Seorang wartawan Kompas bertemu dengan Kecik, perempuan hamil yang membanting tulang demi kelangsungan hidup keluarganya.
Kecik hamil 8 bulan, dan kedua anaknya yang masih kecil menjadi tanggungannya, sementara suaminya ditahan karena dituduh maling oleh Pak Kades.
Sagiman, suami Kecik bekerja menarik becak. Pak Kades menuduh tukang becak itu akan membunuhnya dengan senjata kelewang.
Sagiman memang ke rumah Pak Kades, namun bukan untuk membunuh. Sagiman ingin menjelaskan bahwa dirinya bukan maling, seperti yang dituduhkan Pak Kades. Apa lacur, Sagiman kena fitnah dan malah dipenjara.
Sang wartawan menemani Kecik mengunjungi Sagiman di penjara. Begitu tahu yang menemani isterinya itu adalah seorang wartawan, Sagiman membeberkan nasib yang menimpanya.
Singkat cerita, Sagiman dibebaskan karena terbukti tidak bersalah. Itu setelah kisah Sagiman ditulis dan dimuat di koran.
Sang wartawan mendapatkan hikmah dari pengalaman bertemu dengan Kecik dan keluarganya yang miskin namun kemudian mendapatkan bantuan berupa becak dari donatur atau dermawan.
Manusia miskin harta seperti keluarga Kecik itu hidupnya lebih mengandalkan pada pertolongan Tuhan, dan itu membuat mereka jauh dari kesombongan diri maupun rohani.
Sebaliknya, orang berpunya (harta, kemashuran, atau juga kekuasaan) cenderung merasa dirinya hebat, hidupnya berkubang dalam kenikmatan yang memabukkan sehingga melupakan keMaha-Kuasaan Tuhan.
Video Bagian Pertama
Video Pembacaan "Kecik" oleh Kompasiana
Video Bagian Kedua
"Kecik" saya pilih dalam video pembacaan cerita karena peristiwanya seperti tidak asing di sekitar kehidupan kita. Video ini terdiri dari tiga bagian, dengan durasi rata-rata sekitar 6 menit, dan itu dari cerita 6 halaman.
Video Bagian Ketiga
Ini salah satu cerita pendek non-fiksi dari buku berjudul "Aburing Kupu-kupu Kuning" (Jawa: Terbangnya Kupu-kupu Kuning), karya Sindhunata ~ wartawan Kompas.
Sekilas tentang Sindhunata
Kolom Sepakbola tulisan Sindhunata mungkin tidak asing bagi pembacanya. Tulisan-tulisan wartawan satu ini memberi warna keindahan sebuah reportase tentang bola, begitu kira-kira kesan dari para pembaca Kompas.
Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini berbahasa Jawa Ngoko halus, ceritanya mengalir dan mudah dipahami bagi pembaca yang mengerti bahasa Jawa.
Membaca buku ini, jiwa kita diperkaya dengan contoh-contoh perjuangan konkret masyarakat kecil yang memberi hikmah bagi kita.
Terima kasih saya kepada para pembaca Kompasiana yang mengulik ketiga video pembacaan cerita "Kecik" ini.
:: Indria Salim::
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H