Menggambar, Mewarnai, dan Fungsinya,
Menggambar bukan hanya tujuan berkarya seni tapi juga relaksasi. Menggambar juga menjadi sarana pengungkapan diri, ekspresi emosi, dan memberi efek meredakan rasa tertekan, bosan, tegang, dan sebagainya.
Coba ingat-ingat saat kita sudah mulai bisa berjalan dulu. Menurut saya, sebagian besar anak-anak kecil mulai dari 2 tahun sudah tertarik dengan kegiatan mencoret-coret, terlebih bila alat buat coret-coret itu berwarna. Pun begitu yang dilakukan oleh anak-anak saat kita sudah menjadi orang tua. Baik kita saat masih kecil dulu maupun anak-anak kita di awal kegiatannya adalah menggambar benang ruwet -- di kertas, di koran atau majalah, di tembok, atau di pintu almari pakaian. Hayo ngaku setuju.
Begitu mulai bersekolah, ketemu lagi kegiatan menggambar dan mewarnai di kelas. Sejak kindergarten, lalu TK, lanjut ke SD, SMP, menggambar dan mewarnai menjadi bagian dari kurikulum dan kegiatan yang melibatkan semua anak. Ada yang biasa-biasa saja, namun kebanyakan anak-anak suka menggambar dan mewarnai, apapun yang mereka gambar.
Di rumah, anak-anak menggambar tanpa mengenal waktu, kapan saja mereka mau dan di mana saja mereka ingin. Saya bertandang ke rumah tetangga, keadaannya sama seperti di rumah kami dulu, tembok penuh coretan anak-anak. Orang tua ada yang rajin khusus memasang papan besar menempel di tembok, jadi coretan tinggal dihapus atau diganti dengan lembar kertas presentasi besar, tanpa harus mengotori tembok. Meskipun sudah disediakan tempat khusus, kadang anak lebih suka sengaja atau ngumpet-ngumpet menggambar di tempat"lain". Begitu ketahuan, mereka tertawa-tawa bangga. Begitulah mereka.
Remaja suka menggambar sesuai selera atau pun kemampuan. Saya sendiri dulu di usia belasan tahun suka menggambar wajah orang, hanya sebatas bahu ke atas. Sebabnya, saya tidak bisa menggambar bagian tubuh selain itu. Ponakan saya usia SD, yang cowok suka menggambar dinosaurus, mobil, atau kucing. Dia juga suka mewarnai dengan pensil berwarna, crayon, atau spidol yang disediakan orang tua. Saat ulang tahun, mereka mendapat hadiah krayon atau pensil warna Faber-Castell. Maka keponakan makin hobi menggambar, lalu berkembang membuat cerita komik untuk diri sendiri. Saya sendiri beberapa kali menjadi sasaran obyek menggambar oleh anak-anak, keponakan, anak teman sekantor, waduh!
Saya pernah diajak teman sekantor menemaninya membeli pensil berwarna buat sendiri. Dia memilih Faber-Castell. "Yang jelas kualitasnya," katanya sambil tertawa. Dia harus banyak menggambar dan mewarnai. Ternyata itu saran psikolognya setelah dia konsultasi atas masalah yang bikin dia galau. Dia merasa sedih setiap kali melihat serombongan keluarga melakukan kegiatan bersama. Pasalnya, ayahnya meninggal ketika teman saya berusia4 tahun. Â Psikolognya menyarankan dia menggambar dan mewarnai untuk mengembalikan keceriaan masa kanak-kanak sebagai terapi saat dia kini sudah dewasa.
Pada dasarnya kegiatan "ringan, sederhana, dan butuh pengulangan" itu menguatkan daya fokus kita, selain menyenangkan, memberi rasa tenang, dan melatih kesabaran. Beberapa ahli mengatakan bahwa inilah fungsi terapeutik menggambar dan mewarnai, seperti kegiatan-kegiatan yang punya karakter sama.