Kepada Para Netizen dan Masyarakat Melek Aksara yang Terhormat,
Kepada Saudara-saudara warga negara Republik Indonesia yang mulia,
Terima kasih telah peduli kemanusiaan, dengan indikasi kemeriahan hujatan dan interaksi saling serang yang berkesinambungan dalam banyak hal dari yang sepele, sampai yang mendasar dan besar. Ini tanpa kecuali juga mengenai masalah bencana, yang baru beberapa hari yang lalu meluluh lantakkan Palu, Donggala, Sulawesi Tengah dan sekitarnya.Â
Mengejutkan bila kejadian yang luar biasa itu tetap tidak bisa menjadi perenungan bagi kita semua yang kondisinya KEBETULAN dalam keadaan normal, dengan rutinitas ramai lancar, dan seakan semua itu sudah dengan sendirinya menjadi hak kita untuk menikmatinya.
Bila diungkapkan dalam satu pernyataan yang mau tidak mau harus kita akui, di luar wilayah bencana Sulawesi Tengah (termasuk Donggala, Palu, dan sekitarnya) serta Lombok, saya dan Anda sekalian cukup beruntung. Beruntung karena mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa kelancaran kehidupan kita itu sudah semestinya kita dapatkan, terlebih sebagai warga dari sebuah negara yang merdeka dan berdaulat penuh, bernama Republik Indonesia.
Kesehatan diri dan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain termasuk sarana yang memungkinkan kita bisa menyalurkan aspirasi, mengungkapkan pemikiran atau melakukan bisnis di media sosial dan fitur-fitur berbasis internet era digital, tampaknya mendukung penuh kegiatan dan kebutuhan kita yang melek aksara, dan terkhususnya melek media sosial atau internet.
Maka disayangkan bila semua itu tidak kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi sesama, dan sebaliknya menjadi alat efektif untuk menebar kebencian satu sama lain. Pemerintah Republik Indonesia, saya rasa sudah berusaha menjalankan tugas dalam tanggungjawab yang diembannya, melakukan apa yang harus dilakukan, termasuk menangani masalah bencana dan ini seyogyanya membuat kita peduli, atau menyadari bahwa tanpa kerjasama yang baik dari semua elemen masyarakat dan negara, maka tidak ada yang akan terselesaikan secepat yang dibutuhkan.Â
Perlu kita sadari, sesungguhnya tidak ada satu pun manusia di bumi yang kebal bencana, atau juga bisa menghindari kematian, karena setiap manusia tanpa kecuali adalah sama di hadapan Tuhan Sang Maha Pencipta, itu bila kita percaya memang Sang Maha Pencipta itu ada. Itu kalau kita menyebut dan menganggap diri kita pantas menjadi umatnya yang percaya akan Kuasa-Nya.
Tahun politik atau bukan, kita akui kehidupan masyarakat khususnya netizen sarat dengan perang syaraf, perang wacana, dan lempar ujaran kebencian yang seakan tidak ada batas dan saat kadaluwarsanya. Sampai kapan kita akan terus begitu? Sampai pelantikan pemenang pilpres pun kita tahu, tampaknya tidak membuat perbedaan. Masih mending kalau semua perbedaan itu diungkapkan dalam wacana yang berdasar, tidak asal bicara dan adu sangar. Itu belum lagi menghalalkan modus fitnah, menebar hoaks, dan semacamnya tanpa peduli dampaknya pada masyarakat yang kesehariannya justru sibuk dengan kegiatan "biasa" untuk menyambung hidup bagi diri dan keluarga mereka.
Kembali soal bencana yang menimpa saudara-saudara kita di wilayah lain di Indonesia, apakah kira-kira kerugian material dan non-material, juga kehancuran hati serta trauma yang dialami warga di sana akan bisa dipulihkan cukup dengan kegaduhan kita di media sosial? Mengapa masih ada pihak yang mengail di air keruh, menebar kabar bohong yang hanya membuat orang bingung, takut, atau bila tahu itu bohong -- menyebabkan kemarahan dan kegeraman yang harusnya tidak perlu?
Republik kita dibangun atas fondasi yang tidak main-main. Sendi-sendi kehidupan diatur dalam UUD 1945, dengan falsafah bangsa yang bila dijalankan dengan baik dan konsekuen, akan membuat Indonesia menjadi negara yang semakin hari semakin disegani oleh masyarakat global. Falsafah negara yang harus kita hormati sebagai warganya, tidak lain dan tidak bukan adalah 5 sila dari Pancasila. Sampai di sini, kita tahu praktiknya tidak seindah tujuan para perumusnya yang sudah mendahului kita sekian tahun yang lalu. Apakah tidak semua orang Indonesia mencintai bangsa ini sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila? Entahlah. Jawabannya terpulang pada setiap masing-masing individu.
Bila dinamika nasionalisme bangsa dan praktik 5 sila dari Pancasila memang sedang diuji, mungkin fenomena hoaks yang menyentuh langsung isu kemanusiaan adalah sebagian saja dari indikasi terkikisnya naluri kemanusiaan kita. Agama, keyakinan spiritual, menurut saya secara universal mengacu pada nilai-nilai kemanusiaan hakiki, bagaimana kita tidak saja berkewajiban untuk mengamalkan kehidupan spiritual secara vertikal, namun juga horisontal.
Fenomena hoaks terus saja dioperasikan tanpa pandang keadaan. Pun keadaan yang paling mendukakan, yaitu bencana alam yang sangat hebat di Sulawesi Tengah. Kemenkominfo, dalam Siaran Pers hari ini (2/X/2018), menegaskan bahwa memang, hoaks itu ada, dan karenanya harus segera diketahui masyarakat agar tidak terkena ekses buruknya.
Siaran Pers Kemkominfo RI No. 253/HM/KOMINFO/10/2018
Tentang Identifikasi Hoaks terkait Gempabumi Sulteng, Kominfo Imbau Masyarakat Tak Sebarkan
Pascabencana gempabumi dan tsunami di wilayah Donggala, Palu dan Mamuju, Sulawesi Tengah, Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak Sabtu (29/09/2018) telah melakukan pemantauan atas konten negatif yang beredar di jaringan internet baik melalui situs maupun media sosial dan platform chatting.
Hasilnya ditemukenali konten yang berisi informasi hoaks yang beredar. Berikut fakta sesungguhnya dari informasi yang telah beredar tersebut:
1. Hoaks Bendungan Bili-Bili di Kab. Gowa RetakÂ
2. Hoaks Korban MusibahÂ
3. Hoaks Walikota Palu MeninggalÂ
4. Hoaks Gempabumi SusulanÂ
5. Hoaks Gerak cepat relawan FPI evakuasi korban gempa Palu 7.7
6. Hoaks Mayat yang minta gempaÂ
7. Hoaks 2 Oktober Terjadi Gempabumi LagiÂ
8. Hoaks penerbangan gratis dari Makasar menuju Palu gratis bagi keluarga korbanÂ
Kementerian Kominfo mengimbau agar seluruh masyarakat tidak mudah mempercayai dan menyebarluaskan informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya atau tidak jelas sumbernya.
Demikian disampaikan. Terima kasih.
Ferdinandus Setu - Plt. Kepala Biro Humas Kemkominfo RI
Mobile: 0811.888.930
Email: humas@kominfo.go.id
Twitter: @kemkominfo
IG: @kemenkominfo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H