Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menjemput Kesempatan di Balik Pandemi, Narativ Ada Buat Kita

31 Juli 2020   17:30 Diperbarui: 9 Desember 2020   13:08 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Narativ, Program Content Marketing untuk Kompasianer! (ilustrasi: Kompasiana.com)

Tentang copywriting, dulu saya pernah mempraktikkannya tanpa menyadari ikhwalnya. Itu cerita satu dekade yang lalu, saat saya diminta membuat tulisan pendek yang akan dipakai untuk sebuah brand kopi dalam peluncuran varian produk barunya. Konon order awal dari "agency" itu adalah menerjemahkan, ternyata saya harus membuat konten yang sama sekali baru, berbahasa asing pula.

Dalam soal beginian, saya merasa puas bila hasil akhir telah melalui proses swasunting, konsultasi dengan beberapa teman untuk bagian yang saya tidak yakin itu frasa terbaik, atau yang paling mengena. Ya, semacam QC (quality control) cara saya. 

Itu tahun 2009-an, ketika tantangan dunia usaha dan kompetisi pemasaran belum semasif era digital dengan digital marketing-nya.

Waktu berlalu, sampai pada tahun 2013 saya  mulai menulis di Kompasiana. Baru juga memetakan diri di tengah nuansa warna Kompasiana, satu artikel saya tahu-tahu dimuat di Kompasiana Freez, halaman khusus di Kompas Cetak, berisi tulisan tematik terpilih karya Kompasianer.

Cerita saya dengan Kompasiana berlanjut sampai detik ini, lengkap dengan romantika-dinamikanya menulis di platform (dulu) yang disebut Blog Jurnalisme Warga, berkembang sebagai Etalase Warga. 

Iya, etalase tempat kita memajang karya, yang ternyata mengundang minat pihak luar yang butuh "copywriter" dan sejenisnya.

Dari tahun ke tahun, saya beruntung disertakan (tepatnya ditawari) untuk ikut dalam program-program kolaboratif Kompasiana dengan pihak luar -- institusi pemerintah, BUMN, entitas bisnis skala kecil, menengah, juga besar.
Nah, pada era itu ceritanya peran saya adalah sebagai penulis eksklusif (exclusive writer).

Manfaat apa yang saya dapat?
Material/ finansial berupa honor menulis tentunya, dan merchandise yang menjadi bagian dari branding dan kegiatan promosional organisasi/ perusahaan/ korporat yang bersangkutan.
Menggairahkan, membanggakan, dan bermakna secara mental.

Manfaat Non-Material
Walaupun tidak selalu bahagia menulis di Kompasiana, itu sebenarnya suatu kewajaran dalam sebuah "hubungan dan interaksi", termasuk saya dengan Kompasiana.
Anggaplah itu bumbu dan seni kehidupan. Kalau berpikir positif, menulis di Kompasiana lebih banyak suka daripada dukanya.
Lha gimana, saat saya jenuh atau merasa kepala penuh dari perkara keseharian, juga ada hal yang rasanya perlu saya bagikan, maka (pe)lari(an)nya ke Kompasiana, ya nulislah.

Pada satu titik, momen itu mendorong saya menjadi seperti apa yang saya lakukan saat ini, "praktisi media sosial" yang terus harus belajar dan beradaptasi, baik dengan lingkungan komunitas maupun tuntutan era digital yang harus diakui sebagai eranya generasi milenial.

Terwisuda bersama dua puluh Kompasianer sebagai alumni Danone Blogger Academy Angkatan ke-1, memberikan daya dorong bagi saya yang akhirnya membuat sebagian orang mengenal saya sebagai "influencer", dari yang sekitar tiga tahunan lalu disebut blogger. Ini proses yang tidak resmi berjalan alamiah saja, dan ini bukan sekadar "self-claim".

Saat ini pegiat medsos dengan jumlah follower/ subscriber tertentu dikategorikan sebagai macro, ataupun micro influencer.
Influencer pada umumnya memiliki akun Instagram, Facebook, Twitter, dan belakangan ini Youtube yang cukup aktif dan konsisten terkinikan kontennya.

Dalam hal ini, saya rasa ungkapan "Semua serba tidak permanen atau pasti. Yang pasti adalah perubahan itu sendiri". Maka  siapapun perlu memiliki daya adaptasi, di samping juga kemauan beradaptasi, juga mau mengubah paradigma., misalnya -- bahwa kita perlu punya prinsip "stay hungry, stay foolish" seperti saran Steve Jobs. 

Selalu antusias belajar, tidak lekas berpuas atau berbangga diri pada pencapaian tertentu. Kebetulan dari kurun waktu masa kerja formal saya, terasa bahwa saya seperti dikutuk untuk belajar hal baru. 

Perlu ada tahapan persiapan dan langkah tepat untuk itu, perlu ada visi yang jauh, perlu
keberanian dalam mengambil keputusan, tanpa mengabaikan berbagai pertimbangan penting.

Saya teringat buku "Change" yang terbit lebih dari satu dekade lalu. Pengarangnya
adalah pakar ekonomi nasional, Rhenald Kasali. Dalam buku itu,  dia jauh hari mengingatkan para pelaku usaha untuk melakukan evaluasi dan segera melakukan semacam langkah putar balik.

Sebelum pandemi Covid-19, masyarakat dunia dan para ahli sedang membicarakan
perubahan era 4.0 yang di negara maju bahkan sudah bergerak ke arah fase 5.0.
Artinya apa? Kemungkinan besarnya yaitu akan muncul banyak banyak tanda tanya besar keniscayaan perubahan yang dihadapi pengusaha. Ini terkait tantangan, tuntutan, sekaligus kesempatan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi digital dengan cepat terserap oleh generasi milenial dan generasi Z plus sebagian generasi X. 

Pusing membayangkanya? Ini belum termasuk tantangan yang timbul akibat masa pandemi yang bahkan belum usai sejak merebaknya di bulan Februari tahun ini.

Kalau ada yang pusing, itu saya. Mikirnya yang di depan mata dulu, ah. Kompasiana dan Narativ, seperti apakah itu?

By the way, brand dan korporat di lingkup global saat ini trend-nya fokus pada konten yang berkualitas. Walau butuh banyak viewer, brand internasional mulai lebih mewaspadai (baca: menghindari) konten negatif, nggak jelas, juga click bite.


"Nah, di tahun 2020 ini kita rilis sebuah fitur yang membuka peluang siapapun Kompasianernya untuk bisa bekerjasama,  pakai (jalan) tol." (Kompasiana)

Narativ Menawarkan Prospek Cerah Bagi Penulis Content Marketing, Content Creator, maupun Copy Writing

Dirilis pada tanggal 10 Juni yang lalu, Narativ menjadi jawaban kebutuhan penulis konten sekaligus kemudahan brand korporat dan organisasi dalam promosi, kampanye, sosialisasi program yang mulai atau sedang mereka jalankan.

Narativ Menyediakan Lapisan Ceruk Pasar (Niche), dan kesempatan lebih luas lagi bagi Penulis (Kompasiana).

Awalnya manfaat finansial (K-Rewards), yang cakupan dan pengaturannya "internal" di lingkup Kompasiana, kini berkembang meluas membuka potensi pelebaran sayap Kompasianer, bila mendaftar sebagai peserta Narativ, spesifiknya dalam lingkup content marketing.

Narativ mempertemukan Kompasianer dan pihak brand, pengiklan, pemilik program   dalam sebuah sistem.

Narativ hadir di saat yang tepat!

Korporat, institusi, pemilik brand harus eksis dan berkembang lebih "agresif" ataupun intens di era persaingan, dari lingkup global maupun selera pasar milenial.
Semua butuh content creator, content writer, dan sebaliknya penulis (freelance) pun memerlukan pemenuhan aspirasi mereka, yang sedikit banyak terkait materi pendukung keseharian.

Menurut pengamatan saya, pada umumnya penulis Kompasiana ini relatif setara, artinya ada interaksi saling menghormati dan menghargai. Mau senior atau junior dari sisi usia, pengalaman profesional, popularitas sosial formal-informal, semua adalah Kompasianer. Ini persepsi, yang tidak terlepas dari subyektivitas.

Kita adalah gagasan apa yang kita tulis, dan bagaimana menyajikannya. Ini menurut saya pribadi. Di program Narativ, modal dasar kita sudah disediakan wadahnya. Tinggal kita meresponnya sesuai potensi dan usaha masing-masing.

Kalau saya jadi Anda, bakal buru-buru tuh mendaftarkan diri di program Narativ. Mari mengulik microsite Narativ di alamat https://microsite.kompasiana.com/narativ dan ikuti langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menjadi content creator.

Untuk bergabung sebagai content creator Narativ Kompasiana, usahakan bisa memenuhi persyaratan minimal, yaitu:

Memiliki akun Kompasiana

Akun sudah tervalidasi

Telah menayangkan minimal 50 konten di Kompasiana

Memiliki media sosial aktif

Jika syarat wajib terpenuhi tersebut dan telah mendaftar di microsite Narativ, selanjutnya Kompasiana akan mengirimkan notifikasi di akun kita, jika kita terpilih dalam program Narativ yang akan/ sedang berlangsung.

Saat mendaftar, ikuti langkah-langkah pengisian kolom yang tersedia, misalnya data diri lengkap di pengaturan akun kita. Juga, bidang-bidang yang kita minati -- misalnya teknologi, politik, sosial budaya, gaya hidup, dan sebagainya.

Yuk, kita maju bersama!
Agar lebih jelas, silakan mengulik video Kompasiana tentang Narativ di bawah ini.
https://youtu.be/KUrt6YnblJM

::: Indria Salim :::
Karya-karya cerpennya diterbitkan oleh Penerbit Mayor dalam berbagai Antologi, antara lain dalam Antologi "Pesona Penyingkap Makna" (Penerbit Ganesha-ITB), "Midnight Stories 1" dan "Midnite Stories 3" (Penerbit Mediakita, Grup Agro Media), "Bye Bye Office" (MNC Publishing), dll.

(Sesekali) Memenangkan sayembara di Kompasiana dan komunitas Kompasiana: Jamu Tolak Angin Sido Muncul, Hunian Alam Sutera, Indomilk, Soyjoy, Faber Castell, Hokben, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun