Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC] Kopi dan Kamu

2 Maret 2016   21:14 Diperbarui: 3 Maret 2016   09:50 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kopi dan Kamu | Foto: Indria Salim"][/caption]

*Minggu Pertama -- Menulis Flash Fiction 200 kata*

Aku duduk di pembaringan. Kau bersandar di tumpukan bantal, Britany. Kubenamkan tubuhku dalam selimut tebal. Kuhirup kopi di cangkir hadiah darimu, sambil merasakan kembali kecupan hangat dan basah bibirmu --- kuharap waktu membeku. Pukul 3 siang, dan ini cangkir kopiku yang ke-lima. Aku mulai berpikir, tampaknya diriku menyedihkan. Kusapukan pandangku ke seluruh kamar, dan baru menyadari – hidupku menyedihkan.

Kamar ini penuh tumpukan pakaian kotor dan lautan buku membuncah. Semua berserakan dan menutupi cangkir kotor yang bergelimpangan.

Air hitam yang pahit ini menjadi obat mujarab, dan darah yang memompa jantungku. Kini darah hitam bercangkir-cangkir bahkan malah melumpuhkan batinku. Mungkin aku terlalu lelah, sehingga otak dan jantungku sejenak berhenti bekerja. Kubuat secangkir kopi lagi, menenggaknya dua kali, dan meninggalkan noda lelahku di dasar cangkirnya.
Kumenulis lagi, di laptop yang seletih diriku. Laptop ini, kunamakan sama dengan nama kesayangan yang kuberikan kepadamu – Britany. Sejak kepergianmu, hanya Britany dan kopi yang memahamiku, Matahariku.

Sudah lima cerita kutulis, semua berakhir dalam tanya, “Mengapa kau pergi secepat uap kopiku? Dulu kau berjanji untuk mencintaiku sampai tua, dan mati dalam satu dekapan ajal.”

Engkaukah itu yang mencumbuiku dalam sesap pekatnya kopi? Kumasih menggigil, mataku nyalang – merengkuh bayang jiwamu. Kisah kita purna, bersama kesetiaanmu menantiku di surga.

|@IndriaSalim|

 Flash Fiction 200 Kata ini terinspirasi dari puisi Joko Pinurbo “Surat Kopi”  *)

 Dan karya ini diikutsertakan dalam rangka HUT RTC

 “ … Kopi: nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku.
 - - -
 Tiga teguk yang akan datang aku bakal 
 mencecap hangat darahmu di bibir cangkir kopiku.”
 (2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun