Sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu, apa kebahagiaan itu? Banyak orang berpikir kebahagiaan adalah sesuatu kondisi emosional yang sering dihubungkan dengan perasaan positif. Terkadang beberapa orang berpikir suatu kebahagiaan sering dikaitkan dengan hal yang memiliki tujuan hidup yang jelas dan merasa bahwa hidup memiliki makna. Lalu, apa sih sebenarnya kebahagiaan itu?
Menurut Aristoteles, semua manusia berusaha untuk mencapai eudaimonia. "Eudaimonia adalah sesuatu yang bersifat final dan self-sufficient (tidak ada tujuan lain selainnya) dan merupakan akhir dari tindakan" (Niconachean Ethics: 11). "Eudaimonia" adalah istilah Yunani yang diterjamahkan secara harfiah dengan "memiliki spirit yang baik".
Kebahagiaan dalam bahasa Yunani di kenal dengan istilah eudaimonia yang memiliki arti kebahagiaan. Kata ini terdiri dari dua suku kata "eu" ("baik", "bagus") dan "daimon" ("roh, dewa, kekuatan batin"). Bagi bangsa Yunani, eudoimonia berarti sebuah kesempurnaan atau mempunyai jiwa yang baik.
Aristoteles mengemukakan bahwa kebaikan tertinggi yang harus dimiliki manusia adalah eudaimonia. Hal ini karena Ketika seseorang mengejar semua tujuan-tujuannya seperti uang, jabatan, kehormatan, dll, maka setelah itu ada ada lagi tujuan lain yang ingin dicapai. Implementasi diri versi Aristoteles adalah mencapai eudaimonia yang dimana wujud dari potensi manusia yang tertinggi, seperti berpikir atau refleksi.
Eudaimonia bukan kebahagiaan dalam arti sempit, tetapi tumbuh dan berkembang bersama kebaikan. Jika eudaimonia diartikan kebahagiaan, berarti kebahagiaan dalam pengertian yang seluas-luasnya. Eudaimonia tidak hanya mengacu pada kondisi mental euphoria ataupun rasa senang.
Aristoteles mengemukakan dua hal terkait kebahagiaan sebagai autarkes. Pertama, kebahagiaan dikategorikan sebagai sesuatu yang mencukupi dirinya sendiri karena kebahagiaan pada hakekatnya menjadikan hidup itu sangat diinginkan. Hidup Bahagia bagi semua orang sangat didambakan. Kedua, kebahagiaan sudah merupakan suatu hal yang layak dipilih.
Konsep Aristoteles tentang kebahagiaan, bukanlah kebahagiaan yang bersifat egois yang terfokus pada apa yang dapat membantu dalam pencapaian kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Konsep kebahagiaan Aristoteles juga membahas tentang adanya kebahagiaan di luar dirinya yang dapat menyebabkan dirinya menjadi Bahagia.
Manusia tidak berkembang dengan memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri, melainkan dengan membuka diri terhadap orang lain. Manusia tidak mencapai kebahagiaan dan keluhurannya dengan ingin memiliki sesuatu, melainkan dengan mengerahkan diri pada usaha bersama.
Etika Aristoteles bukan etika egois yang mengajarkan agar manusia mengusahakan apa yang paling penting bagi dirinya sendiri, melainkan juga manusia justru mencapai pusat eksistensinya dalam keterlibatan secara seksama.
Â
Mengapa Sarjana Harus Menciptakan Etika Kebahagiaan Aristoteles?
Kenapa sih, jadi sarjana nggak cukup cuma punya gelar doang? menjadi seorang sarjana keren itu bukan cuma soal lulus kuliah, tapi juga ngerti gimana cara hidup bahagia, kayak yang Aristoteles bilang! Menurut filosofi dia, kebahagiaan sejati itu nggak datang dari harta atau status, tapi dari hidup yang bermakna dan beretika.Â