Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaesang Jokowi Dicuekin JKT48 dan Tetap Ngefans

25 Februari 2016   13:11 Diperbarui: 25 Februari 2016   21:14 2417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kaesang dan Gibran: Senyum Dua Bersaudara | Foto: Fb Kaesang Pangarep"][/caption]Kalau kita bisa membaca pemberitaan liputan kegiatan Presiden Jokowi, kita tahu bahwa masyarakat yang ditemui Presiden juga senang menyambut Kaesang atau Kahyang (putri Presiden) saat mereka ikut dalam rombongan kunjungan Presiden ke daerah.

Tanggapan Kaesang dan Gibran:

Kaesang, “Kalau dilihat memang nggak ada perubahan yang signifikan antara Bapak jadi wali kota sampai jadi presiden. Kalaupun ada itu tentang follower di twitter ya meningkat lebih banyak.

Sementara itu, Gibran mengatakan, “Yang jadi Presiden itu Bapak saya, saya ini cuma anak Presiden.”

Itu awal wawancara Najwa yang menghadirkan Kaesang Pangarep (21 tahun), bungsu Presiden Jokowi. Hadir berbalut hem abu-abu polos, Kaesang tampil kalem, meski banyak melontarkan guyonan ringan. Itu ada di acara Mata Najwa:  Cerita Anak Jokowi Gibran Dan Kaesang, begitulah tayangan Metro TV pada hari Rabu malam, 24 Februari 2016.

Kaesang bicara soal ketegasan ayahnya, baik sebagai kepala keluarga maupun sebagai Presiden. Kalau di rumah sehabis capek kerja seharian, humor-humor Presiden sebenarnya tidak lucu tapi sebagai anak yang baik, Kaesang kasihan, jadi tetap menghargai humor Sang Bapak.

Najwa bertanya tentang apa yang Indonesia belum tahu tentang Presiden.

Kaesang, “Setiap dua minggu Bapak suka sekali mengambil kecebong di kolam, dipindahin lalu jadi kodok, terus membuat kecebong berkembang biak, lalu dia nikmati.

Soal Kaesang rajin ngetweet

Selama nggak melanggar norma-norma, ya nggak apa sharing tweet, tidak menghin aorang, melecehkan, Bapak nggak komplin. Dia membaca sosmed saya setiap hari. Kadang-kadang komentar atau telepon, ‘kenapa twitnya aneh gini?’
Kaesang, “Ya kepikirannya cuma kayak gitu aja.”

Najwa sempat tanya gimana bicara sama Gibran? Ini karena ada twit orang-orang, Gibran pelit ngomong. Dia memang irit bicara dan senyum. Gibran Rakabuming Raka (28 tahun) lebih suka mandiri dan berbisnis kuliner. Menetap 5 tahun di dan sekolah di SMP -- Orchird Park Secondary Singapore, lalu dia melanjutkan sekolahnya di University of Technology Sidney, Australia, lulus pada tahun 2010. Selain merintis bisnis kuliner Chilli Pari – yang artinya “keberanian dan kemakmuran”, dan penyedia jasa perlengkapan pernikahan.. Lalu menyusul usaha bisnis martabak “Markobar” yang ditekuninya kurang dari setahun yang lalu.

Awalnya perbincangan dengan Gibran, agak garing (menurut Penulis), karena Najwa Shihab tampak agak mati langkah mencoba menembus wajah datar Gibran, yang memang menampilkan kepribadian yang dari awal publik melihatnya pada saat pelantikan Jokowi menjadi Presiden, yang oleh sebagian publik dipersepsikan sebagai tanda kesombongan, dan tidak bisa mengendalikan diri, demam panggung tampil di depan publik.

Apakah publik masih punya anggapan yang sama, atau mulai memahami bahwa itulah Gibran apa adanya. Sampai beberapa kali pancingan pertanyaan dan komentar dilontarkan oleh Najwa, reaksi dan jawaban Gibran sama, “Itu biasa saja.”, “Ya, memang itu beneran biasa saja”, dengan senyum tipisnya yang khas.

Dari sini, Penulis mulai memahami bahwa “biasa saja” itu maknanya luas, dan menceritakan banyak hal. Penulis ingat bahwa apa yang “biasa, atau sederhana” itu tidak selalu mudah dipahami, bila publik justru mengharapkan reaksi atau penampilan tidak biasa oleh seseorang yang dipandang sebagai bagian dari public figure. Karena itu rupanya apa yang “biasa saja” bagi Gibran, dianggap “nyleneh”, atau “kurang bisa diterima” oleh sebagian publik, yang mungkin mengharapakan Gibran bersikap selayaknya anak Presiden Jokowi yang ramah, sering tertawa (yang oleh haters dulu sempat dianggap calon pemimpin cengengesan).

[caption caption="Menu Chilli Pari: Sup Galantine | Foto: chilliparicatering.com"]

[/caption]

Toh Gibran adalah Gibran, yang meskipun sebagai anak Presiden dia menyadari fungsi keamanan yang harus dijalankan sebagai SoP Protokoler Istana kepresidenan, bahwa dia seharusnya selalu dalam pengawalan 24 jam 3 orang Paspampres. Nyatanya, Gibran malah “mengusir”, atau “menolak” kehadiran para pengawal karena kebiasaannya yang serba mandiri, dan ingin selalu bisa melakukan semua hal dalam kehidupannya sendiri, termasuk berdagang martabak dan berbisnis katering.

Tanpa mendramatisir, atau  berpura-pura sederhana, Gibran memang "nyleneh" dengan penampilannya yang biasa. Tidak menampilkan gemerlap arloji di pergelangan tangannya, atau cincin bermata akik sebesar telur bebek, atau kemeja yang wah, atau rambut jabrik khas cowok metroseksual, pun bukan blangkon Solo agar terkesan punya tanda kebangsawanan.

Gibran menghayati posisinya menjadi seorang anak pengusaha mebel, yang dari sana ia ingin juga bisa menjadi pengusaha mandiri dengan pilihan bisnisnya. Gibran melihat peluang berbisnis katering karena ayahnya punya gedung, gedung yang kemarin tempat saya nikah itu – “Graha Saba” yang belasan tahun berdiri dan tidak punya akatering, itu salahnya Bapak di situ. Ada gedung, tidak ada jasa penyediaan makanan, padahal orang nikah biaya terbesar kan ada di makanan”. Maka ia mulai mencoba bisnis itu.

Sebelum Chilli Pari berdiri, banyak orang mendekati saya. Blah blah blah. Ketika “Chilli Pari berdiri, marketing saya larang untuk menerima pesanan dari Pemkot. Semua orang bingung, lho aneh banget ini.”

“Bisnis dan politik itu jangan dicampur adukkan. Saya ingin Bapak berjalan, dan saya juga berjalan, jadi kan sama-sama enak gitu lho. … memang ada pesan Bapak (agar tidak memanfaatkan posisi sebagai anak pejabat), tapi saya sadar dirilah.”

Bisnis saya sudah ada semua sebelum Bapak jadi Presiden.

Prinsip bisnis Gibran, orang pesan makanan saya karena rasa dan pelayanannya, dan saya tidak peduli motif mereka, apakah itu karena mereka begitu karena saya anak Presiden ya itu terserah mereka, yang penting mereka puas dengan jasa katering saya.

Tanpa basa-basi, Gibran tidak mengelak ketika ditanya apakah posisinya sebagai anak Presiden membawa efek meningkatnya pelanggan bisnisnya. Ia mengakui bahwa memang ada peningkatan. Namun dia juga secara wajar mengatakan bahwa dalam bisnis berjualan martabak “Markobar”, pemasaran melalui media sosial sudah sejak awal dijalankan sebagai strategi pemasaran yang efektif, karena targetnya adalah anak muda, yang tentu erat terkait dengan kegiatan bersosial media.

Satu hal yang mengejutkannya sejak Sang Bapak menjadi Presiden adalah ketika saat pesta perkawinannya, dia dan rombongan disuruh berjalan kaki dari dan ke rumah pengantin perempuan (isterinya, Selvi Ananda).

Kaesang Pangarep, Si Anak Bungsu

[caption caption="Presiden Jokowi dan Ibu Iriana menghadiri wisuda Kaesang di Singapura |Foto: liputan6.com"]

[/caption]

Kaesang, bungsu Presiden Jokowi beda lagi. Sebagai mahasiswa, dia menjadikan Ayahnya tempat bertanya soal-soal bidang studinya. Kaesang mengaku bahwa jurusan studi yang dipilihnya juga adalah hasil konsultasi dan arahan ayahnya.

Si Bungsu ini sangat dekat dengan kedua orang tuanya, namun Ibunya lebih sering menelponnya, dan itu bisa dilakukannya sampai 5 kali sehari, menelpon untuk menanyakan kegiatan sehari-harinya. Mungkin inilah bentuk kepedulian, agar anak bungsu tidak terjebak dalam godaan aneh-aneh yang mungkin akan menjeratnya, bila komunikasi tidak dijaga sebegitu akrabnya.

Kedua anak Presiden, Gibran dan Kaesang terbukti bisa membawa diri sebagai anak-anak orang tuanya, bukan sebagai pangeran di republik ini. Tidak ada ungkapan yang wah, atau mewah, tidak ada kesan yang membentuk kekaguman. Semua diungkapkan wajar, dan tentang hal yang sangat biasa.

Ketika disinggung soal percakapan keluarga, apakah ada pembahasan tentang hal serius terkait isu negara, kedua anak muda itu tidak berusaha tampil super istimewa. Dengan tanpa malu, mereka mengatakan “Saya benar-benar tidak tahu politik. Selain itu, kapasitas saya (Gibran) kan sebagai seorang anak, bukan pengamat politik.”

[caption caption="Presiden yang gemar memelihara kecebong | Foto: FB Presiden Joko Widodo"]

[/caption]

Baik Gibran maupun Kaesang seakan kompakan dalam status dan sikap mereka tentang berita hoax, berita plintiran, berita haters, dan isu kecebong. Penulis agak sulit membedakan apakah mereka bicara kecebong untuk menyindir publik yang sering mengejek Presiden Jokowi sebagai Presiden kecebongers, atau mereka menuturkan kebiasaan ayahnya yang harafiah suka kecebong.

"Bapak itu dua minggu sekali suka ambil kecebong di kolam. Dipelihara jadi lebih banyak," tutur Kaesang kepada Najwa Shihab di acara Mata Najwa.

"Dipindahin, nanti jadi kodok," kata Kaesang yang disambut tawa penonton "Mata Najwa" di studio.

[caption caption="Berdua saja dengan Melody0Jkt48 | Foto: FB Kaesang Pangarep"]

[/caption]

 

Ngakak habis bersama Kaesang dan Gibran

Ternyata pada perbincangan itu, Mata Najwa menghadirkan JKT48 sebagai “kejutan buat Kaesang”. Tak pelak Kaesang menyambut kesempatan selfie dengan Melody – JKT48. Dengan tanpa malu-malu Kaesang menyatakan hanya ingin foto bareng berdua dengan Melody-Jkt 48, dan menyingkirlah Gibran dan Najwa Shihab dari pose foto itu. Nyatanya, Kaesang hari ini mengunggah foto berduanya dengan artis JKW47, dengan komentar ngebanyol khas dia, “Sengaja diupload”.

Gibran berbeda dengan Kaesang, juga musik kesukaan mereka. Gibran suka heavy metal seperti ayahnya,

Gibran meledek adiknya, mengatakan kalau Kaesang sering mention JKT48, tetapi nggak pernah dibalas. Menurut Gibran lagi, Kaesang sudah lama ngefans JKT48

Lalu Kaesang menimpali, “Bapak heavy metal, saya heavy rotation aja deh,”begitu katanya sambil terkekeh.

Santai tapi lumayan serius rupanya, seperti yang terungkap dari tulisan di diarynya --- misterkacang.blogspot.co.id, “Gue tipe orang yang membedakan antara “suka” dan “jatuh cinta”. Gue orang yang gampang banget untuk suka sama seseorang. Maksud gue tentang “suka” itu nggak jauh dari luarnya saja atau karena wajah cantik yang dia punya. Tapi untuk jatuh cinta itu beda, ini makhluk bisa tiba-tiba mucul di hati gue kapan aja tanpa ada alasan apapun. Mau muka cantik atau jelek, orangnya ngeselin atau gimana pun, rasa jatuh cinta ke cewek bisa aja muncul di gue kapan aja. Tapi ini sangatlah jarang terjadi di gue. Tapi nggak tau kenapa, akhir-akhir ini, makhluk ini mulai muncul lagi di gue.

Tapi untuk kali mungkin sedikit beda. Gue bakalan butuh waktu sebelum gue bisa ngomong,” Gue sayang lo”.

Mata Najwa malam itu berakhir seru dan mengundang banyak gelak tawa karena Najwa “memaksa” Kaesang membuktikan pengakuannya bahwa sesibuk apapun Presiden, dia tetap bisa sewaktu-waktu menerima telepon dari Kaesang. Tentu telepon diterima lebih dulu melalui ajudan Presiden. Dan terjadilah apa yang harus terjadi, pemirsa Mata Najwa menyaksikan dan mendengar sendiri percakapan spontan orang nomor satu di republik ini dengan anaknya, dan pembawa acara yang memanfaatkan momen langka komunikasi on the spot Kaesang dengan Sang Presiden.

Mata Najwa langsung menanyakan pendapat Bapak tentang pembawaan ketiga anak-anaknya, Gibran, Kahyang, dan Kaesang.

Gibran mengingatkan agar Kaesang menyebutkan kode masuk ke percakapan dengan Pak Presiden. *) Penulis: Wah, sejak itu kodenya harus diubah ya, agar tidak diselusupi oleh pihak yang tidak diharapkan.

“Pak Jokowi grogi enggak sebelum ke Mata Najwa, Pak?” tanya Najwa kepada Presiden.

Presiden, “Hehehehe ..”

[caption caption="Kaesang yang konon banyak dikira anak sulung Presiden Jokowi |Dokpri"]

[/caption]

Banyak celetukan Gibran dan Kaesang yang lucu dan spontan.
Pengakuan Kaesang tentang Bapaknya,“Bapak itu sebenarnya lucu, ya tapi sebenarnya ... “nggak lucu”.

Ibu lebih tegas lagi daripada Bapak. Itu galaknya lebih ngelewatin … ehehehehe .. “

“Kalau pose sama Ibuk kan hanya berapa menit, tapi kalau memarahi bisa lama – dua jam. Itu paling gara-gara saya kurang belajar, atau kebanyakan main game.”

“Kalau ketemu, kumpul-kumpul --- paling makan-makan, ke mall nonton. Terakhir nonton film komik Indonesia, yang semuanya “standup comedian semua.”

Najwa, “Yang ketawanya paling kenceng siapa?”
Si Sulung Gibran, “Paspampres!” *) penulis dan pemirsa langsung ngakak --- wahahaha …

Tentang kritik kepada Bapak, Gibran, “Tentang pakaian yang nggak pernah ganti. --- Ya mestinya pakaiannya ganti pakai jaket, jeans, atau apa gitu …”

Masih banyak dialog menarik yang mengungkapkan pandangan dan sikap hidup kedua anak Presiden, dan itu bisa disimak langsung dari rekaman video Mata Najwa yang ada di Youtube.

Demikian, maka Penulis kutip prolog Mata Najwa yang menggelitik ini, “Seolah lazim di negeri ini jabatan dibagi-bagi kepada orang sendiri, proyek dikelola sanak dan famili. Banyak orang lupa daratan karena kekuasaan memang kerap meninabobokkan. Bukan rahasia menjadi penguasa di Indonesia, berarti sejahtera seluruh sanak dan keluarga. Jika dulu anak penguasa tak perlu kerja keras untuk jadi kaya raya, bagaimana kini Gibran dan Kaesang merintis usaha?Apakah mereka betul berbeda, atau karena masih awal jadi belum banyak tergoda?”

Salam Kompasiana! |@IndriaSalim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun