Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Memahami Makna Hari Raya Galungan dan Kuningan

10 Februari 2016   15:02 Diperbarui: 16 September 2020   07:21 3644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lomba Membuat Gebogan untuk memeriahkan Hari Raya Galungan 2015 (tahun lalu) |Foto: Ultimoparadiso.com

Dua hari yang lalu (10/2/2016), sekitar empat orang petugas keamanan atau pecalang dari Banjar Temacun, Kuta, bekerjasama dengan aparat dari Kepolisian Sektor Kuta dan petugas keamanan vihara mengamankan jalannya ibadah Hari Raya Imlek oleh warga Tionghoa. 

Pecalang tersebut turut mengatur kelancaran lalu lintas di sekitar kawasan Jalan Blambangan dan Jalan Raya Kuta mengingat klenteng itu berada di tengah-tengan kawasan wisata padat Kuta.

Harmoni keberagamaan dan akulturasi budaya begitu kental terasa di vihara dan lingkungan sekitarnya. Salah satunya hiasan bambu dan janur atau "penjor" khas buatan umat Hindu berpadu dengan ratusan lampion yang menyemarakkan vihara itu.

Melaksanakan ritual sembahyang hari raya Galungan | Foto: Net.Newstv
Melaksanakan ritual sembahyang hari raya Galungan | Foto: Net.Newstv
Hari ini (Rabu, 10/02/2016) giliran umat Hindu Bali menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan. Selain di Bali, perayaan berlangsung di berbagai wilayah di luar Bali, antara lain Banyuwangi, Surabaya, Yogyakarta, dan Sulawesi.

Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan jatuh pada hari Rabu, 10 Februari 2016, dirayakan oleh seluruh umat Hindu Bali yang berada di Bali maupun wilayah lainnya. Hari Raya Galungan adalah peringatan atas terciptanya alam semesta beserta isinya, dan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan).

Umat Hindu Bali Bersembahyang di Pura Jagadnata, Bantul, Yogyakarta (Galungan 2015) |AntaraNews.com
Umat Hindu Bali Bersembahyang di Pura Jagadnata, Bantul, Yogyakarta (Galungan 2015) |AntaraNews.com
Umat Hindu melakukan persembahan kepada Sang Hyang Widi dan Dewa/Bhatara dengan segala manifestasinya sebagai tanda puji syukur atas rahmat-Nya, serta untuk keselamatan selanjutnya.

Hari Raya Kuningan

Hari raya Kuningan menutup rangkaian hari raya Galungan yakni 10 hari sesudah hari raya Galungan, yaitu pada tanggal 20 Februari 2016. Kata kuningan sendiri memiliki makna ka-uningan yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya.

Umat Hindu meletakkan sesajen ritual sembahyangHari Raya Kuningan (2012) di Pura Taman Pule, Ubud, Bali |Antaranews.com
Umat Hindu meletakkan sesajen ritual sembahyangHari Raya Kuningan (2012) di Pura Taman Pule, Ubud, Bali |Antaranews.com
Penjor

Dalam hal ini, penjor yang dipasang di depan setiap rumah dan lingkungan perumahan, perkantoran dan sebagainya dimaksudkan sebagai persembahan kepada Bhatara Mahadewa yang berkedudukan di Gunung Agung.

Penjor adalah sebuah tiang bambu dengan tinggi 8 meter yang biasanya dihias dengan beraneka ragam bunga, buah-buahan, padi dan palawija, dekorasi bernuansa janur, serta diberi sesaji di pangkalnya.

Selain itu, Penjor sebenarnya juga digunakan hampir dalam semua ritual penting bagi umat Hindu di Bali, termasuk dalam piodalan (hari suci) perayaan hari jadi pura atau tempat suci lainnya. Intinya, Penjor dipakai untuk menyembah Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Giri Pati.

Sumber lain menguraikan, Penjor bambu yang dihias dan dilengkapi sanggah penjor (tempat sesajen) adalah simbol penghormatan dan perwujudan Naga Basuki, Naga Anantabhoga, dan Naga Taksaka, yang terus menerus menjaga kesempurnaan siklus air di jagat raya.

Pengrajin dan Penjual Penjor di Bali | Foto: Net.News TV
Pengrajin dan Penjual Penjor di Bali | Foto: Net.News TV
Penjor Kreasi Warga : Foto: Net.News TV
Penjor Kreasi Warga : Foto: Net.News TV
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, menyerukan agar pembuatan penjor untuk Hari Raya Galungan menekankan aspek kesederhanaan sesuai maknanya. Penjor akan terpasang di setiap rumah, perkantoran dan pertokoan selama 10 hari hingga perayaan Kuningan pada Sabtu 20 Februari 2016.

Ketua Panitia Lomba Penjor dan Lomba Gebogan 2016 | Foto: Tribun Bali
Ketua Panitia Lomba Penjor dan Lomba Gebogan 2016 | Foto: Tribun Bali
Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana menjelaskan bahwa penjor Galungan yang dipasang di depan pintu masuk pekarangan setiap rumah sangat berbeda dengan lomba penjor yang harus dibuat sebaik dan semeriah mungkin.

Penjor bisa dibuat sendiri, atau tinggal membeli dari para pengrajin. Biaya untuk pengadaan Penjor bervariasi, dari yang paling sederhana – menghabiskan biaya sekitar Rp 200.000 sampai yang berbiaya jutaan rupiah.

Aneka penjor yang dibuat dari bahan baku lontar atau janur, ada yang secara khusus didatangkan dari Sulawesi dipajangkan untuk dijual berjejer di sepanjang jalan Desa Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

Desa yang berlokasi di tempat strategis di Jalur Denpasar-Tabanan-Gilimanuk (Bali barat) maupun ke jalur Kabupaten Buleleng (Bali utara) sebagian besar warganya menjual hiasan penjor untuk kelengkapan menyambut Hari Raya Galungan ini.

Peserta Lomba Gebogan 2016 | Tribun Bali
Peserta Lomba Gebogan 2016 | Tribun Bali
Gebogan

Gebogan adalah sesaji tradisional Bali berbentuk segitiga indah yang menyerupai gunung --- terdiri dari beragam  buah-buahan, bunga, dan hiasan lainnya. 

Gebogan ini dimaksudkan sebagai dekorasi dan sekaligus persembahan bagi Sang Hyang Widhi, dikirim ke pura dengan cara diusung di atas kepala. Untuk fungsi dekorasi, gebogan biasanya ditaruh di lantai ataupun di atas meja.

Lomba Membuat Penjor dan Gebogan

Lomba Penjor 2016 | Tribun Bali
Lomba Penjor 2016 | Tribun Bali
South Kuta Beach Business Association (SKBBA) dan Desa Adat Kuta menyambut Hari Raya Galungan dengan mengadakan lomba membuat Penjor dan Gebogan. Lomba berlokasi di depan Lippo Mall Kuta, berlangsung pada hari Jumat sore (05/2/2016), diikuti oleh perwakilan dari Hotel dan Café, yang jumlahnya sekitar 20 hotel untuk lomba penjor, dan 18 hotel untuk lomba gebogan.

Lomba Gebogan | Tribun Bali
Lomba Gebogan | Tribun Bali
Ketua Panitia Lomba Penjor dan Lomba Gebogan, Nyoman Gede Suasta mengatakan tujuan lomba adalah untuk membuat Jalan Kartika Plaza, Kuta lebih terlihat bagus dilihat oleh turis yang sedang melewati jalan tersebut. Tujuan lainnya yaitu untuk menarik lebih banyak pelaku bisnis serta komunitas lokal untuk berpartisipasi sehingga dapat mempererat hubungan antar komunitas.

Ritual sembahyang pada Hari Raya Kuningan |Foto: Panduanwisata.id
Ritual sembahyang pada Hari Raya Kuningan |Foto: Panduanwisata.id
Penutup

Galungan adalah momen perayaan besar bagi umat Hindu di Bali. Galungan dirayakan oleh umat Hindu di Bali sebagai perayaan kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan).

Kemenangan yang dimaksud sebagai pemuliaan dharma (kebenaran) dimulai dari diri sendiri, maka individu kemudian mampu berpikir, berbuat, dan berkata kebenaran di dalam kehidupan.

Para tokoh Hindu Bali menekankan bahwa Galungan seharusnya dirayakan bukan dengan ritual hedonis dan kemeriahannya, naum yang terpenting juga adanya perenungan, yang lalu menjadi dharma (tindakan) yang bisa dimuliakan dan disucikan dalam sebuah kemenangan. Makna intinya, Galungan juga merepresentasikan mengenai dharma terhadap sesama manusia, alam lingkungan maupun terhadap Tuhan.

Selamat Hari Raya Galungan bagi umat Hindu Bali. Selamat Merayakan Kesuksesan dan Kemenangan Dharma.

"Rahajeng Nyanggra Rahina Jagad Galungan lan Kuningan, Dumogi Mapolihan Anugerah Ida Sang Hyang Pramakawi. Rahayu Sareng Sinamian."

Salam Bhinneka Tunggal Ika! | Indria Salim -- @IndriaSalim

Referensi

http://www.phdi.or.id | http://bali.bisnis.com/ | http://suluhbali.co/ | http://tribunnews.com | http://www.ultimoparadiso.com | http://travel.kompas.com | http://antaranews.com | Net.News TV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun