Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengintip Pencakar Langit dari Hutan Kota

24 Maret 2021   06:54 Diperbarui: 24 Maret 2021   08:36 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memandangi pencakar langit dari hutan kota |Foto: Indria Salim

Menghirup udara bersih
Memandangi langit biru cerah
Mengagumi rimbun teduhnya pepohonan hijau
Menikmati kicauan burung-burung memecah lamunan pejalan
Menghampiri lelaki tua penyapu jalan yang ramah
Sementara Sang waktu terus berjalan ...

Sudah satu tahun lamanya aku tidak mengunjungi kawasan ini, jantung kota Jakarta ibukota negara.

Dulu di sini adalah ruang gerakku, pusat kegiatan profesi dan rekreasi personalku.

Kemarin adalah momen berharga, aku berjalan menyusuri hutan kota, ya, Hutan Kota GBK, begitu tertulis di peta.

Menurutku setiap kawasan perlu memiliki hutan kota sendiri. Semua butuh udara bersih, oksigen yang menyehatkan paru-paru, sumber kehidupan semua makhluk hidup.

Merawat Hutan, Mencintai Kehidupan |Foto: Indria Salim
Merawat Hutan, Mencintai Kehidupan |Foto: Indria Salim
Hutan Kota GBK mungkin bisa lebih dimaksimalkan kualitas penataan dan keragaman pohonnya. Hutan kota perlu dioptimalkan fungsi dan manfaatnya, bagi semua -- masyarakat, dan satwa penghias alami, seperti burung, kupu-kupu, dan sebangsanya.

Kita semua wajib memiliki kesadaran mengapresiasinya, dengan menjaga kelestariannya. Kita juga menghargai petugas kebersihan dan taman. Apakah mereka sudah sejahtera dengan pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaannya?

Tentu hidup yang mendasar adalah bagaimana agar kita bisa tetap bertahan, mampu menghadapi tantangan, melewati kendala yang merintangi kelangsungan perjalanan.

Bagi sementara orang, mencukupi kebutuhan sehari-hari sudah sangat berat terasa. Ah! Aku sudah tersesat, Hutan Kota ini pintu gerbangnya digembok! Aku hanya numpang lewat mencari jalan pintas ke halte bus Trans-Jakarta. Trotoar ini menjebakku, sungguh.

Sang lelaki kurus dengan sapu lidi yang besar, tidak sengaja menyapu kakiku.  Senyumnya cuma-cuma, pun petunjuk arahnya kepadaku.
"Ibu naik lift itu saja, dipencet, buka, langsung ke atas jembatan menuju halte Trans-Jakarta," katanya.

Penyapu jalan dan senyum tulusnya meninggalkan kesan mendalam bagiku.
Indria Salim - 24 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun