Pada sebuah siang yang mendung, saya berbincang singkat dengan tetangga sebelah rumah dari seberang pagar -- tepatnya di teras masing- masing.
Sebut saja nama tetangga ini B.
B sedang memanaskan mobilnya, saya sedang menyirami pot-pot tanaman. Â B sendiri ngantor di Jakarta, namun jadwal pada minggu itu dia WFH (bekerja dari rumah). Belum lama berbincang, datanglah tetangga yang belum saya kenal, membawa makanan yang adalah pesanan B. Ternyata dia tinggal satu blok dari lokasi kami, namanya C.
*Video berdurasi 30 detik yang saya unggah di Youtube di atas ini sudah dilihat oleh 1.400 pemirsa. Video aslinya saya bagikan kepada C, yang setiap pagi dia jadikan status promosi di WA pribadinya.*
Dari B, saya jadi tahu kalau dia jualan makanan, saat itu yang dia bawa buat B adalah tahu isi goreng.
Kebayang nggak sih, lagi agak jenuh ada yang jualan cemilan favorit? Iya, itu salah satu makanan favorit saya.
Seketika saya ikutan pesan.
Nggak berselang lama C kembali dengan pesanan saya, tujuh potong tahu isi yang masih panas dan mengepulkan uap.
Awalnya biasa saja, maksud saya rasanya seimbanglah dengan harganya, dua ribu perak sepotongnya. Tergoda dengan penampilannya yang "boleh juga buat iseng motret", saya jeprat-jepret memotret sepiring tahu isi.
Lalu spontan terpikir oleh saya kalau foto itu saya kirimkan ke C, mungkin berguna buat C Â memajangnya saat "buka PO". C senang dengan foto saya.
Belakangan saya lihat foto itu terpajang di status WA-nya. Setelah itu barulah saya menikmati tahu isi, masih biasa saja, walau menurut saya nilainya lebih tinggi daripada yang dijual di Kang gorengan di pojok pasar.
Apa poin lebihnya? Makanan lebih fresh langsung dari rumah tetangga. Harga tidak lebih mahal, bebas ongkir pula.
Keesokan harinya C buka PO lagi, dan saya memesan lagi. Kali ke-dua, citarasa lebih berkesan. Masih ada yang perlu ditingkatkan dari kemantapan bumbunya.
Mengenalnya sekilas, C terbuka dengan masukan saya, selain juga apresiatif dan antusias.
Pesanan hari ke-tiga, saya kurang puas karena rasa asinnya agak dominan, tetapi saya diam saja.
Nah, hari ke-empat pesanan saya mengesankan. Rupanya dia mendengarkan cerita saya sebelumnya tentang tahu isi ala isteri eks teman kantor saya -- isinya lebih krezz krezz, bumbunya seimbang dan mantap, gorengannya sempurna, dan tahan berjam-jam tanpa basi karena proses memasaknya "matang".
Saya katakan pada C, "Hari ini tahu isinya paling enak, sudah mirip bikinan isteri teman kantor saya!"
"Hahaaha, saya penasaran cara membuat tahu yang isinya seperti yang ibu bilang itu," jawab C ceria.
Makin hari tahunya makin nagih saja buat saya. Praktis saya setiap hari makan tahu isi, wuihihihi.
Iseng sekaligus menyemangatinya, saya mereka-reka logo versi "kw" sekaligus memberi nama merek tahu isinya, "Tahu Isi Mama AA".
C adalah seorang ibu berusia muda dengan dua anak kembar laki-laki yang periang seusia anak TK. Sulungnya bernama Ay, yang kecil bernama Ad. Itulah asal nama merek "Mama AA".
"Waduh, terima kasih Bu, semoga kelak saya punya toko makanan. Saya malah nggak kepikiran dengan nama yang ibu bikinin," sambutnya melalui WA.
"Ya, mimpi dulu kan nggak apa-apa, mbak. Mimpi itu adalah cita-cita," kata saya setengah mendoakan keberhasilannya menambah uang dapur dari rumah saja.
Meskipun mungkin banyak ibu-ibu yang berusaha, berkreasi dan produktif dengan tinggal di rumah, bagi saya sosok C itu menginspirasi.
Saya salut dengan semangat dan kreativitasnya di tengah kesibukan rumah tangga, mengurus dan mendampingi anak-anaknya, khususnya di masa prihatin karena pandemi.
Dia memanfaatkan keterampilannya memasak makanan rumahan-- tahu isi, pisang goreng, opor ayam, paket ayam geprek, paket nasi ikan tuna, semua terkesan mengalir begitu saja. Situasi kondusifnya, lingkungan tetangga memungkinkan bisnis skala rumah tangga ini lumayan dijalankan.
Kadang, di saat kita bosan atau lesu mental, memotivasi orang lain bisa menjadi doping stamina mental kita sendiri. Bagaimana menurut Anda? Apa pengalaman Anda yang lebih kurang serupa?
Cerita ini saya tulis sebagai Diary yang juga saya bagikan kepada para pembaca Kompasiana.
Selamat mengamati suasana Hari Imlek 2021.
Salam sehat, salam sejahtera, tetap bahagia!
Indria Salim, 11 Februari 2021
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H