Mohon tunggu...
indri pebriyani
indri pebriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa dari fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

FOMO atau Kebutuhan Nyata? Dilema Konsumen di Era Digital

27 Oktober 2024   21:02 Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Di era digital yang serba cepat ini, kita seringkali dihadapkan pada istilah Fear of Missing Out atau FOMO. FOMO adalah perasaan cemas atau takut ketinggalan pengalaman, informasi, atau tren yang sedang populer di sekitar kita. Fenomena ini semakin diperkuat oleh kehadiran media sosial yang terus menyajikan konten-konten menarik dan menggiurkan. FOMO seringkali mendorong kita untuk melakukan pembelian impulsif. Kita merasa perlu memiliki produk terbaru, mengikuti tren terkini, atau mengunjungi tempat yang sedang hits, rela mengantre berjam-jam, saling berdesak-desakkan hanya untuk menghindari perasaan tertinggal. Namun, apakah semua keinginan yang timbul akibat FOMO benar-benar merupakan kebutuhan? mari kita bahas bagaimana membedakan fomo dan kebutuhan nyata.

Untuk membedakan antara FOMO dan kebutuhan nyata, kita perlu melakukan evaluasi diri. Tanyakan pada diri sendiri misalnya, apakah saya benar-benar membutuhkan produk ini? pembelian ini akan memberikan manfaat jangka panjang? Atau hanya memberikan kepuasan sesaat? dengan melakukan evaluasi terhadap diri sendiri akan ada sebuah jawaban yang terlintas dalam benak diri kita bagaimana produk atau jasa yang akan kita beli ini kedepannya akan bagaimana. 

FOMO akan menimbulkan berbagai dampak yang signifikan terhadap diri seseorang ketika terus menerus mengikuti alurnya tanpa tau bagaiaman menginjak remnya. Stres dan kecemasan akan menjadi salah satu dampak yang signigikan ka secara terus-menerus akan membandingkan diri dengan orang lain dapat memicu stres dan kecemasan. Batasi penggunaan media sosial dapat menjadi salah satu opsi untuk menghindarkan diri dari fenomena FOMO, kurangi waktu yang dihabiskan untuk scrolling media sosial. 

FOMO adalah fenomena yang umum terjadi di era digital. Meskipun wajar untuk ingin mengikuti tren, kita perlu bijak dalam mengambil keputusan. Dengan membedakan antara keinginan dan kebutuhan, serta menerapkan tips mengatasi FOMO, kita dapat menjadi konsumen yang lebih cerdas dan bahagia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun