Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dompetku Ketinggalan!

2 November 2015   20:58 Diperbarui: 3 November 2015   00:13 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya sangat berterima kasih, dan bersyukur. Kalau begitu, saya akan memotret mbak bertiga, menuliskan keberuntungan saya dan bagusnya pelayanan di resto SS," kataku.

"Doa tulus saya buat mbak semua, semoga pada semakin sukses sejahtera." Satu persatu kujabat tangan mereka erat-erat. .

"Kami mohon maaf tadi sempat membuka dompet ibu, untuk mencari alamat atau nomor telepon yang bisa dihubungi. Coba diperiksa lagi isinya apakah masih sama."

"Saya hanya mau cek KTP saya apa masih ada," kataku cepat. Aku segera menutup dompet begitu melihat KTP-nya ada di situ. Menghargai sikap mereka yang terpercaya, kurasa tidak perlu memeriksa isi lainnya. 

"Mbak, saya tadi hanya khawatir kalau sebelum mBak melihat dompet ini, ada pengunjung yang entah bagaimana menemukan dan berminat memilikinya."

Begitu meninggalkan tempat itu, aku jalan ke pangkalan ojek. Semula mau olah raga jalan kaki, nggak jadi deh -- jadi tukang ojeknya kebagian rejeki juga. 
Ini bukan pertama kalinya sifat pelupaku membuatku bertemu dengan orang-orang yang SANGAT jujur. Mereka itu dari kalangan berbeda-beda -- yang sederhana, yang berkecukupan, yang peduli dalam arti positif. Tentu aku juga beberapa kali bertemu dengan orang yang punya kesempatan berbuat baik, tapi malah memilih menipu, dan untungnya yang begitu jarang kualami.

[caption caption="Menanamkan budaya restoran: Senyum! |Foto: Indria Salim"]

[/caption]

 

*) Catatan kaki:
Kejujuran, keramahan, bisnis jasa makanan berfokus pada kepuasan pelanggan, ini yang penulis amati setiap berkunjung ke restoran Waroeng Sambal SS. Penulis sering terharu melihat antusiasme para karyawannya yang sigap dan tanggap melayani tamu. Penulis pernah kepagian ke restoran itu, berniat membeli lauk buat acara keluarga. Meskipun pintunya sudah dibuka, tetapi karena belum jamnya – maka yang penulis temui adalah sebuah briefing layaknya rapat di kantor. Dan setelah beberapa saat, pertemuan itu berakhir dengan sebuah “yel” dan acungan tangan tanda semangat atau afirmasi kebersamaan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin. Nah ini sih perkiraan penulis dari bahasa tubuh dan suara yel yang terdengar dari teras restoran.

 

Salam Kompasiana! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun