Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Maha Dewa

17 September 2018   06:17 Diperbarui: 17 September 2018   11:58 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Aku Maha Dewa.

Tak seorang pun memahami-Ku sempurna.

Karena Maha Sempurna itu Sang Esa.

Tak seorang pun mampu menilai.

Aku partisan atau pemuja.

Maha karya-Ku.

Semua adalah ciptaan-Ku.

Ada yang bersyukur mempersembahkan lima keping perak di hadapan-Ku.

Dengan sujud bertelut, "Ini Tuhan, lima keping dari-Mu, dan lima keping bonusku bekerja giat."

Kau meminta, "Berikan titah-Mu, apa yang harus kulakukan dengan sepuluh keping yang masih ada di sakuku."

*

Aku Maha Kaya, kubekali ciptaan-Ku sesuai ukuran-Ku.

Karena aku tahu yang terbaik untuk mereka,

Satu keping perak yang kuberikan padanya, hilang tidak berjejak dan hasilkan gerutu mereka?

Satu keping pun dikuburkannya ke dalam gua yang tidak bisa mereka temukan kembali.

Kuberkendak memberinya lebih banyak, namun tidak.

Keserakahan dan kedengkian menggerus kebajikan bawaan lahir.

*

Aku Maha Adil.

Beras mahal, penggerutu bersorak menggugat ketidak becusan kerajaan dunia.

Musim panen bagus, beras meruah resahkan petani giat.

Dunia bergolak dengan peperangan hujat siasat.

Ikan sulit dicari dan seekor pun seharga emas.

Penggerutu berdansa di sana-sini, histeria menggema seantero kerajaan dunia.

"Kau tega sengsarakan kami, rakyat yang menelan kepandiranmu."

Bumi berputar mesra bersama bulan dan bintang.

Laut membiru kilaukan seisinya.

Tangkapan ikan melimpah, seluruh pelosok bumi menikmati santapan lezat dan murah.

Nelayan menagih janji, "Kerja keras kami tanpa arti, sejuta kuintal udang yang kami tangkap, tidak cukup buat membeli jala dan perahu baru yang rusak kelebihan muatan ikan."

*

Aku Maha Kuasa.

Kuasamu, kuasanya, kuasa mereka, yang ingin berkuasa dan berlaku seperti penguasa.

Menjadi ciut sekedip mata-Ku.

Dari debu, kau kan kembali sebagai debu.

Siapa yang telah menobatkanmu berkuasa melampaui hakim dan penuntut bumi jalma semata.

Maka kamu punya otoritas mengutuk sesamamu sebagai laknat, dan lainnya kauberikan janji jutaan taman Kerajaan Abadi? 

Bukan Aku bila Kumengaku Sang Maha Segala, tanpamu, Aku.

Salam Kompasiana Beyond Blogging | Indria Salim |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun