Mohon tunggu...
Ana
Ana Mohon Tunggu... Operator - Pengelana mencari sahabat pena

I see the world through reading. The world sees me through my writing.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bumi Suradita

26 Maret 2019   12:45 Diperbarui: 5 Agustus 2022   21:59 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anggap saja hari ini masih 20 Februari 2019.

Kuberi tahu, hari ini 20 februari 2019 adalah hari ke13 aku telah menapakkan banyak jejak di bumi yang bernama Sukabumi.

Saat lalu aku pernah bercerita dimana pertama kali aku kesini. Jika kalian penasaran, aku tunggu kalian meminta waktuku untuk aku berkisah pada kalian semua.
Lalu aku lanjut saja. Hari ini aku tuliskan semua kerenjanaaanku pada Suradita. Apalagi kalian.
Sambutan hangat seperti ritual yang menjadi kekuatan bagi kita untuk membentuk sebuah pertemuan lagi.

Aku berjanji akan kembali, secepatnya. Keterlambatan ini kukira mengecewakan kalian. Tapi kukira ingkarku bisa kuhindari.
Tak banyak waktu untuk saling mengenal anak-anak asli suradita. Maaf dek, aku pun harus membagi diri untuk pos lain dengan urgensi dan dimensinya masing-masing.

Akhirnya ku tegaskan pada diriku untuk bersua dan bermalam di Bumi kalian.
Aku bertandang ke sekolah.
Aku terharu, kalian masih mengingat sebuah nama yang biasa saja, seorang aku yang tak cukup baik dalam menepati janji.
Maafkan aku dek.
Ohiya, ku dengar kehadiran kami membawa dampak cukup baik terutama bagi semangat kalian untuk mendapati ilmu di sekolah. Aku senang mendengarnya, sangat.
Tapi aku khawatir jika kelak kami kembali ke ibu kota, semangat kalian kian menurun tak semeriah saat ada kami.
Semoga tak begitu ya dek. Jika begitu itu akan jadi sebuah perenungan bagi kami.

Dek aku bahagia bisa bersua dan berbincang sedikit hal apalagi menjalin silaturahim dengan kalian.
Semangatmu itu loh buat aku malu, kala aku mengeluh.
Dek aku tak banyak memberimu materi juga wawasan apalagi waktu.
Kalian boleh kecewa padaku. Tapi tak boleh putus semangat. Karena semangat kalian lebih beratti daripada janjiku yang mudah dibuat namun sulit tuk ditepati. Namun aku tak ingkar, hanya sedikit terlambat. Tak apakah?
Semoga tak apa. Aku berharap demikian.

Dariku seorang pegiat untuk menepati janji pada kalian di Bumi Suradita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun