"Pintar, dia segera pulang dan bakal bisa buka puasa di rumah, nih," batinku ikut lega karena hujan belum benar-benar jelas.
Sekitar 20 menit kemudian, baru hujan mengguyur hebat. Petir dan kilatnya jangan ditanya, bikin aku yang di dalam rumah tutup kuping melulu.
Tukang ojek aman, batinku. Gimana penjual makanan yang kubeli tadi ya?
Kalo hujan, gimana orang mau berhenti dan membeli makanannya?
Terbayang komunikasiku dengan si penjual kolak yang menyambutku antusias, kok bikin trenyuh.
Dia mungkin seusiaku, tapi mampu memasak dan berjualan dengan semangat, walau mungkin untungnya tipis habis.
Dalam hati aku mendoakan semua yang ada di pinggir jalan tadi, terutama penjual kolak agar mereka mendapatkan rezeki dengan lancar dan mereka sehat selalu. Sekitar 30 menit menjelang magrib, hujan reda.
Saatnya icip-icip. Kolak si ibu lebih murah daripada rasanya yang berkualitas. Tahu isinya dua kali lipat lebih enak daripada tahu isi yang kubeli di emper toko, padahal harganya sepertiganya.
"Ah, mudah-mudahan ini saatnya orang membeli makanan di lapak-lapak tadi."
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan! :: Indria Salim ::
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H