Ini kisah negeri khatulistiwa.
Pahlawan abadi.
Membangun candi keajaiban sejagat.
Menegakkan Sang Saka.
Bersumpah pemuda nan menyatu.
Lima Sila landasan kokoh.
Lekatkan, rekatkan, kekuatan pemersatu
*
Persada ibu pertiwi, kembali berduka.
Seorang pencinta meregang nyawa.
Kerumunan manusia, saksi semasa.
Kalian menelanjangi tubuhnya.
Melumatkan kewarasan, naluri kemanusiaan kalian tanpa sisa.
Lebih rendah dari sampah.
Bila catatan zaman itu benar adanya,
Makna apa kaulantunkan kalimat yang menyebut Asma-Nya? Â Â Â Â Â Â
Kuharap itu catatan palsu.
Menghapus air mata beku.
*
Bukan kami yang akan memaafkan.
Mintalah ampunan kepada Pemilik Sejati.
Wahai para anak negeri, gelaran pertandingan di bumi,
Buahkan aksi kesetanan?
Pancasila dilecehkannya,
terlebih satu nyawa seorang taruna,
Tersebab ada yang mengira, lafalkan aksara suci,
Menjadi "ya", dan "amin" untuk kebiadaban itu.
*
Tenanglah jiwamu, kesayangan ibu pertiwi.
Di bumi yang pernah kautinggali,
Mengenangmu dengan cinta.
Ibu yang melahirkanmu,
Dan kami yang turut berdoa bagimu.
Semoga kau tenang dalam damai abadi,
Rumah baru yang layak di sisi-Nya.
Amalanmu, diterima-Nya.
Puspa mewangi merebak seiring nestapa ibu pertiwi.
Ibu, semoga kami tidak mendukakan hatimu lagi.Â
| Indria Salim |
Turut berduka mendalam untuk keluarga almarhum Haringga Sirila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H