Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kegamangan Menulis dan Beberapa Solusinya

9 Oktober 2017   18:36 Diperbarui: 11 Oktober 2017   15:34 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manfaat kebiasaan menulis ini antara lain, mengurangi stres. Kok bisa? Dengan membiasakan diri menulis teratur, maka diharapkan hal ini "menyembuhkan" kebiasaan lain yang tampaknya menjadi penyakit umum, yaitu suka menunda pekerjaan. Kalau menulis sudah menjadi kebiasaan, maka menulis akan semakin mudah dan dengan begitu tidak ada beban mental karena menunda jadwal tulisan. Nah ini perlu banget buat saya.

Memang beberapa teman suka "membela diri" dengan mengatakan bahwa mereka akan lebih lancar menulis bila dalam kondisi kepepet, dalam hal ini yang dimaksud adalah waktunya yang semakin mendekati tenggat. Istilah kerennya, "The Power of Kepepet", kata mereka. 

Pengalaman pribadi membuktikan bahwa memang dalam kondisi mengejar tenggat, kita "dibuat" kalap menulis. Namun saya percaya bahwa hasilnya kurang optimal, itu pengalaman pribadi. Karena mengejar tenggat, maka kita tidak punya waktu yang cukup untuk melakukan revisi, mengisi yang kurang, atau menghapus yang tidak perlu. Dengan kata lain, swa sunting kurang dimungkinkan jika tenggat di depan mata.

Sebagian orang mengatasi keraguan dengan berdiskusi bersama sesama penulis, atau konsultasi dengan bahan bacaan, bahkan dengan membaca karya sejenis yang sudah lebih dulu ada. Sah-sah saja bila itu menjadi semacam pemicu ide dan cara meyakinkan diri siap menulis.

Akhir kata, kalau saya ingat-ingat itu menulis ya langsung menulis. Alasan harus baca referensi, baik. Namun jangan terus mencari alasan lainnya. Kapan memulainya? Kalau tidak dimulai, kapan jadinya? Ah, saya ini mempertanyakan diri sendiri yang sedang kumat meragu!

Salam Kompasiana Beyond Blogging! :: @IndriaSalim ::

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun