Kompasiana akan merayakan ulang tahunnya yang ke-10. Pra-remaja kalau itu kategori perkembangan manusia. Boleh jadi itulah Kompasiana, jika melihat dari keadaan labilnya pada saat-saat tertentu, contohnya masa "error" yang menuntut kesabaran dan kegigihan mereka yang ingin masuk dengan akun Kompasiana. Tetapi, adakah seorang manusia yang tidak pernah mengalami kelabilan pada suatu masa dalam hidupnya? Bila bukan kelabilan, anggaplan itu fluktuasi hormonal, atau dinamika dan pasang surut kehidupan, pun berlaku untuk Kompasiana dan Kompasianer, mungkin juga pengelolanya.
Saya garis bawahi, "mungkin", karena untuk memastikannya tentu perlu ada riset serius tentang itu, dengan membedah suatu bagian khusus atau menyeluruh tentang semua saja yang berkaitan dengan Kompasiana.
Pertama kali mendaftarkan akun Kompasiana, itu karena saya terdorong untuk mengomentari beberapa tulisan di Kompasiana yang menarik bagi saya. Itu sekitar tahun 2008-2009 kalau tidak salah. Lalu saya lupa kalau punya akun Kompasiana. Benar-benar lupa.
Tahun 2012 saya mengaktifkan lagi akun saya, dan saya tidak benar-benar ingat apakah saya sempat menulis dengan akun yang pertama kali saya miliki, atau saya membuat lagi akun baru.
Lalu saya menulis beberapa artikel, ada yang sempat masuk di koran Kompas karena mendapat kesempatan terpilih di Kompasiana Freez yang dimuat di Kompas cetak, dan itu pertama kalinya saya menulis di Kompasiana dan mendapatkan honor. Artikel itu bagian dari halaman Kompas Klasika – berjudul “Jangan Sampai Teperdaya Trik Diskon”.
Berkesan karena saya mendapatkan pertanyaan dan tanggapan untuk mengetahui lebih lanjut, atau untuk berbagi pengalaman pribadi terkait topik yang saya tulis.
Soal bahu beku, misalnya, saya tidak menyadari pertanyaan orang-orang yang tampaknya bukan Kompasianer itu menumpuk di folder spam email saya, dan baru ketahuan setelah beberapa tahun sesudahnya. Juga tentang iklan lowongan kerja modus penipuan.
Tahun 2013, ketika Kompasiana secara teknis sering mengalami eror sehingga saya sulit log in, saya membuat akun baru yang akhirnya berlanjut sampai saat ini. Akun lama tercantum “saya lupakan, sempat sesekali bisa dipakai lagi.
Kini akun saya itu seperti rumah kosong, karena catatan statistik sudah tidak seperti data aslinya, dan tulisan-tulisannya mungkin tinggal 20% yang terdaftar. Lainnya raib, termasuk data statistiknya.
Ada beberapa tulisan di blog pribadi saya back link ke tulisan asli saya di Kompasiana, dan saat di blog pribadi link itu saya klik, tercantum notifikasi yang bunyinya kira-kira “Link yang anda cari tidak ada.” Ikhlaskan saja. Menulis lagi saja, sampai detik ini.