Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hikmat

2 Januari 2020   09:01 Diperbarui: 2 Januari 2020   13:30 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir | Sumber: pixabay.com

Kisah purbakala tak terhapuskan oleh pengingkaran.
Kapal Nuh menginspirasi seniman sejagad.
Keangkuhan dan watak serakah merenggut kesejatian manusia.
Keluhuran budi, abadi ciptakan gemilang sunyi.
Bergaung ketika angkara binasa oleh kegelapannya sendiri.
Ketulusan pekerti ditolak dunia.
Putih kemilau busana mengecoh dunia penggembira atribut semasa. Bius kharisma seakan agama, dan pesona tata kata sungguh nyata, kini fatamorgana.

Bencana demi bencana tetap hadirkan manusia berhati batu karang angkuh.
Aku, aku, ini aku yang berkuasa
Selagi karyanya nyaris nir manfaat.
Aku, aku, aku yang berkuasa.
Selagi pengakuan diri berasal dari keringat, amanat, dan darah sesama yang memberikannya mandat kuasa.

Kapan semua ini diakhiri?
Berkali-kali lancung, berlipat kesempatan tunjukkan aji mumpung.
Punggawa Tinggi tiada guna, bila bersimaharajalela desakkan ego pribadi.
Semu, omong kosong.

Hikmat itu utama, dan yang terutama.

:: Indria Salim ::

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun