Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jenang Bahari dan Festival Jenang Solo 2016

15 Februari 2016   14:32 Diperbarui: 16 Februari 2016   07:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dengan mengolah jenang Bahari maka kesan bahwa makan ikan itu amis tidak akan ada lagi," kata Direktur Ines dalam wawancara oleh Metrotvnews.com pada hari Pembukaan Festival Jenang Indonesia tersebut.

[caption caption="Ada ikan segar, udang kupas, dodol ikan segar #gemarmakanikan | festivaljenang.com"]

[/caption]
Melalui Kampanye Gemar Makan Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia meningkat dengan munculnya berbagai olahan dari ikan, dan targetnya adalah menaikkan konsumsi di level nasional hingga 40 kilogram per tahun per kapita.

Terkait dengan Kampanye oleh KKP, bu Isnaeni Edi Darmo, seorang warga Solo yang menjadi nara sumber Penulis sempat membeli udang kupas dan ikan asal Jepara. Menurutnya ada juga orang memajang jualan dodol ikan segar  dalam truk berplat B.

“Harganya super murah, dengan uang Rp 10.000 bisa dapat tiga buah dodol ikan yang semuanya berukuran sebesar lengan orang dewasa,” bu Isnaeni menjelaskan.
  
Festival Jenang Solo 2016 ini akan berlangsung hingga 17 Februari 2016. Pada puncak festival nanti, sebanyak 20 ribu takir jenang akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Lokasi  di tempat acara penutupan festival adalah di kawasan Ngarsopuro, Solo, Jawa Tengah. 

[caption caption="Isnaeni (nara sumber/ pengunjung festival) diapit perwakilan dari Papua | Dokpri"]

[/caption]

Suasana Festival

Isnaeni menuturkan kegembiraan masyarakat yang antusias rela mengantre dan berdesak-desakan demi setakir atau seporsi bubur. Tampaknya sebagian yang ada dalam antrean tersebut enggan meninggalkan tempat dengan tangan hampa karena kepalang tanggung mengantre lama. Bukan pesta rakyat namanya, bila pengantre tersebut tidak menikmati seni menunggu mendapatkan bubur. Dalam satu stand bubur yang ternyata menunggu datangnya santan sebagai pelengkap bubur. Sambil menuggu datangnya santan, para pengantre itu saling berbalas celetukan yang ringan dan yang lucu, padahal mereka tidak mengenal satu sama lain.

[caption caption="Dua dari kiri: Isnaeni (nara sumber) dan para petugas yang membagikan jenang |Dokpri"]

[/caption]

Wajan tempat masak jenang sudah licin tandas

Tampaknya jumlah pengunjung lebih banyak daripada jumlah porsi bubur yang tersedia. Jadi begitu santannya datang, para pengantre langsung pada berebut maju. Mereka merangsek kerumunan sambil ketawa dan tergelak karena merasa lucu dan konyol sendiri, menyadari bahwa yang diperebutkan itu “makanan sepele (tidak seberapa)”. Kemeriahan bertambah saat pembagian jenang Kudus dilakukan dengan cara disebarkan dari atas panggung hahaha.

“Pokoknya semua serba menjadi bahan guyonan, pada ngakak-ngakak. Semua seperti menikmati hiburan rakyat ini. Kebetulan memang saat itu pas waktunya diberlakukan jam bebas mobil “car freeday” di Jalan paling populer dan terpanjang di kota Solo, yaitu Jalan Slamet Riyadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun