa kopi sesungguhnya, saya rasakan disetiap kedatangan kami telah memberikan banyak hal yang berkaitan dengan ilmu kopi yang telah mereka kuasai dan ide-ide mereka yang menjadi "main reason" berdirinya Prakerta Coffee Shop dan saya bagi disini.
Kesimpulan kami kedai Praketa berhasil menghadirkan ‘kejujuran’ ragam kopi Nusantara dalam secangkir kopi dengan konsep manual brewing. Bila anda penikmat cita rasa ragam kopi Nusantara yang sebenarnya, kami referensikan di kedai kopi Praketa di belakang BNI Unsoed Grendeng Purwokerto. (SS)
Haduuh upload foto susah, ngantuk berat…ya jadikan satu bae disini, silahkan dinikmati