Saya suka makanan tertentu. Saya suka kue-kue tertentu. Saya suka ngemil juga. Apalagi kalau penyajiannya menarik dan menggiurkan. Saya akan tergoda untuk mencicipi rasanya, dan bahkan menikmatinya sebanyak dan sesering yang saya inginkan.
Itu kalau seandainya saya bisa. Tentu saya bisa menghabiskan seporsi besar makanan kesukaan saya, setoples cemilan pengusir kantuk di saat kerja lembur, atau sekotak bolu pisang "penghibur diri" saat bosan menerpa.
Kadang saya bisa menghabiskan sepiring tempe atau tahu goreng hanya dengan satu alasan: saya ingin makan cabe yang pedas dan menggugah selera.
Untungnya "sebagian diri saya' sering mengingatkan diri sendiri, dengan kelembutan sebuah bisikan, "Ingatlah betapa susahnya berjalan dengan perut yang berat karena timbunan lemak. Ingatlah nasihat ahli kesehatan dan gizi, makan yang di luar takaran porsi yang ideal akan membuat tubuhmu menderita. Kesehatan lebih baik dijaga, alih-alih mengundang penyakit. Biaya ke dokter, atau biaya berobat sangatlah mahal."
Begitulah saya setiap kali mulai akan kalap. Kalap itu bisa bermacam-macam penyebabnya. Ah, kalap bikin engap dan megap-megap.
[caption id="attachment_326848" align="aligncenter" width="448" caption="Cireng dan Risol Gurih Rasanya (foto: pribadi)"][/caption]
Baiklah, saya tunjukkan contoh makanan sederhana yang bisa bikin saya kalap. Cireng, risoles, nasi dengan lauk pauk lele goreng, tahu goreng, lalaban sayur segar: kol. selada, mentimun, dan kacang panjang, lengkap dengan sambal terasi goreng atau sambal-sambal lainnya.
[caption id="attachment_326851" align="aligncenter" width="448" caption="Nasi, Lele dan Tahu Goreng, Lalaban (foto: pribadi)"]
Bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H