Penasaran dengan pemberitaan tentang film Tiga Dara hasil restorasi, maka saya memonitor jadwal pemutarannya dari iklan bioskop di Media Indonesia, dan juga di situs www.sinepleks21.net – sebenarnya saya menunggu kapan film itu main di bioskop terdekat. Soalnya dekat rumah ada dua gedung, dan keduanya tidak memperlihatkan jadwal tayangnya.
Ceritanya, saya sempat salah tonton film yang mirip Tiga Dara, yaitu Ini Kisah Tiga Dara. Ini karena saya terlalu ngebet dan sudah sangat lama menantikan penayangannya di bioskup dekat rumah. Okelah kalau begitu. Konyol dan mengkal tapi sedikit.
Pada tanggal 3 September saya jadi kutu loncat demi memburu Tiga Dara. Dari Mall Taman Anggrek, ke Central Park, lalu kabur ke Plaza Senayan, lokasi nonton yang semula saya hindari karena jauh dari rumah.
Kebanyakan pengunjung datang berombongan, dan khususnya sekelompok keluarga terdiri dari minimal tiga generasi. Duduk di depan kursi saya adalah sepasang kekasih remaja, di sebelah menyebelah tampak serombongan remaja usia mahasiswa. Mereka anteng sekali, sepertinya sudah mengharapkan dan penasaran banget dengan Tiga Dara. Di belakang, di sebelah kanan dan kiri saya agak jauh – duduk berombongan atau banyak pasangan (sepertinya suami isteri) seusia Om atau Ibu saya.
Jalan Cerita
Tiga kakak beradik perempuan tinggal bersama Nenek dan Ayah mereka. Si Sulung (Nunung) baru saja dirayakan ulang tahunnya yang ke-29. Sang Nenek (diperankan oleh FiFi Young) merisaukan Nunung yang masih jomblo. Si Nenek menganggap ini karena Nunung tidak mudah bergaul, termasuk dengan lawan jenis. Si Nenek merasa tidak perlu khawatir dengan Nana (Si Tengah), dan Si bungsu – Nenny, karena mereka supel.
Ayah -- Sukandar (diperankan oleh Hassan Sanusi) agak kurang peduli soal ini, selain karena kesibukannya juga menganggap hal ini wajar – membebaskan kemauan anak-anaknya. Nenek meradang dan sedikit mengancam Sukandar bahwa ini permintaan terakhir Nenek sebelum ajalnya sampai. Maka Sukandar bersedia memenuhi permintaan Nenek untuk mencarikan jodoh bagi Nunung. Nunung yang pembawaannya tertutup, jutek, dan kikuk kurang disambut oleh teman-teman Nana dan Nenny (khususnya lelaki).
Sampai suatu ketika dia sedang berjalan mau naik becak, tiba-tiba ada skuter nyelonong dan tanpa sengaja menabraknya. Pengendara skuter (Toto) meminta maaf, dan menawarkan untuk mengantar Nunung pulang. Meskipun kakinya sakit kena tabrak, Nunung bersikeras menolak tawaran Toto. Singkat cerita, insiden itu berlanjut dengan kisah cinta yang mulai bersemi di antara kedua insan -- Toto dan Nunung.
Menariknya, Nana juga terpikat dengan Toto yang dianggapnya keren. Maka Nana berusaha mendekatinya. Toto menjadi dekat dengan Nana, dan anehnya Nunung cemburu – meskipun berusaha disembunyikannya demi egonya yang tinggi. Siapa suruh Nunung pura-pura tidak menyukai Toto, ya?
Nah ini saat menegangkan, Nana menyatakan kepada Nenek dan seluruh anggota keluarga kalau dia akan bertunangan dengan Toto. Di sinilah menurut saya bagian yang mengharukan dan merupakan awal klimaks cerita. Nunung kaget, Nenek berang, Neni protes tentang sikap Nenek terhadap Nana, dan Nana merasa tidak mendapat dukungan. Mereka bertengkar hebat. Nana salah memahami Nunung, Nana marah kepada Nenek, dan Nunung terpuruk sendirian.