Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dompetku Ketinggalan!

2 November 2015   20:58 Diperbarui: 3 November 2015   00:13 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ketiga karyawan cantik, ramah, dan jujur ini bekerja di Waroeng Spesial Sambal "][/caption]

Dompetku tertinggal! --- Pengalaman bertemu dengan karyawan restoran yang etos kerjanya adalah kejujuran, keramahan, dan fokus pada pelanggan.

Kejadiannya hari ini, sekitar pukul 14:30 wib. Dompetku ketinggalan di Waroeng Spesial Sambal  “SS”.  Meninggalkan restoran, lalu aku jalan kaki 10 menitan menuju Indomaret untuk membeli kopi. Begtu mau bayar, baru sadar dompet "utama" tak ada di tas. Aku bayar kopi pakai dompet uang receh. Lalu aku berlari-lari kembali ke restoran SS sambil berdoa agar dompetku kembali.

Di otakku sudah kebayang gimana kalau sampai benar-benar hilang. Soalnya yang kuingat, aku terlalu sibuk dengan tas berisi belanjaan sembako, payung, dan telpon genggam lengkap dengan power bank-nya. Lucunya, aku malah sudah membereskan meja itu, piring dan mangkuk bekas makan malah sudah kutumpuk rapi.

Di depan mejaku ada dua orang pelanggan yang baru datang. Pas aku menunggu antrian di kasir, ada salah satunya yang sempat ngeliatin aku. Mungkin pas tatapan mata saja ya. Tapi aku jadi kepikiran kalau sampai pengunjung yang melihat, celaka deh. Bukan curiga atau berprasangka sama orang, tapi dibandingkan penemuan oleh karyawan restoran, probabilitas hilang lebih besar kalau yang menemukan atau melihat dompetku itu pengunjung.

Ngos-ngosan, aku tanya ke kasir. 

"Dompetnya warna apa, Bu?" tanya kasir.
"Hitam."

Kasir itu membuka laci, dan menyerahkan dompet hitam yang kucari. Dua karyawan lain menghampiri, dengan ramah bilang mereka mencoba mencari dan memanggilku tapi aku keburu tidak kelihatan di sekitar jalan terdekat. Namanya juga "flashwoman" begitu teman kantor dulu memanggilku.
[caption caption="Dompet yang nyaris hilang | Foto: dokpri"]

[/caption]

Puji Tuhan, dompetku kembali di tangan. Terberkatilah mereka yang jujur dan ikhlas: mBak Diavitri, mBak Fitri, dan kasirnya mBak Aini (mudah-mudahan nama mereka benar karena hanya baca dari name tag tanpa mencatatnya).

Aku langsung lega dan bersyukur tak bisa kuungkapkan dengan kata. Spontan aku ambil lembaran dari dompet itu, dan kuangsurkan ke salah satu dari ketiganya. "Ini ucapan syukur saja, dan saya akan menyampaikan ke boss mbak soal hebatnya sikap dan pelayanan karyawan di restoran ini," kataku meyakinkan agar mereka mau menerimanya.

Mereka menolak dan masih tersenyum tanpa ekspresi lain-lain, ringan saja. Lalu aku menyusuli, "Saya ingin berterima kasih, saya tambahin buat semua yang bertugas, buat beli bakso saja."
Intinya mereka menutup pintu menerima uang dariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun