Dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Sedunia yang jatuh pada tanggal 20 Oktober 2016, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan Perkumpulan Warga Tulang Sehat, dan PEROSI (Indonesian Osteoporosis society) menyelenggarakan Seminar & Dialog Interaktif Osteoporosis. Acara dipandu oleh dr. Claudia Alberta, dan menghadirkan pembicara antara lain – drg. Dyah Erti Mustikawati yang menyampaikan laporan pelaksanaan panitia peringatan, MPH (Kasubdit Penyakit DM dan GM), Direktur P2PTV (drg. R. Vensya Sitohang) yang memberi pengarahan tentang acara yang berlangsung.
Acara berlangsung dari pukul 09.00 wib dan berakhir sekitar pukul 13.00 wib. Dalam pengantarnya, dr. Claudia mengungkapkan fakta yang perlu membuat kita waspada, yaitu bahwa negara Cina mengeluarkan biaya sebesar Rp 19,5 triliun (US$ 1.5 miliar) untuk mengatasi penderita yang bermasalah dengan tulang panggul; Inggris menghabiskan Rp 55 triliun untuk menangani warganya yang menderita paatah tulang; sedangkan di negara di seluruh Eropa perlu biaya Rp 450 triliun dalam upayanya mengendalikan dan mencegah masalah osteoporosis. Indonesia sendiri saat ini belum punya data lengkap terkait penanganan ataupun pencegahan osteoporosis.
Osteoporosis – Prespektif Pemerintah (Kemenkes), dipaparkan oleh drg. Dyah
Drg. Dyah mengungkapkan bahwa gaya hidup di zaman sekarang sungguh berbeda dari masa generasi orang tua kita. Ada kecenderungan bahwa gaya hidup di era kini membuat sebagian besar orang – dari sejak kanak-kanak sampai dewasa dan lansia, melakukan kegiatan yang kurang mendukung kesehatan tulang. Mereka kurang bergerak, kurang paparan sinar matahari yang berguna dalam menguatkan tulang, paparan asap rokok, diet dan pola makan yang belum tentu memadai dalam asupan kalsiumnya, kurang gizi atau mendapatkan gizi buruk. Maka misi kesehatan terkait Osteoporosis tahun ini adalah meningkatkan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan Osteoporosis. Itulah inti perspektif pemerintah terkait Osteoporosis. Drg. Dyah juga mengaitkan hal ini dengan misi dan terget SDG (Sustainable Development Goals), bahwa pada tahun 2030 masyarakat Indonesia mendapatkan bonus demografi, dan kesehatan masyarakat akan menentukan kualitas kehidupan setiap individunya, dan akhirnya kesejahteraan seluruh bangsa.
Perspektif Profesi, disampaikan oleh Ketua PERWATUSI -- Anita Hutagalung
Anita Hutagalung memaparkan tentang organisasi dan perannya dalam menjalankan visi dan misi organisasi, yaitu sosialisasi pentingnya upaya pencegahan dini Osteoporosis. Melakukan sosialisasi tentang program inti PERWATUSI yang antara lain adalah penciptaan senam pencegahan dan senam rehabilitasi Osteoporosis dari PEROSI.
PERWATUSI melaksanakan programnya yang terbagi dari tiga pilar. Pertama, advokasi tingkat tinggi dengan berbagai instansi pemerintah di bidang kesehatan, pendidikan, pemuda dan olahraga, pemberdayaan perempuan, kelautan, dan sebagainya. Kedua, edukasi dan diseminasi informasi melalui seminar, penyuluhan, pembentukan klub senam rehabilitasi bekerjasama dengan berbagai rumah sakit, dan pelatihan pengajar (train of trainer) dan ini juga melibatkan para dokter di tingkat daerah. Ketiga, pengembangan organisasi. PERWATUSI saat ini beranggotakan (hanya) 9000 orang di seluruh Indonesia. Ini jumlah yang bukan apa-apanya dibanding besarnya populasi penduduk Indonesia. Perwakilan PERWATUSI ada di sepuluh wilayah di Indonesia.
Sesi pertama ini padat bermanfaat, memberikan pencerahan dan informasi mendasar terkait Osteoporosis dari perspektif masing-masing. Sebagian peserta yang hadir adalah para wanita dari usia 35-an ke atas, sebagian kecil peserta pria. Tampaknya peserta mungkin usia paruh baya lebih banyak daripada yang lebih muda. Semua hadirin tampak bersemangat dan fokus mengikuti acara demi acara, kuis demi kuis berhadiah yang cukup banyak dibagikan kepada hadirin. Kompasianer Rochmah Nurhayati juga memenangkan satu kuis dan itu pada Bincang-bincang sesi ke-dua, bertema “Upaya Investasi Tulang Sehat untuk Masa Depan”.
Latihan fisik secara teratur dan olahraga beban yang menguatkan otot. Olah raga itu misalnya jalan kaki atau jalan cepat, bersepeda, dan olah raga yang sesuai usia. Olahraga secara rutin.
Hindari gaya hidup tidak sehat, seperti menjaga berat badan, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok atau membiarkan diri terpapar asap rokok, biasakan diet sehat dan berimbang – makan dengan asupan protein, kalsium, mineral serta minum air putih alih-alih minuman bersoda atau bergula, dan sebagainya.
Berolahraga dengan menggunakan beban, olahraga yang memperkuat otot, dan olahraga keseimbangan paling baik untuk kesehatan tulang.
Kenali faktor risiko, baik untuk diri sendiri dan keluarga.
Mengkonsumsi nutrisi yang tepat dalam jumlah kalori secukupnya, dan dengan komposisi seimbang itu penting. Mengkonsumsi makanan yang khusus bermanfaat untuk pencegahan Osteoporosis, untuk pemeliharaan kesehatan tulang, antara lain seperti kalsium dan vitamin D, susu dan turunannya, ikan, sayur dan buah. Hal ini idealnya dilakukan sejak usia muda sampai usia tua. Kepadatan tulang mencapai puncaknya pada sekitar usia 30-35 tahunan.
Di Indonesia dan juga beberapa wilayah Asia, penyebab utama Osteoporosis adalah kekurangan vitamin D dan rendahnya asupan kalsium. Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang, yang biasanya melibatkan tulang punggung, panggul dan pergelangan tangan. Pada perempuan yang berusia 50 tahun ke atas, sekali mengalami patah tulang maka kemungkinan besar dia akan mengalami yang kedua kalinya dalam kurun waktu satu tahun. Karena itu, mencegah sungguh lebih mudah daripada mengobati.
Banyak tips dan pengetahuan tentang diet untuk mencegah osteoporosis dibagikan oleh dr. Ida Gunawan, Sp.GK. Makanan bergizi, makanan mengandung kalsium tinggi, minum cukup air putih, faktor yang mendukung kecukupan asupan kalsium dari makanan, bagaimana fungsi suplemen, kapan sebaiknya minum suplemen, dan sebagainya.
Testimoni oleh Penyandang Osteoporosis, Ibu Sari Zakir
Awalnya Sari Zakir (50 tahun) terdiagnosa kanker payudara. Pengobatan kemoterapi dan radiasi – sementara sebelum radiasi dia diberi obat tertentu. Obat itu ternyata menimbulkan efek samping, yaitu menurunnya massa tulang. Ada suatu saat ketika massa tulangnya tercatat tinggal 50% padahal itu baru dalam masa pengobatan selama lima bulan. Lalu Sari mendapatkan terapi setiap enam bulan sekali, khusus untuk pengeroposan tulangnya.
Moderator bertanya kepada Sari Zakir, andaikan bisa memutar ulang waktu, apa yang ingin dilakukannya agar tidak mengalami apa yang dilaluinya sekarang. Sari menyatakan kalau dia akan mulai berolah raga sejak anak-anak, mau minum susu sesuai kebutuhan, juga mau makan kacang-kacangan. Osteoporosisnya sendiri dialaminya sejak tahun 2006. Dia mendapatkan terapi dan pengawasan senam osteoporosis dari dokter Ade Tobing, SpKO. Dia mengakui bahwa dengan melakukan senam osteoporosis secara teratur, imunitas tubuhnya mengalami peningkatan. Sampai saat ini yang bersangkutan masih menjalani kemoterapi dan radiasi.
Sesi demo senam ini sangat seru, diikuti oleh ratusan hadirin yang sebagian besar usia 40 tahun ke atas. Instruktur senam memberikan aba-aba diiringi musik, sementara dr. Ade Tobing memberikan penjelasan manfaat setiap gerakan dan posisi senam yang diikuti peserta.
Osteoporosis bukan nama yang asing bagi telinga kita, namun setelah menghadiri pemaparan para ahlinya pada Dialog Interaktif di Kemenkes itu, ternyata banyak sekali hal yang perlu kita ketahui, kita sebar luaskan, dan kita implementasikan demi pencegahan penyakit yang tergolong “silent desease” ini. Disebut “silent desease” karena Osteoporosis tidak menunjukkan gejala awal, yang adalah berbeda dengan Osteoarthritis yang menunjukkan beberapa gejalanya.
Sebagai pengingat, berikut informasi penting di antara banyak informasi utama lainnya.
Waspadai "silent desease" krn tidak menunjukkan gejala - salah satunya itu osteoporosis yg mengurangi kualitas hidup.
Makanan berkalsium tinggi: telur, susu, keju, ikan (teri), tempe, sayur & buah tertentu. Itu untuk cegah osteoporosis.
Cegah & Lawan Osteoporosis dengan gizi seimbang, jauhi rokok, cukup kalsium, olahraga baik, benar, tertib, teratur (BBTT).
Sekali alami patah tulang, dalam setahun pasien 50% berisiko patah tulang yang ke-2.
Olahraga jalan kaki merupakan investasi kepadatan massa tulang, khususnya sebelum usia 20-30 tahun.
Satu dari setiap 3 perempuan di atas usia 50 tahun berisiko terkena osteoporosis
Satu dari setiap 5 pria di atas usia 50 tahun berisiko terkena osteoporosis
Kebutuhan Kalsium per hari untuk perempuan usia di atas 50 tahun sejumlah 500mg
Osteoporosis karena gaya hidup, bisa dicegah. Osteoporosis ada yang karena faktor keturunan. Osteoporosis bisa disebabkan oleh efek pengobatan penyakit tertentu.
***
Demikian, saya hadir sebagai blogger yang mendapatkan informasi acara dari rekan Elisa Koraag yang juga Kompasianer. Maka menghadiri acara itu menjadi semacam reuni super mini dan tak terjadwal yang berkesan. Ada Kompasianer Ety Budiharjo, Rokhmah Nurhayati, Anna R Nawaning, Elisa Koraag, dan Marla La’sappe Thalib. | @Indria Salim |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H