Hah, apa pula isinya artikel ini? Judulnya seakan ngajak perang? Menggempur, memang K tembok apa? Lantas "cem mana" hubungan antara menulis dengan jurus Sapu Jagat? Itu bukannya cuma ada di dunia persilatan, atau cerita silat khas karangan Asmaraman Kho Ping Hoo? Mana ada anak milenial yang tahu itu?
Aku mendongak ke arah
langit-langit eternit yang sebagian lapisannya mengelupas. Berusaha keras bisa menjabarkan kata dan ungkapan yang kutulis sendiri.
Nah loh, ngomong itu mudah. Memberikan makna dan membuat orang lain paham maksudmu itu perkara lain, semacam urusan yang gampang-gampang sulit.
Ee, jangan menyerah dulu. Selesaikan gagasanmu hingga tuntas. Jadi penulis, bertanggungjawablah setidaknya kepada dirimu sendiri!" hardik separuh diriku yang kusebut Si Ego. Ya, separuh. Separuh lainnya adalah bagian diriku yang malas, sok piawai, tetapi pembosan dan ngeyelan.
Inilah sulitnya berantem dengan diri sendiri -- Si Ego dan Si Malas. Menjengkelkan dan seringnya bikin aku senyum, merengut, mengerutkan alis, dan mondar-mandir nggak jelas seperti orang gila.
Bah! Ini cuma mau nulis buat pembaca Kompasiana.
Eh jangan salah. Kau tidak pernah tahu siapa saja yang kau sebut sebagai pembaca Kompasiana. Meskipun beredar di jagat virtual, pembacanya manusia beneran.
Mungkin mereka seorang pengacara keren, dosen favorit, remaja kesasar di ruang baca Kompasiana, dokter menawan, seniman pengukir kata, bisa jadi juga Anggota Dewan Sidang yang terhormat, budayawan, pengamat olahraga, pun ibu-ibu yang baru ingin mendaftarkan diri agar punya kesempatan menulis di Kompasiana. Dulu kau pun begitu bukan?
Bisakah diam sejenak selagi aku mencari jawab atas celetukanku sendiri? Atau, bantulah aku menyelesaikan tulisan ini menjadi kudapan renyah bagi pembacaku?
Hahaa, baru lima menit yang lalu kau lemparkan istilah jurus Sapu Jagat, sekarang kau mengecohku dengan melempar istilah lain, itu -- "kudapan renyah", bikin aku mendadak ingin makan Kemplang, atau Kacang Medan!
Tik, tok, tik, tok suara detak jam dinding. Arrgh, sudah dua jam berlalu, namun aku masih galau. Galau dan meracau menghadapi dinding batas kebuntuan pikiran.
Baiklah, mending kusudahi dulu upayaku menulis. Karena tersaji mentah, kusimpan sajalah ini di bilik Diary.
Hahaa, aku menang melawanmu, kau Si Malas pembosan garis keras! Kali ini karena aku sedang bahagia, bolehlah kusumbangkan satu paragraf penutup dalam Diary ini. Eh, ini Diary kan?
"Menggempur Kompasiana dengan Jurus Sapu Jagad" itu menurutku bila para pendekar pena melakukan tendangan maut sedemikian rupa hingga semua tembok jebol dan menyisakannya dengan nama mereka eksis di mana-mana. Jejak tendangan mereka bisa kau lihat ada di planet-planet HL, NT, Terpopuler, dan tetap muncul di planet Feature.
Sampai jumpa!
Woii, tunggu! Tanpa mengungkap rahasia jurus Sapu Jagat, paragraf penutupmu tiada guna," aku memprotes Si Ego.
"Oh! Serahkan porsi itu pada ahlinya -- para pendekar itu, siapa lagi," seringai Si Ego tanpa rasa bersalah.
Indria Salim| 19 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H