Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

BPJS Kesehatan Ibarat Duren

27 Mei 2024   16:24 Diperbarui: 27 Mei 2024   17:15 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duren itu istilah dalam bahasa Jawa dari "durian". Di Indonesia buah durian tergolong mewah, terkecuali di wilayah penghasil buah ini, seperti misalnya beberapa kota di pulau Sumatra, juga Jawa. Jadi jelas ya duren di tulisan ini bukan singkatan dari "duda keren". Namun, kita tahu duren itu memang keren, ya rasanya pun penggemarnya.
.
Lantas ada apa dengan BPJS? Duren digunakan sebagai perumpamaan BPJS yang semakin ke sini semakin keren. Bagaimana penjelasannya?

Seusai bedah buku |Foto: Indria Salim
Seusai bedah buku |Foto: Indria Salim
BPJS yang beroperasi sejak tahun 2014 kini menginjak usia satu dekade -- yang menurut Penulis relatif matang sekaligus masih muda. Usia matang karena perjalanannya yang penuh dinamika. Pada mulanya BPJS mengalami kesulitan beroperasi karena defisit. Masyarakat peserta program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dari BPJS Kesehatan yang adalah Badan Hukum Publik ini mengeluhkan berbagai kekecewaan atas pelayanan yang dirasakan tidak sesuai harapan.

Bukan itu saja, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat memberikan label haram terhadap penyelenggaraan program JKN. Intinya, BPJS melalui perjalanan berliku dan terjal. Maka jika kini BPJS ibarat buah duren, dulunya itu sebaliknya. BPJS itu dulu dipandang sebelah mata, diremehkan, ibaratnya seperti telo (ubi jalar) yang "murah atau sepele".

Sumber: Indria Salim
Sumber: Indria Salim

Sekeren apakah BPJS di usianya yang satu dekade ini?
BPJS Kesehatan telah membuktikan kemajuan dan peningkatan pelayanannya, prestasinya menorehkan penghargaan dan apresiasi baik di kancah nasional maupun internasional, termasuk mendapatkan kesempatan berbicara di forum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
.
Semua hal di atas bisa dikulik lebih lengkap dan detil di dalam buku "Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren -- Catatan 10 Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan".
Buku yang diluncurkan pada tanggal 17 Mei yang lalu di Kantor Pusat BPJS, Jakarta ini ditulis oleh Prof. dr.Ali Gufron Mukti, MSc., Ph.D., AAK, yang kini menjabat sebagai Direktur Utama BPJS Kesehatan.

Buku Satu Dekade BPJS Kesehatan| Dokpri
Buku Satu Dekade BPJS Kesehatan| Dokpri

Saya bersyukur bisa membaca langsung buku "peringatan usia ke-10" ini karena hadir pada acara Peluncuran dan Bedah Buku BPJS tersebut.

Selain buku tersebut di atas, BPJS Kesehatan juga meluncurkan buku kedua yang berjudul "Prinsip Dasar Sistem Jaminan Sosial dan Asuransi Kesehatan" banyak membahas mengenai dasar-dasar asuransi kesehatan sosial termasuk penyelenggaraan Program JKN.
.
Kalau buku pertama berisi tentang sejarah, perjalanan, transformasi yang hasilnya banyak dirasakan masyarakat peserta JKN, fitur-fitur yang memberikan kemudahan dan terobosan baru bagi peserta dan Rumah Sakit mitra BPJS Kesehatan, maka buku kedua memuat isu-isu terkini terkait BPJS dan kebijakan pemerintah.
.
Penulis tidak memiliki buku yang kedua, namun dari acara bedah bukunya, terungkap bahwa buku kedua  membahas tentang Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK), Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), mekanisme naik kelas dan urun biaya, program antikecurangan, dan transformasi digital yang dilakukan BPJS Kesehatan.
.
BPJS Kesehatan tidak berpuas diri dan berhenti mengupayakan pembenahan, perbaikan, dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kolaborasi bersama banyak pihak juga terus dikembangkan.

"BPJS Kesehatan terus berbenah melakukan perbaikan layanan dari masa ke masa," ungkap Dirut Gufron Mukti.

Dirut Gufron menyatakan bahwa pada tahun 2014 jumlah peserta JKN tercatat sebanyak 114 juta jiwa dan naik melesat menjadi lebih dari 271,2 juta jiwa per 10 Mei 2024 dengan pemanfaatan Program JKN turut meningkat dari 92,3 juta per tahun pada tahun 2014 menjadi 606,6 juta per tahun pada tahun 2023.

Peluncuran Fitur BUGAR | Foto: Indria Salim
Peluncuran Fitur BUGAR | Foto: Indria Salim

Fitur terbaru BUGAR | Foto: Indria Salim
Fitur terbaru BUGAR | Foto: Indria Salim

Ada hal yang perlu mendapatkan perhatian kita semua, khususnya masyarakat di tanah air yaitu adanya pernyataan Dirut Gufron Mukti, "Kesadaran pola hidup sehat masyarakat Indonesia belum cukup tinggi, masih banyak yang tidak sehat. Mereka ini keberatan membayar iuran kesehatan, tetapi nggak segan mengeluarkan uang buat rokok, misalnya."
.
Maka pada kesempatan yang sama, BPJS Kesehatan meluncurkan fitur baru di Aplikasi Mobile JKN bernama BUGAR. Dirut Gufron mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sejumlah layanan yang ada dalam fitur ini, yang meliputi pemantauan data vital kesehatan peserta JKN; pengukuran tubuh berupa aktivitas langkah; energi yang dihabiskan; dan jarak yang ditempuh sehari-hari oleh peserta JLN dengan berjalan.
Oh ya, fitur BUGAR ini dapat mengukur kualitas tidur dan kalori peserta. Yuk kita coba!
.
Dirut Ghufron Mukti menambahkan, BPJS Kesehatan telah menciptakan i-Care JKN yang dapat memfasilitasi peserta JKN dan dokter untuk mengakses riwayat kunjungan peserta dalam 12 bulan terakhir sehingga peserta terlayani lebih cepat dan tepat oleh dokter.
.
Acara penting ini menghadirkan
Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan, Syarifah Liza Munira, yang mewakili Menteri Kesehatan,  Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Agus Suprapto, Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades l, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Iing Ichsan Hanafi, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, dan Kata Ketua Dewan Pengurus Forum Pemred, Arifin Arsydhad.
Ketujuh tokoh ini berbicara untuk memberikan umpan balik selain tentang dua buku yang diluncurkan, juga utamanya tentang BPJS Kesehatan.

Mewakili Menteri Kesehatan, Syarifah Liza Munira, mengapresiasi upaya BPJS Kesehatan dalam melakukan jaminan kesehatan dan mengontrol pengeluaran biaya pelayanan kesehatan. Menurut Syarifah, tentu diperlukan langkah bersama untuk melakukan penguatan layanan kesehatan di FKTP, antara lain dengan melalui perluasan manfaat skrining kesehatan.

"Jaminan sosial di Indonesia harus dikenalkan pada generasi muda. Kehadiran buku ini memiliki visi yang sama dengan Modul Proyek Muatan Jaminan Sosial pada Kurikulum Pendidikan Nasional Tahun 2023. Melalui peningkatan literasi, diharapkan pemahaman tentang jaminan sosial akan lebih merata di masyarakat, baik itu terkait kesehatan maupun ketenagakerjaan," Agus Suprapto menyatakan.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades mengatakan, BPJS Kesehatan sudah melaksanakan tugas menyelenggarakan JKN dengan baik. Emanuel menyaksikan sendiri apresiasi Badan PBB terhadap BPJS Kesehatan saat ia hadir di forum internasional itu.

Apa pernyataan Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Iing Ichsan Hanafi?
"Dulu, rumah sakit swasta masih pilih-pilih kalau mau kerja sama dengan BPJS Kesehatan. Kondisi sekarang, rumah sakit swasta sangat bergantung pada BPJS Kesehatan. Saat ini sekitar 64 pesen rumah sakit swasta di Indonesia sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Harapan ke depan, ada peningkatan mutu layanan agar lebih efektif efisien di rumah sakit."

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menyarakan harapannya bahwa buku tersebut dapat memperkuat upaya meningkatkan literasi masyarakat tentang konsep Program JKN atau asuransi sosial di Indonesia.

Lima hal penting yang dapat dipetik dari isi buku pertama BPJS Kesehatan, yaitu

"Pertama, leadership. Perlu orang dengan passion yang tinggi untuk mengelola BPJS Kesehatan. Kedua, akses kesehatan semoga bisa lebih bagus dan diikuti dengan ekosistem yang ada. Ketiga, orientasi dalam pelayanan sudah luar biasa, jemput bola untuk memperjelas informasi. Keempat, penggunaan teknologinya sudah luar biasa. Kelima, edukasi dan sosialisasi tidak berhenti, baik ke masyarakat maupun ke pengelola fasilitas kesehatan," kata Arifin Asydhad, Ketua Dewan Pengurus Forum Pemred.

Penulis mendapatkan kesan bahwa bedah buku oleh semua perwakilan yang hadir itu jujur dan faktual. Itu tercermin dari umpan balik yang disampaikan dalam bentuk kritik, saran, apresiasi, pujian, semuanya memberikan perspektif membangun.

Salam sehat, Kompasianers |Indria Salim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun