Mohon tunggu...
indriatno
indriatno Mohon Tunggu... pegawai -

anak negeri yang peduli pada nasib bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuan Rumah PrepCom 3 UN Habitat III, Nama Surabaya dan Risma Makin Mendunia

22 Juli 2016   10:53 Diperbarui: 22 Juli 2016   11:15 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya - Beberapa hari lagi event akbar berskala internasional, Preparatory Committee (PrepCom) 3 for UN Habitat III akan diselenggarakan di kota Surabaya. Konferensi UN Habitat yang  diprakarsai oleh PBB ini  pelaksanaannya rutin setiap 20 tahunan. Dalam event tersebut berbagai isu - isu penting, meliputi lingkungan perumahan, permukiman dan perkotaan dibahas guna menghasilkan suatu kesepakatan yang bersifat global. Konferensi UN Habitat sebenarnya telah digelar sebanyak dua kali yaitu, pada tahun 1976 dan tahun 1996. Pada tahun 2016 ini, penyelenggaraannya di Equador. Namun sebelum itu, didahului dengan Prepcom 3 UN Habitat III di Surabaya.

Apabila melihat periode waktu pelaksanaan, tentu kegiatan tersebut merupakan momen langka, sekaligus strategis bagi tuan rumah, yakni kota Surabaya, maupun Indonesia. Pasalnya, ketika kegiatan tersebut berlangsung perhatian seluruh negara-negara di dunia akan tertuju pada serangkaian kegiatan yang ada pada Prepcom 3 for UN Habitat III. Kenapa memilih Surabaya ? Barangkali bukan hal mudah jika ingin menjadi tuan rumah. Sudah pasti, proses penunjukkan tersebut berdasarkan pada pertimbangan yang sangat matang dan selektif, terutama merujuk pada kelayakan dan prestasi yang diraih oleh kota yang bersangkutan, dengan harapan bisa dijadikan percontohan bagi wilayah perkotaan di negara-negara lainnya.

Sebenarnya, tak salah jika UN Habitat menunjuk Kota Pahlawan ini sebagai tuan rumah. Karena, sederet prestasi terbukti berhasil diraih oleh kota Surabaya di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini, sejak ia memegang jabatan Walikota di Tahun 2010 bersama wakilnya Bambang DH, maupun ketika masa jabatannya yang kedua, dengan Wakilnya Whisnu Sakti Buana. Sejumlah penghargaan yang berhasil direngkuh Pemerintah Kota Surabaya, bukan saja berskala nasional, namun juga internasional. Beberapa prestasi internasional yang didapat Walikota dan Kota Surabaya tersebut, diantaranya :

1. Penghargaan Kota Berkelanjutan ASEAN, 2012

2. Penghargaan Kota terbaik Se-Asia Pasifik versi Citynet, 2012

3. Mendapatkan 2 Penghargaan tingkat Asia Pasifik dalam FutureGov Award 2013, yakni berkaitan dengan data center melalui Data Center       Pemerintah Kota Surabaya dan Data Inclusion melalui Broadband Learning Center (BLC). Menyingkirkan 800 kota di Asia Pasifik.

4. Nominasi 10 wanita paling inspiratif 2013 versi Majalah Forbes pada tahun 2013

5. Taman Bungkul mendapatkan penghargaan pada tahun 2013 The Asian Townscape Award dari PBB

6. Tri Rismaharini mendapatkan penghargaan Mayor of the Month sebagai wali kota terbaik pada Februari 2014

7. Meraih penghargaan Socrates Award kategori Future City dari European Business Assembly (EBA) pada April 2014.


Dengan sederet prestasi itu, dampaknya nama Kota Surabaya dan Risma otomatis semakin meroket. Namun demikian, beragam prestasi dunia tersebut tentu tak luput dari kerja keras dan kegigihan Walikota bersama jajaranya dalam mengubah wajah kota dan menata masyarakatnya guna mewujudkan lingkungan kota yang hijau, nyaman, maju berikut kondisi warganya yang sehat nan sejahtera. Tentu, upaya yang luar biasa untuk mewujudkan kota metropolitan idaman memerlukan pengorbanan tenaga, kemampuan manajerial, visi dan komitmen yang kuat. Tak heran, untuk merealisasikannya Risma rutin blusukan, memantau kondisi wilayahnya dan masyarakatnya. 

 Sebelum masuk kantor, Walikota Pertama di Kota Surabaya itu berangkat kerja Pk. 05.00 lebih. Kebiasaan itu berlangsung sejak ia menjabat Walikota. Dengan turun langsung ke masyarakat, Alumnus Teknik Arsitektur Institutut Tehnologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu bisa mengetahui langsung problem yang dihadapi masyarakat. Kadang sebagian masyarakat agak bingung juga melihatnya basah kuyup di kawasan banjir, sibuk mengatur lalu lintas manakala ada kemacetan panjang di ruas jalan tertentu, maupun ikut terjun dalam kegiatan pemadaman saat terjadi bencana kebakaran. 

Bukankah, Walikota punya ribuan staf yang ada di masing-masing Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Tapi itulah Risma, bukan tidak percaya pada para pegawainya, tapi barangkali ia akan lebih suka, terlibat langsung, sehingga bisa menyelesaikan persoalan secara tepat jika tahu detailnya. Resikonya, memang waktu kerja jauh melebihi jam kantor. Dalam acara tertentu, ia pernah mengungkapkan, jika tiap hari seringkali istirahatnya cukup singkat sekitar 2- 3 jam. Akibatnya, ia harus mengorbankan sempitnya waktu untuk keluarga.

 Di sisi lain, dalam kegiatan blusukan, kadang diwarnai beberapa insiden, seperti pingsan maupun terjatuh hingga patah tulang tangan saat mengikuti kegiatan kerja bhakti. Hal itu terjadi, barangkali akibat kelelahan karena ritme kerjanya yang luar biasa padatnya. Meski begitu, kendala dan halangan yang dihadapi dalam menjalankan tugasnya tak menyurutkan semangat Risma untuk terus berkarya demi kemajuan Kota Surabaya.

Sepak terjang risma yang rajin blusukan, sebenarnya bukan dilakukan saat ia menjabat walikota. Ketika menjabat Kepala Dinas kebersihan dan Pertamanan dan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko), ia sering turun ke lapangan langsung. Untuk itu, tak mengherankan bila sejumlah prestasi di raih Kota Surabaya. Di luar Prestasi internasional, buah kerja kerasnya bersama jajaran stafnya, sejumlah prestasi nasional telah didapat. 

Selama menjabat Walikota sekitar 150 penghargaan nasional diraih, meliputi Penghargaan Adipura di bidang kebersihan lingkungan, yang diraih Kota Surabaya ketujuh kalinya, Wahana Tata Nugraha bidang ketertiban lalu lintas, Penghargaan Information and communications technology(ICT) dan penghargaan lainnya. Dibidang tehnologi informasi, Kota Surabaya bahkan menjadi percontohan nasional, terutama pemerintah daerah. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahkan membuat video yang berisi wawancara dengan Risma tentang aplikasi penggunaan sistem TI dalam pengelolaan anggaran, Pengadaan Barang dan Jasa, pelayanan masyarakat, dan lainnya yang seluruhnya terintegrasi dalam E-Goverment. KPK membagikan video tersebut ke seluruh pemerintah daerah lainnya. 

Tujuan implementasi sistem IT itu adalah untuk mencegah tindak pidana korupsi. E–government yang diterapkan pemerintah kota terdiri atas tiga bagian besar yaitu sistem pengelolaan keuangan daerah, e-SDM, E-Permit, e-Health, e-Dishub, e-Office, Media Center dan Sistem Siaga Bencana. Untuk sistem pengelolaan keuangan daerah ada 12 aplikasi yang terintegrasi diantaranya e-Musrenbang, e-Budgeting, e-Project, e-Procurement, e-Delivery, e-Controlimh, e-Performance, e-Simbdada, e-Payment, e-Tax, e-Audit dan Fasum-Fasos.

Keberhasilan Walikota Risma membangun pemerintah kota, mendorong berbagai pihak tertarik untuk berguru. Sejumlah instansi pemerintah maupun swasta, perguruan tinggi, media massa serta LSM seringkali mengundangnya sebagai pembicara dalam berbagai kegiatan diskusi, seminar maupun acara lain di dalam dan luar negeri. Melalui forum itu, diharapkan, ia berbagi ilmu dan pengetahun tentang kepemimpinan dan sistem pengelolaan pemerintahan. Tak sedikit yang melakukan kunjungan kerja ke Balai Kota, untuk mengetahui langsung tata kelola pemerintahan di Surabaya. Karena prestasi dan kiprahnya itu yang terus mendapat perhatian publik, maka wajar nama Tri rismaharini semakin dikenal. Tidak saja di level nasional, melainkan juga internasional.

Apalagi dalam pekan ini, selama beberapa hari, 25 - 27 Juli akan berlangsung agenda internasional, yang dihadiri sekitar 7.000 delegasi dari 193 negara. Momen besar itu, bisa dipastikan pemberitaan media nasional dan internasional mengarah pada acara Prepcom III UN Habitat III di Surabaya. Di samping sorotan pada masalah isu krusial yang dibahas dalam rapat.  Berbagai destinasi wisata di  kota Surabaya dengan segala potensi alam, seni -budaya dan kreatifitas warganya akan menjadi daya tarik sekaligus hiburan bagi tamu-tamu asing yang ingin menikmati suasana Ibu kota Provinsi Jawa Timur ini dalam kegiatan field trip.

 Untuk kegiatan wisata bagi para tamu manca negara, pemerintah kota akan mengenalkan mereka Kampung Tematik, yakni kampung-kampung yang tersebar di beberapa kawasan kota dengan segala karakteristik dan keunggulan yang dimiliki, misalnya : Kampung Batik di Rungkut, Kampung Kue Basah di Tegalsari, Kampung Olahan Hasil Laut di Bulak, serta Kampung Tas di Morokrembangan.

Jadi, wajar kiranya dengan penyelenggaraan Prepcom 3 UN Habitat III ini, nama Kota Surabaya semakin mendunia, demikian juga nama kepala daerahnya, Tri Rismaharini. Apabila berlangsung sukses, bukan tak mungkin simbiose jalinan kerjasama dengan kota dan negara lain akan terjadi. Jika selama ini, pemerintah kota sudah melakukan kerjasama sister city atau kota kembar dengan beberapa kota di negeri lain. Pasca Prepcom III, bisa jadi akan jalinan sistercity maupun bilateral akan makin meluas.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun