Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antusiasme Itu

25 September 2016   18:08 Diperbarui: 25 September 2016   20:17 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CEO (Boss) mewawancarai saya.
B(oss): Kamu punya pengalaman marketing?
A: “Tidak, Pak.”
B: “Posisi yang lowong sebenarnya marketing. Kalau pengertian marketing itu sendiri, tahu nggak?
A: Dari bacaan-bacaan dan interaksi dengan praktisinya, menurut saya marketing itu adalah tentang meyakinkan orang lain untuk membeli produk. Bagaimana "target" menjadi terkesan, berminat, lalu memutuskan membeli dagangan Si penjual.”
B: “Apalagi?”
A: “Marketing bukan saja mengiming-imingi dagangannya kepada calon pembeli, namun juga mengunggulkan dagangannya bahkan bila faktanya bertolak belakang.”
B: Senyum-senyum, “Ya, intinya bagaimana meyakinkan orang Eskimo yang tinggal di kutub untuk membeli lemari es. Tentang orang yang kami butuhkan, mungkin saya harus mencari orang lain yang memang berpengalaman di bidang ini. “
A: “Saya mau belajar cepat.”
B: “Ini posisi manajerial, jadi orang lain akan iri kalau kami merekrut orang yang tidak berpengalaman. Bagaimana seorang manajer akan memimpin staff yang praktis lebih berpengalaman dirinya? Saya sedang berpikir, posisi apa yang sesuai dengan kualifikasimu, dan bisa memberi kontribusi bagi organisasi ini. Ada sesuatu dari wawancara ini yang membuat saya berpikir bagaimana organisasi ini bisa merekrutmu sesuai latar belakang dan pengalamanmu.”

Tanpa terasa, wawancaranya berlangsung dua jam! Yang benar? Rasanya saya seperti menjadi tamu istimewa, berkesempatan mengobrol dengan orang nomor satu di organisasi besar ini. Kalaupun itu saya anggap mengobrol bersifat “resmi”, itu salah satu diskusi terlama sepanjang hidup saya. Sungguh tak pernah terbayangkan suatu hari duduk satu meja dengan seorang CEO sebuah perusahaan multinasional berlokasi di gedung pencakar langit -- di jalan protokol ibukota.

Mengevaluasi diri, kemungkinan selain lulus tahap tes tertulis, seseorang bisa menjadi kandidat yang diperhitungkan karena antusiasme dalam diri yang terbaca oleh perekrutnya. | 25 September 2016 - Indria Salim |

 *Pengalaman lulus tes wawancara, meskipun diberi posisi yang bukan marketing. Tes-nya sendiri diawali dengan tes tertulis yang saya ikuti di minggu sebelumnya.*


Tulisan sebelumnya: Antusiasme dan Sikap Positif Demi Semangat Kerja

 Twitter: @IndriaSalim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun