Mohon tunggu...
Indriatami Suwardi
Indriatami Suwardi Mohon Tunggu... Akuntan - Fulltime wife

....... masi banyak titik-titik yang perlu diisi.... \r\n\r\nwww.wanitakampung.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Wage" Film Sejarah yang Sepi Penonton

4 Maret 2018   15:06 Diperbarui: 4 Maret 2018   15:10 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: palingbaru.com Wage kecil bersama sang kakak Ipar Van Eldik yang mengajari musik

Ah sudah lama sekali ga ngeblog. Setahun lebih kali yahh. Maklum ada beberapa peristiwa yang membuat saya lupa eh bukan lupa sih sengaja pengen  melupakan sejenak bersama sang waktu duh. Intinya pengen menyendiri eh  lanjut jadi malas-malasan deh jadinya.

Ga mod juga sih buat nulis  padahal di otak ada banyak sekali memori-memori perjalanan yang pengin  segera diceritakan entah ada pembacanya atau tidak minimal nanti saya  punya jejak aja di Dunia Maya.

Well minggu lalu saya dengan suami yang hobi banget nonton bingung deh weekend ini mau nonton apa. Karena semua film hampir sudah ditonton kecuali film Indonesia remaja cinta-cintaan yang memang aku dan suami  ga begitu suka. Pilihan jatuh ke Wage pas banget momen hari Sumpah  Pemuda cui. Kali aja semangatnya nular ke saya. Amiin

Gila ini film bagus yang menambah wawasan saya mengenai biografi  pencipta lagu Indonesia Raya. Karena dicatatan sejarah sekolah yang  pernah saya tempuh ga disebutin secara detail hanya cuma dicantumin siapa pencipta lagu Indonesia Raya? semua anak-anak pasti njawab, WR  Supratman.

Nah WR itu singkatan Wage Rudolf. Nama panggilan kecilnya  adalah Wage. Berita tentang lahirnya Wage masih simpang siur. Ada yang  bilang Wage lahir di Jatinegara-Jakarta, ada pula yang bilang Wage lahir  di desa Wonogiri lalu dibawa ibunya ke Jakarta.

Wage kecil adalah anak yang cerdas. Bapaknya seorang tentara militer di  jaman Pemerintah Belanda (Tentara KNIL). Ibunya sering sakit-sakitan. Hingga meninggal dunia. Wage kecil akhirnya diasuh oleh kakak  perempuanya yang bersuamikan orang Belanda W.M Van Eldik. Dan dari Van  Eldik inilah jiwa musiknya mulai terasah. Dan demi mendapatkan akses di  sekolah anak keturunan Belanda maka nama Wage ditambah Rudolf jadi Wage  Rudolf  Supratman.

Wage kecil hingga remaja tinggal di Makassar bersama kakak iparnya Van  Eldik . Dia bermasin musik yang tergabung dalam grup band "Black and  White". Bermain musik di Cafe-cafe  Belanda yang bayaranya mahal.

Walau hidup bergelimang harta, Jiwa wage tetep sepi dan disaat pulang  bermain musik dicafe-cafe pada malam hari Wage mendengar pekikan sekelompok pemuda yang meneriakan kemerdekaan.

Disaat itulah ia tertarik dan ingin bergabung secara diam-diam untuk organisasi pemuda itu.  Hampir ia selalu memberikan sebagian gajinya untuk mendanai gerekan  pemuda itu.

Kucing-kucingan dengan pemerintah Belanda akhirnya organisasi pemuda itu diketahui oleh Belanda karena mereka takut terjadi pemberontakan Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia maka dibubarkan. Kakak iparnya Van Eldik juga di beri peringatan agar hati-hati karena Wage ikut dalam  pergerakan pemuda itu. Akhirnya Wage remaja merantau ke Jawa dan menjadi  seorang wartawan.

Kehidupan di Jawa berbanding terbalik dengan Makassar. Ia mulai hidup  dari nol. Gaji kecil sebagai wartawan kadang kurang dan belum lagi untuk  mendanai pergerakan pemuda yang ada di Tanah Jawa. Tepatnya Jakarta.  Bahkan sempat menjual barang-barang yang ada di rumahnya kecuali Biola.

Wage juga ikut sebagai anggota pemuda yang akan melahirkan Sumpah Pemuda  nantinya. Dan wage di tunjuk untuk menciptakan lagu Kebangsaan yang nantinya akan digunakan sebagai penutup Konggres Pemuda. Saya baru tahu  Lagu Indonesia Raya ternyata merupakan lagu pertama dan terakhir yang di  ciptakan oleh WR Supratman.

Ada kalanya lagu Indonesia Raya itu dinyanyikan tanpa teks hanya melalui  instrumen gesekan Biola saja. Karena memang di larang oleh Pemerintah  Belanda saat itu.

Sejak lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangakan  banyak rakyat pribumi menyanyikannya hingga menimbulkan berbagai  pergolakan dan menimbulkan semangat juang untuk Indonesia Merdeka.  Belanda berkali-kali ingin menangkap Wage karena lagunya dab ikut dalam  organisasi pemuda itu dimana tercium pergerakan Kemerdekaan bagi Bangsa  Indonesia.

Selain menciptakan lagu , Wage juga sempat membuat novel dengan nama  samaran namun lagi-lagi ketahuan oleh Belanda dan semua semua hasil  karya Wage dilarang keras beredar di pasaran.

Dengan susah payah  akhirnya Pemerintah Belanda menangkap Wage. Sejak ditangkap banyak  protes keras yang dilakukan oleh pemuda-pemudi Indonesia agar Wage di  bebaskan namun hasilnya nihil. Hingga Wage sakit dalam penjara. Walaupun  badan Wage di penjara namun jiwa Wage bebas.

Wage akhirnya meninggal dunia setelah beberapa minggu di bebaskan dari penjara. Tepatnya tahun 1938 sebelum Indonesia Merdeka. Namun ia sangat  yakin bahwa Indonesia pasti Merdeka.

Di akhir film ini saya sempat mewek karena saya benar-benar baru tahu  bahwa Pencipta Lagu Indonesia Raya ini wafat sebelum Indonesia Merdeka.

Saya kira ia sempat bangga dalam beberapa tahun setelah Kemerdekaan Indonesia  karena lagunya kini jadi lagu Kebangsaan yang dikumandakan  dimana-mana bahkan di dunia ketika ada kejuaraan dunia. Dan lagi kisah  hidupnya yang sendirian dan belum menikah. Kisah cintanya pilu, lalu  dipenjara dan sakit.

Sungguh haru akan pengorbannmu Wage. Sampai  kapanpun lagu Indonesia Raya akan berkumandang hingga hari akhir zaman.

Untuk setting film ini sangat bagus. Indonesia kaya akan peninggalan  bangunan bersejarah yang banyak digunakan untuk syuting film ini. Keren  dah pokoknya. Banyak bule-bulenya. Keren dah pokoknya.

Dan seminggu setelah nonton film ini, saya ke bioskop untuk menonton  film lain. Dan sedih banget ternyata film Wage sudah tidak tayang lagi  di Bioskop tersebut.

Mungkin ini sudah menjadi jalannya. Jalan sunyi  bagi seorang Wage yang sesunyi hidupnya. Sepi penonton. Biarlah karya  lagunya yang terus berkumndang memenuhu langit dan bumi Indonesia.

Mampang Prapatan, 5 Desember 2017  11.17 wib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun