Duren itu istilah dalam bahasa Jawa dari "durian". Di Indonesia buah durian tergolong mewah, terkecuali di wilayah penghasil buah ini, seperti misalnya beberapa kota di pulau Sumatra, juga Jawa. Jadi jelas ya duren di tulisan ini bukan singkatan dari "duda keren". Namun, kita tahu duren itu memang keren, ya rasanya pun penggemarnya.
.
Lantas ada apa dengan BPJS? Duren digunakan sebagai perumpamaan BPJS yang semakin ke sini semakin keren. Bagaimana penjelasannya?
BPJS yang beroperasi sejak tahun 2014 kini menginjak usia satu dekade -- yang menurut Penulis relatif matang sekaligus masih muda. Usia matang karena perjalanannya yang penuh dinamika. Pada mulanya BPJS mengalami kesulitan beroperasi karena defisit. Masyarakat peserta program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dari BPJS Kesehatan yang adalah Badan Hukum Publik ini mengeluhkan berbagai kekecewaan atas pelayanan yang dirasakan tidak sesuai harapan.
Bukan itu saja, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat memberikan label haram terhadap penyelenggaraan program JKN. Intinya, BPJS melalui perjalanan berliku dan terjal. Maka jika kini BPJS ibarat buah duren, dulunya itu sebaliknya. BPJS itu dulu dipandang sebelah mata, diremehkan, ibaratnya seperti telo (ubi jalar) yang "murah atau sepele".
Sekeren apakah BPJS di usianya yang satu dekade ini?
BPJS Kesehatan telah membuktikan kemajuan dan peningkatan pelayanannya, prestasinya menorehkan penghargaan dan apresiasi baik di kancah nasional maupun internasional, termasuk mendapatkan kesempatan berbicara di forum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
.
Semua hal di atas bisa dikulik lebih lengkap dan detil di dalam buku "Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren -- Catatan 10 Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan".
Buku yang diluncurkan pada tanggal 17 Mei yang lalu di Kantor Pusat BPJS, Jakarta ini ditulis oleh Prof. dr.Ali Gufron Mukti, MSc., Ph.D., AAK, yang kini menjabat sebagai Direktur Utama BPJS Kesehatan.
Saya bersyukur bisa membaca langsung buku "peringatan usia ke-10" ini karena hadir pada acara Peluncuran dan Bedah Buku BPJS tersebut.
Selain buku tersebut di atas, BPJS Kesehatan juga meluncurkan buku kedua yang berjudul "Prinsip Dasar Sistem Jaminan Sosial dan Asuransi Kesehatan" banyak membahas mengenai dasar-dasar asuransi kesehatan sosial termasuk penyelenggaraan Program JKN.
.
Kalau buku pertama berisi tentang sejarah, perjalanan, transformasi yang hasilnya banyak dirasakan masyarakat peserta JKN, fitur-fitur yang memberikan kemudahan dan terobosan baru bagi peserta dan Rumah Sakit mitra BPJS Kesehatan, maka buku kedua memuat isu-isu terkini terkait BPJS dan kebijakan pemerintah.
.
Penulis tidak memiliki buku yang kedua, namun dari acara bedah bukunya, terungkap bahwa buku kedua  membahas tentang Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK), Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), mekanisme naik kelas dan urun biaya, program antikecurangan, dan transformasi digital yang dilakukan BPJS Kesehatan.
.
BPJS Kesehatan tidak berpuas diri dan berhenti mengupayakan pembenahan, perbaikan, dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kolaborasi bersama banyak pihak juga terus dikembangkan.
"BPJS Kesehatan terus berbenah melakukan perbaikan layanan dari masa ke masa," ungkap Dirut Gufron Mukti.
Dirut Gufron menyatakan bahwa pada tahun 2014 jumlah peserta JKN tercatat sebanyak 114 juta jiwa dan naik melesat menjadi lebih dari 271,2 juta jiwa per 10 Mei 2024 dengan pemanfaatan Program JKN turut meningkat dari 92,3 juta per tahun pada tahun 2014 menjadi 606,6 juta per tahun pada tahun 2023.