Saat ini kita masih dalam suasana tahun baru imlek, tahun macan. Saya tidak pernah melewatkan suasana Imlek dari tahun ke tahun. Tahun ayam jago (rooster), tahun naga (dragon), dan seterusnya.
Setiap tahun bagi saya ada kenangan unik dan berbeda. Menyaksikan aksi barongsai beberapa kali, ikut menikmati kue keranjang jangan ditanya, saya sering hoki menerima hantarannya -- entah dari tetangga, famili, juga teman.
Saya tidak memiliki kostum model Cheongsham yang menjadi ciri khas untuk merayakan hari raya imlek, namun setidaknya saya menyukai berswafoto dengan ornamen dan dekorasi bernuansa Imlek.
Selintas, memori tentang Imlek terasosiasikan dengan makanan tertentu selain kue keranjang. Ya, itu antara lain adalah hantaran atau sajian buah-buahan -- khususnya buah jeruk, dengan aksen keindahan bunga warna-warni, atau cukup serangkaian bunga sedap malam yang tidak terpisah dari cerita Imlek. Ada juga ikan bandeng, khas hidangan imlek.
.
Untuk tahun macan ini, di kompleks saya tampak ada beberapa keluarga yang menerima serombongan tamu berbaju merah, mungkin itu adalah keluarga besar dan kerabat para tetangga itu. Banyak anak-anak muda juga yang berkunjung, kata kuncinya angpau mungkin, dan silaturahmi. Semoga pengamatan saya lumayan cermat, ya.
Buah-buahan dan Menu Keseharian Saya
Kebetulan saja Februari ini bulannya Imlek, dengan tradisi mengirim hampers termasuk buah-buahan.
Waktu saya tanyakan pada seorang teman yang Tionghoa, pada intinya buah-buah itu dimaknai sebagai sumber kesatuan, kerukunan, sumber rezeki dan kemakmuran, dan semacamnya.Â
Apa saja misalnya?