Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Inspirasi dan Pahlawanku Selalu

22 Desember 2015   00:51 Diperbarui: 22 Desember 2015   09:37 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lha saya yang sekolahnya lebih lama dari Ibu, punya banyak kegiatan yang lebih seru – belum pernah tuh saya merasa mampu memegang peran sebagai pengemuka sebuah inisiatif. Anaknya kalah banget deh sama ibunya hehehe. Psst, bagian yang ini harusnya saya sensor atau hapus ya?

Ibu orang yang tegas dan sangat berdisiplin, apalagi soal mandi. Ini saya ungkapkan karena melihat anak-anak zaman sekarang kok kalau soal mandi harus diingatkan berkali-kali dulu.  Mungkin apa ini yang namanya perbedaan generasi, ya?

Saya belajar memasak dari Ibu. Dari sayur asem, berbagai macam sambel, sampai rendang dan kue-kue tradisional – seperti kue apem; kue pisang; kue bawang; klethikan kuping gajah; atau juga beragam seni memasak singkong dan ubi.

Waktu saya masih SMA dan mahasiswa, Ibu suka menceritakan bintang film dan penyanyi favoritnya. Kalau bintang film Indonesia, Ibu suka Mieke Wijaya, Nani Wijaya, Chitra Dewi dengan film “Tiga Dara”-nya; Bambang Irawan; Raden Mukhtar; dan Nurnaningsih – itu seingat saya. Bintang film favorit Ibu antara lain Ricky Nelson; Grace Kelly; Kirk Douglas; Clark Gable; dan Audrey Hephurn. Penyanyi kesukaannya antara lain  Pat Boon; Frank Sinatra; dan ah .. lupa siapa itu penyanyi wanitanya.

Oh ya, sebagai seorang pensiunan Ibu tetap banyak yang menyambangi. Ada beberapa tetangga di rumah lama yang suka curcol; kangen-kangenan; atau konsultasi ke Ibu. Ada juga teman-teman gereja yang rata-rata lebih muda Ibu; mengundangnya untuk menjadi sesepuh acara-acara khusus: siraman pengantin; dan semacamnya.

Suatu ketika di pagi hari, Ibu mendapat kabar duka cita tentang meninggalnya mantan kolega guru yang juga sahabat terdekatnya. Kabar itu disampaikan oleh anak temannya Ibu, yang meminta tolong Ibu untuk mengabarkan lebih lanjut ke mantan teman sesama guru. Begitu menutup telpon, Ibu tercenung agak lama. Adik saya yang memerhatikan keanehan wajah Ibu lalu bertanya, “Ada apa, Buk?”
Iki lho, Ibu Siti (bukan nama sebenarnya) seda (Jw.: Ini, lho Ibu Siti meninggal). Anaknya memintaku agar mengabarkan ke teman-teman lain. Aku bingung, teman-teman lain sudah pada meninggal lebih dulu.”

Jleb! Kejadian ini tak pernah kami lupakan. Kami mendadak kelu, dan sejujurnya ada sedikit kelucuan yang terekspresikan di wajah Ibu, padahal kami sebenarnya sangat terharu.

Ibu, seperti Natal selama puluhan tahun ini, kami anak-anakmu akan pulang dan memadati rumah kecilmu. Kami rindu nasi soto dan sop ayam masakan Ibu. Ibu jangan masak banyak-banyak, kami tidak ingin Ibu kecapekan. Lagipula, kami yang tinggal di Solo juga ingin melepaskan kangen makan cabuk rambak; nasi liwet di Manahan; atau nangkring makan sega bandeng kucing di warung hik ( = semacam angkringan buka malam) Pak Kemin.

“Kamu mau kubelikan daster batik?”
“Wah matur nuwun, dalem remen sanget,” jawab saya. (Wah terima kasih, saya senang sekali)
Yen tak tukokake Abon Varia gelem?” (Kalau kubelikan Abon bikinan toko Varia mau?)

“Ibu nggak usah repot-repot. Ibu ingin hadiah Natal apa?” saya balik bertanya.

“Hidupku penuh bonus. Mungkin itu karena hidupku untuk menunaikan tugas yang dulu diamanatkan Almarhum Bapak kalian. Aku hanya ingin kumpul dengan anak-anak dan para cucu,” jawab Ibu terkekeh riang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun