Mohon tunggu...
Indri
Indri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Nature

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mengendalikan Hawa Nafsu

23 April 2022   14:52 Diperbarui: 23 April 2022   14:56 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: kalam.sindonews.com

Bulan Ramadhan dikenal dengan bulan pengendalian hawa nafsu. Selama sebulan penuh, secara marathon, siang dan malam kaum muslimin ditempa untuk belajar mengendalikan nafsu.

Nafsu  pada  diri  manusia  pada  awalnya  bersifat  netral. Kemudian  Allah  menciptakan  kecenderungan  pada  nafsu (jiwa) manusia untuk taat dan maksiat. Allah berfirman: QS. Asy-Syams: 7-8 yang artinya :

"Dan  demi  jiwa  serta  penyempurnaan  ciptaannya.  Maka Dia  mengilhamkan  kepadanya  (jalan)  kejahatan  dan ketakwaannya."

Manusialah  yang  menjadikan  nafsunya  bersih  serta  selalu cenderung kepada kebaikan atau menjadikannya kotor dan selalu cenderung kepada keburukan. Allah berfirman:

"Sungguh  beruntung  orang  yang  mensucikan  jiwanya  dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya."

Manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsunya  yakni  keinginan-keinginannya.  Keinginan  itulah yang disebut hawa nafsu. Mengendalikan hawa nafsu artinya menundukan  dan  mengarahkan  keinginan-keinginan  jiwa yang  kotor  supaya  menjadi  keinginan  yang  baik. 

Nafsu yang  tidak  terkendali  disebut  nasfu  ammaaroh  dan  nafsu lawwaamah. Sedangkan nafsu yang sudah terkendali disebut nafsu radhiyah dan muthmainnah.

Bagaimana  cara  mengendalikan  hawa  nafsu  itu? Bagaimana  supaya  jiwa  kita  menjadi  jiwa  yang  radhiyah dan muthmainnah?

Hawa nafsu harus dikendalikan dengan cara menundukannya dengan  wahyu,  dengan  syariat  Islam.  Bukti  keimanan seseorang adalah kemampuannya menundukan hawa nafsu dengan  syariat  yang  dibawa  oleh  nabi  SAW.  Rasulullah bersabda:

"Tidak  beriman  (tidak  sempurna  imannya)  salah  seorang dari kalian,hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang aku bawa." HR.Thabrani

Firman Allah dalam QS.al-Jatsiyah 18:

"Kemudian  kami jadikan engkau  (Muhammad)  mengikuti  Syariat dari  agama  ini,maka  ikutilah  (syariat  itu).  Dan  janganlah engkau  ikuti  keinginan-keinginan  orang-orang  yang  tidak mengetahui."

Ayat  ini  menjelaskan  bahwa  mengikuti  hawa  nafsu akan berlawanan dengan mengikuti wahyu. Sehingga mengikuti wahyu hanya akan sempurna jika kita menjauhkan dari pengaruh hawa nafsu.

Jika  manusia  menyimpang  dari  Syariat  dan  mendustakan ayat-ayat  Allah  berarti  ia  telah  memperturutkan  hawa nafsunya.  Contohnya  dalam  surat  asy-Syams,  setelah menyatakan  bahwa  sungguh  rugi  orang  yang  mengotori jiwanya,  Allah  menceritakan  kisah  sekolompok  manusia yang  mengotori  jiwanya,  hingga  akhirnya  binasa.  Mereka

adalah kaum Tsamud. QS. Asy-Syams ayat 11-15.

"(Kaum) samud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas (zalim)

"Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,"

"Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka, "(Biarkanlah)

unta betina dari Allah ini dengan minumannya."

"Namun  mereka  mendustakannya  dan  menyembelihnya, karena  itu  Tuhan membinasakan  mereka  karena  dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah),"

"dan Dia tidak takut terhadap akibatnya."

Allah  telah  memberikan  ancaman  bagi  siapa  saja  yang memperturutkan hawa nafsu dan menentang Syariat bahwa mereka  mendapatkan  kehidupan  yang  sempit,menderita,sengsara,teraniaya,  dan lain sebagainya.

Di  Akhirat  kelak  akan  mendapatkan  siksa  di  masukan  ke dalam api neraka. Mereka akan dikumpulkan dalam keadaan buta. Seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya di Qur'an surat Thaha: 123-126

"Allah berfirman, "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari per ingatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." Berkatalah ia, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman, "Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan."

Mengendalikan  bahwa  nafsu  bukan  hanya  di  bulan Ramadhan,  bukan  hanya  dengan  ibadah  ritual.Melainkan dengan  mengikuti  Syariat  Islam  secara  total  dalam kehidupan. Dengan mengikuti Syariat Islam maka kehidupan akan  menjadi  indah  penuh  barokah. 

Semoga  kita  semua  di  bulan  Ramadhan  ini  diberi kekuatan untuk menundukan nafsu kita dengan Wahyu Illahi yang diturunkan di bulan yang mulia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun