Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, termasuk di Kabupaten Banjarnegara, yang mencatat peningkatan kasus dalam beberapa tahun terakhir. Terutama pada tahun 2024 dimana peningkatan angka kasus DBD terus mengalami kenaikan. Pengendalian penyakit ini memerlukan pemantauan intensif terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes sebagai vektor DBD. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan sistem surveilans berbasis jumantik (Juru Pemantau Jentik) yang melakukan pemantauan rutin di setiap wilayah.
Meskipun pemantauan rutin telah berjalan, sistem surveilans manual yang saat ini digunakan memiliki keterbatasan, seperti ketergantungan pada laporan kertas yang menghambat real-time reporting dan akurasi data. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan advokasi mengenai pemanfaatan program SIJUan (Sistem Informasi Jumantik) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, sebuah aplikasi berbasis digital untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem surveilans jumantik.
Tujuan Program SIJUan
Program SIJUan dirancang dengan tujuan untuk:
1. Meningkatkan kecepatan dan akurasi laporan surveilans jumantik dari tingkat desa hingga kabupaten.
2. Memfasilitasi jumantik dalam melakukan pelaporan jentik secara real-time melalui aplikasi digital yang mudah diakses.
3. Menyediakan data epidemiologi yang lebih lengkap dan dapat diandalkan untuk analisis tren dan pola persebaran DBD di Banjarnegara.
4. Memberikan peringatan dini kepada Dinas Kesehatan dan masyarakat mengenai potensi wabah melalui analisis data yang cepat.
Fitur Utama Program SIJUan
1. Pelaporan Real-Time: Melalui aplikasi SIJUan, setiap jumantik dapat melaporkan hasil pemeriksaan jentik secara langsung ke sistem pusat, sehingga Dinas Kesehatan bisa memantau kondisi lapangan dalam waktu nyata.
2. Pemetaan Kasus: Sistem ini dilengkapi dengan fitur pemetaan yang menunjukkan wilayah dengan tingkat infestasi jentik yang tinggi. Fitur ini berguna untuk menentukan daerah prioritas yang perlu ditindaklanjuti.
3. Sistem Peringatan Dini: Berdasarkan data yang masuk, aplikasi dapat memberikan notifikasi peringatan dini mengenai kemungkinan peningkatan risiko wabah.
4. Integrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan: Data dari SIJUan dapat diintegrasikan dengan sistem informasi kesehatan lainnya, seperti laporan harian DBD, untuk mendapatkan gambaran epidemiologi yang komprehensif.
Pelaksanaan Advokasi
Advokasi dilaksanakan dengan memperkenalkan sistem kerja model sederhana dari SIJUan, dilakukan melalui media PPT dan Policy Brief:
1. Pengenalan model: pengenalan model berupa sistem perekaman data dan pengelolaan perekaman data, diberikan model sederhana yang dapat dikembangkan lagi oleh Dinas Kesehatan terkait.
2. Pemberian Contoh penerapan yang sudah dilakukan oleh Wilayah lain yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
3. Pemberian template poster: pemberian template poster diberikan dengan tujuan sebagai media promosi SIJUan dan juga sebagai sistem penyebaran informasi data ABJ kepada masyarakat.
Strategi Implementasi
Implementasi program SIJUan memerlukan langkah-langkah strategis untuk memastikan keberhasilan, di antaranya:
1. Pelatihan Jumantik: Sebelum pelaksanaan, semua jumantik di Kabupaten Banjarnegara akan diberikan pelatihan mengenai penggunaan aplikasi SIJUan. Pelatihan ini mencakup cara input data, pemahaman fitur pemetaan, dan penggunaan sistem peringatan dini.
2. Kolaborasi dengan Stakeholder: Program ini membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah, puskesmas, dan perangkat desa. Partisipasi aktif mereka sangat penting dalam proses sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelaporan jentik.
3. Monitoring dan Evaluasi: Evaluasi rutin dilakukan untuk mengukur efektivitas SIJUan. Dinas Kesehatan akan mengadakan pertemuan bulanan untuk meninjau data yang masuk, menganalisis pencapaian, dan memperbaiki kendala teknis yang mungkin terjadi.
Manfaat yang Diharapkan
Implementasi SIJUan diharapkan akan membawa dampak positif bagi Kabupaten Banjarnegara dalam upaya pengendalian DBD, di antaranya:
1. Peningkatan Cakupan dan Ketepatan Data: Dengan sistem pelaporan digital, data yang terkumpul menjadi lebih cepat, tepat, dan dapat diakses oleh semua pihak terkait.
2. Efisiensi Waktu dan Sumber Daya: Penggunaan aplikasi digital mengurangi ketergantungan pada laporan manual yang memakan waktu, sehingga tenaga kesehatan bisa fokus pada upaya pencegahan dan intervensi langsung.
3. Peningkatan Responsifitas: Peringatan dini memungkinkan penanganan yang lebih cepat dan efektif terhadap wilayah yang berisiko mengalami lonjakan kasus DBD.
Â
Rekomendasi Kebijakan
Program SIJUan sebagai sistem surveilans jumantik digital memiliki potensi untuk menjadi solusi efektif dalam meningkatkan efektivitas pemantauan jentik di Banjarnegara. Rekomendasi kebijakan untuk mendukung keberhasilan SIJUan meliputi:
1. Integrasi SIJUan dengan Sistem Nasional: Hingga saat ini, penerapan sistem pemantauan Jumantik baru diterapkan di satu wilayah yaitu di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Diharapkan adanya pengembangan lebih lanjut untuk memastikan bahwa SIJUan dapat diintegrasikan dengan sistem surveilans nasional, sehingga dapat berkontribusi pada data epidemiologi nasional.
2. Anggaran Berkelanjutan: Mengalokasikan dana yang cukup untuk pemeliharaan dan pengembangan aplikasi agar dapat berjalan dalam jangka panjang.
3. Penguatan Kolaborasi Multi-Sektor: Mendukung kolaborasi dengan organisasi masyarakat, sektor pendidikan, dan instansi terkait lainnya untuk memperkuat pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengendalian DBD.
Dengan upaya terkoordinasi, SIJUan diharapkan menjadi model sistem surveilans yang bisa diterapkan di daerah lain dan berkontribusi pada penurunan kasus DBD di tingkat nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H