Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jaring Rezeki Tanpa Kerja Keras, Modus Tipu Digencarkan

18 Mei 2016   14:29 Diperbarui: 18 Mei 2016   15:45 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iklan jasa menemani ngobrol |Dokpri

Ini kisah nyata dan banyak teman dekat saya, juga adik ipar yang mengisahkan tentang  penelpon tak dikenal akan mengatakan bahwa si A,B atau C yang dia klaim sebagai salah seorang anggota keluarga kita sedang ada di kantor polisi, karena tertangkap sedang memakai narkoba.

Modus berkenalan | Dokpri
Modus berkenalan | Dokpri
Penelpon akan mengatakan bahwa si A,B atau C yang dia klaim sebagai salah seorang anggota keluarga kita sedang ada di rumah sakit (RS), dan dia yang membawanya ke sana karena menolongnya akibat kecelakaan parah, butuh DP RS, dsb.

Dokpri
Dokpri
Target akhir apalagi kalau bukan menipu/ menggiring korban (kita yang dihubunginya) untuk mentransfer dana ke rekeningnya, di bawah tekanan psikologis yang mengakibatkan kepanikan mendadak dan akut, penuh kekhawatiran bahwa yang dikabarkan oleh penelepon benar adanya.

Modus transaksi jual-beli | Dokpri
Modus transaksi jual-beli | Dokpri
Bagi beberapa teman, ada yang punya stamina untuk meladeni penipu seperti itu. Salah seorang sahabat saya seprofesi, meladeni penipu seperti itu dan sampai berbalas pantun, dan akhirnya saling memaki. Akhirnya si penipu kabur dengan kepuasan sahabat penulis memaki dan menghardik serta meng-KO-nya sampai penipu mungkin benar-benar ketakutan sendiri.

Modus Sok Akrab dan Puitis |Dokpri
Modus Sok Akrab dan Puitis |Dokpri
Pengalaman adik ipar saya berbeda. Karena adik saya ini orangnya sopan, atau lugu -- jadinya menjawab telepon sesuai harapan dan “perangkap” si penipu. Intinya si penipu mengabarkan kalau family adik ipar  (entah kenapa kok nyambung saja ceritanya), ada di RS karena kecelakaan. Pada saat bersamaan, suaminya yang sedang di luar kota tidak bisa menghubunginya. Oh ya, aneh tapi nyata, adik ipar ini diwanti-wanti agar segera mematikan telpon, juga tidak menjawab telpon rumahnya kalau ada nada dering berikutnya. Ada alasannya, tapi lupa apa. Nah, ibu-nya adik ipar ini begitu tahu ada berita ini langsung lemas dan nyaris pingsan. Sampai ada ketokan pintu dari tetangga depan rumah, menyampaikan pesan suami adik ipar kalau teleponnya tidak tersambungkan dari sejak beberapa kali mencoba menghubunginya. 


DI bawah ini modus penipuan pakai iming-iming hadiah, Penulis iseng jawab "Horee blah blah blah". Nggak dijawab tuh?! *saya tersenyum simpul jadinya*

Modus tipu berhadiah, Kompasianer iseng menjawabnya
Modus tipu berhadiah, Kompasianer iseng menjawabnya
Singkat cerita, akhirnya adik ipar dan semuanya nyadar baru saja dikerjai dan nyaris kena tipu.

Modus penipuan itu, menurut Penulis antara lain disebabkan mentalitas tidak mau berusaha secara positif dan gigih,  ingin mendapatkan uang tapi tidak mau bersusah payah bekerja benar, peras keringat atau peras otak sama sekali.

Modus lain yang juga menyasar pengguna HP, yaitu SMS. Sudah menjadi candaan dan rahasia umum adanya SMS Mama, Papa, Ananda, Abang, Adik minta pulsa – ya, kan? Itu masih saja dilakukan oleh orang-orang bodoh dan tidak bertanggung jawab.

Lain modus namun satu platform (SMS), pesan pendek bernada akrab, menggoda, bikin penasaran, kadang sok romantis – iklan porno, iklan jualan perlengkapan seks, atau layanan seks. Spesifiknya: pesan pendek seolah pengirim itu calon pembeli tanah/ calon pembeli/penyewa rumah, calon pembeli mobil kita, pemberitahuan hadiah undian dari bank, iklan menjual untuk pria/wanita, tawaran menjadi teman ngobrol dengan embel-embel “No Sara, No Sex” – (Red.: halah!)

Iklan jasa menemani ngobrol |Dokpri
Iklan jasa menemani ngobrol |Dokpri
Sungguh, ini mengkhawatirkan karena saya biasanya langsung kepikiran anak-anak dan remaja kita, keponakan, dan orang tua yang sudah lanjut usia – kalau sampai kena provokasi penelepon gelap seperti ini kan runyam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun