Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jenang Bahari dan Festival Jenang Solo 2016

15 Februari 2016   14:32 Diperbarui: 16 Februari 2016   07:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Berebut Jenang di Festival Jenang Solo |Foto: festivaljenangsolo.com"][/caption]

Ratusan takir jenang dibagikan kepada sekitar dua ratusan warga Solo Jawa Tengah dalam acara  pembukaan Festival Jenang Solo 2016, di kawasan Ngarsopuro, Minggu 14 Februari 2016. Kegiatan ini adalah untul menyambut Hari Ulang Tahun ke-271 Kota Solo, 17 Februari mendatang.

[caption caption="Langsung dari Kalimantan Barat | Foto: Isnaeni Edi Darmo/ Indria Salim"]

[/caption]

Festival ke-5 yang bertema “Ragam Jenang Nusantara” ini diselenggarakan oleh Yayasan Jenang Indonesia, dan dibuka oleh Pj. Walikota Surakarta, Budi Yulistianto. Setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan masak besar jenang tujuh rasa di kanan-kiri panggung. Festival ini diikuti oleh 15 daerah, yaitu: Pekalongan-Batang, Banyumas, Kalimantan Barat, Sumatra Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Timor Leste, Lampung, Papua, Jambi, Aceh, Kepulauan Riau dan Banten.  Mereka berpartisipasi menyajikan jenang khas daerah masing-masing.

[caption caption="Festival Jenang Solo 2016 | www.jenangsolo.com"]

[/caption]

[caption caption="Para pelajar belajar memarut kelapa sebagai bahan jenang, bersama punakawan |festivaljenangsolo.com"]

[/caption]

Jenis-jenis Jenang
Terpantau ada sekitar 36 jenis jenang yang disuguhkan dan dapat dinikmati masyarakat secara gratis, antara lain: Jenang Pedas (Kalimantan Barat), jenang Kaplok (Pekalongan), jenang Krasikan (kabupaten Sukoharjo, Jateng),  jenang Ketan (Banyumas), jenang Kampiun khas Sumatera Barat, bubur Pepeda khas Papua, juga bubur Manado.

[caption caption="Salah satu perwakilan dari daerah Palembang | www.kompastv.com"]

[/caption]

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggiatkan Kampanye Gemar Makan Ikan

Menariknya, Festival Jenang ini dimanfaatkan oleh KKP untuk mengajak masyarakat di Jawa Tengah termasuk Solo agar lebih banyak mengonsumsi produk olahan laut, yang bisa dipadukan dalam bentuk bubur, yang dinamakan bubur atau jenang Bahari. Jenang ini menggunakan bahan-bahan kekayaan laut.

Menurut Direktur Akses Pasar dan Promosi Innes Rahmanita, tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat provinsi Jawa Tengah termasuk rendah bila dibanding daerah lain di Indonesia, yaitu dibawah 20 kilogram per tahun per kapita.

“Dengan mengolah jenang Bahari maka kesan bahwa makan ikan itu amis tidak akan ada lagi," kata Direktur Ines dalam wawancara oleh Metrotvnews.com pada hari Pembukaan Festival Jenang Indonesia tersebut.

[caption caption="Ada ikan segar, udang kupas, dodol ikan segar #gemarmakanikan | festivaljenang.com"]

[/caption]
Melalui Kampanye Gemar Makan Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia meningkat dengan munculnya berbagai olahan dari ikan, dan targetnya adalah menaikkan konsumsi di level nasional hingga 40 kilogram per tahun per kapita.

Terkait dengan Kampanye oleh KKP, bu Isnaeni Edi Darmo, seorang warga Solo yang menjadi nara sumber Penulis sempat membeli udang kupas dan ikan asal Jepara. Menurutnya ada juga orang memajang jualan dodol ikan segar  dalam truk berplat B.

“Harganya super murah, dengan uang Rp 10.000 bisa dapat tiga buah dodol ikan yang semuanya berukuran sebesar lengan orang dewasa,” bu Isnaeni menjelaskan.
  
Festival Jenang Solo 2016 ini akan berlangsung hingga 17 Februari 2016. Pada puncak festival nanti, sebanyak 20 ribu takir jenang akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Lokasi  di tempat acara penutupan festival adalah di kawasan Ngarsopuro, Solo, Jawa Tengah. 

[caption caption="Isnaeni (nara sumber/ pengunjung festival) diapit perwakilan dari Papua | Dokpri"]

[/caption]

Suasana Festival

Isnaeni menuturkan kegembiraan masyarakat yang antusias rela mengantre dan berdesak-desakan demi setakir atau seporsi bubur. Tampaknya sebagian yang ada dalam antrean tersebut enggan meninggalkan tempat dengan tangan hampa karena kepalang tanggung mengantre lama. Bukan pesta rakyat namanya, bila pengantre tersebut tidak menikmati seni menunggu mendapatkan bubur. Dalam satu stand bubur yang ternyata menunggu datangnya santan sebagai pelengkap bubur. Sambil menuggu datangnya santan, para pengantre itu saling berbalas celetukan yang ringan dan yang lucu, padahal mereka tidak mengenal satu sama lain.

[caption caption="Dua dari kiri: Isnaeni (nara sumber) dan para petugas yang membagikan jenang |Dokpri"]

[/caption]

Wajan tempat masak jenang sudah licin tandas

Tampaknya jumlah pengunjung lebih banyak daripada jumlah porsi bubur yang tersedia. Jadi begitu santannya datang, para pengantre langsung pada berebut maju. Mereka merangsek kerumunan sambil ketawa dan tergelak karena merasa lucu dan konyol sendiri, menyadari bahwa yang diperebutkan itu “makanan sepele (tidak seberapa)”. Kemeriahan bertambah saat pembagian jenang Kudus dilakukan dengan cara disebarkan dari atas panggung hahaha.

“Pokoknya semua serba menjadi bahan guyonan, pada ngakak-ngakak. Semua seperti menikmati hiburan rakyat ini. Kebetulan memang saat itu pas waktunya diberlakukan jam bebas mobil “car freeday” di Jalan paling populer dan terpanjang di kota Solo, yaitu Jalan Slamet Riyadi.

Sementara ini penyelenggara juga mengadakan lomba foto. Lomba ini akan digelar mulai tanggal 14-17 Februari 2016. Peserta bebas mengeksplorasi event mulai dari pembukaan hingga acara puncak pada tanggal 17 Februari 2016. Peserta yang ingin berpartisipasi diberikan kesempatan hingga 27 Februari 2016 untuk mengumpulkan karyanya di Lembaga Studi Desain (Lestude) -- Jl. Melati No.7 (Utara RS. Kasih Ibu) Purwosari - Solo.

Seluruh foto peserta akan dinilai oleh juri yang berkompeten yakni : Ali Lutfi (Ketua PFI Solo), Pandji Vasco Da Gama (Fotografer Profesional) dan Ahmad Adib (Yayasan Jenang Indonesia). Nantinya akan diambil 5 pemenang lomba yang masing-masing akan mendapatkan uang sebesar Rp. 1.000.000,- 

Katalog Jenangpedia, Lomba Foto, dan Penutupan Festival Jenang Solo

Festival Jenang yang akan berlangsung sampai tanggal 17 Februari 2016, menampilkan pagelaran seni budaya Nusantara & arak-arakan, demo masak jenang, dan parade jenang . Pada puncak acara akan dibagikan setidaknya 20.000 takir jenang kepada pengunjung. Selain 15 daerah yang sudah bergabung, akan ada 51 kelompok PKK serta puluhan instansi yang berpartisipasi menambah sajian ragam jenang Nusantara.

[caption caption="Jenang dari Palembang |Foto: Isnaeni/Indria Salim"]

[/caption]

Yayasan Jenang Indonesia kini sedang menyusun katalog dengan judul Jenangpedia. Ini untuk mendukung tujuan Yayasan Jenang Indonesia yang akan terus mempromosikan beragam jenang hingga dikenal di seluruh daerah di Indonesia ataupun di negara lain.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Jenang Indonesia, Slamet Raharjo mengatakan festival dengan media jenang tersebut diharapkan dapat menjadi perekat persaudaraan antar suku dan etnis dari seluruh Indonesia.

[caption caption="Menikmati jenang | Foto: www.festifaljenangsolo.com"]

[/caption]

Demikian, mudah-mudahan bentuk-bentuk kegiatan yang memberi kesempatan warga daerah dari seluruh Indonesia untuk berkumpul, bertukar pengalaman, dan saling mempromosikan keunggulan masing-masing ini akan menjadi ajang yang menguatkan dan mempererat tali keNusantaraan.

Salam Bhinneka Tunggal Ika! | @IndriaSalim

*) Takir: sebuah wadah terbuat dari daun pisang) Inilah kemeriahan Festival Jenang Solo pada hari pertama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun