Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Social Distancing, Pemotongan Rute Trans-J, dan Operasional Transportasi Massal DKI Jakarta

16 Maret 2020   05:34 Diperbarui: 16 Maret 2020   07:29 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrean Trans-J dengan jalur di luar halte |Dokpri

20200316-044635-5e6eae21097f36690a398502.jpg
20200316-044635-5e6eae21097f36690a398502.jpg
Gubernur DKI Umumkan Pemotongan Rute & Operasional Trans-J dan Transportasi Massal

Mengurangi interaksi fisik sangat disarankan dalam situasi wabah Covid-19 ini, namun itu tentu ada faktor kesadaran individual. Bagi seorang pekerja lepas seperti saya, kemungkinan ini lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan mereka yang wajib dan harus berkomuter setiap hari, yang tentu bukan selalu sebagai ASN.

Saya yang hanya kadang-kadang saja naik Trans-J, MRT, atau LRT, cukup merasakan beratnya berdiri dalam antrean bila moda transportasi terlambat datang. Hal ini menjadi stressor tersendiri bila karena satu dan lain hal, misalnya Trans-Jakarta mengurangi armadanya, atau jadwal rutenya, maka tumpukan penumpang tidak terhindari.

Berita terbaru, demi mengurangi interaksi warga, gubernur DKI mengumumkan pemangkasan rute Trans-J serta jadwal MRT.
Apakah begitu cara yang bijaksana dan memikirkan warga yang tidak mampu mencari nafkah secara "remote"?

Setiap hari Sabtu, Trans-J mengurangi jadwal operasi dan armadanya untuk rute Poris-Bundaran Senayan pp. Yang terjadi, antrean menumpuk di halte, dan itu mendorong orang berdesakan dan kalau tidak saling menahan diri, situasinya memicu emosi kekesalan, kemarahan, dan keputusasaan.

Bila antrean dalam keadaan normal tanpa ada demo yang membuat bus mengalihkan rute, menoleh pun tidak ada celah buat gerak leher, bagaimana nantinya pelaksanaan yang dikatakan "untuk menjaga jarak antar penumpang di antrean" seperti yang diatur oleh gubernur DKI itu?

Beralih pada pilihan ojek online? Tidak semua penumpang moda transportasi massal mampu menumpang ojek. Ada faktor usia, keberanian, ataupun kapasitas keuangan. Stressor lagi.

Salut dan doa saya kepada petugas medis dan otoritas (kesehatan dll.) di daerah yang langsung menerapkan filter dan deteksi orang-orang yang baru datang dari wilayah yang secara statistik terinfeksi Corvid19, misalnya Malaysia.

Bagaimanapun, semoga yang sehat tetap sehat, yang sakit akan terpulihkan sehat kembali.

Referensi
kompas.com
Official Facebook Page Joko Widodo
detik.com
medcom.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun