On the Internet, Nobody Knows You’re a Dog (Peter Steiner)
Pukul 15.00-17.30 wib, di Ruang Meet Up Kompasiana Lantai 6, Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Barat. Kompasianer dan Nara Sumber merangkap tuan rumah, nangkring ngobrolin Kompasiana.
Saya datang terlambat sekitar satu jam. Menurut seorang teman sebelah, acara nangkring dimulai tepat waktu. Selintas saya tidak melihat beberapa nama yang semula terdaftar, artinya sebagian yang terdaftar tidak hadir. Lantas, apakah sudah mewakili keberagaman Kompasianer? Mudah-mudahan. Berikut saya sampaikan catatan saya tentang obrolan yang saya ikuti.
Obrolan berlangsung mengalir, santai, serius, resiprokal, dan sesekali ada gelak tawa. Saya pribadi merasa seperti sedang bertamu, dengan jamuan yang cukup sederhana namun nikmat terasa: gorengan (pisang, tahu, tempe, bakwan), keripik singkong rasa keju, sejenis kue bawang, dan cemilan lainnya. Suasana penuh keakraban dan keterbukaan sangat terasa.
[caption id="attachment_330709" align="aligncenter" width="500" caption="Nangkring Ngobrolin Kompasiana (foto: Indria Salim)"][/caption]
Berikut yang bisa saya catat sepanjang kehadiran saya di sana.
EquaLaws Consultant a.k.a Ece, Kompasianer sejak setahun lalu. Â Ia (bersama rekan sesama profesi) ingin berbagi kepada pembaca, tentang masalah dan isu di bidang hukum. Ia memilih untuk tidak memverifikasikan diri karena alasan dan pengalaman tertentu sebelumnya. Psst, alasan lain karena (para) Konsultan Hukum itu takut jadi terkenal.
Usulan yang diajukannya untuk Kompasiana:
Penghapusan artikel: Saat Admin akan menghapus postingan, penulis sebaiknya diberi tahu dulu agar nyaman.
Admin Kompasiana perlu lebih tanggap dalam menindak lanjuti pelaporan tentang adanya akun yang provokatif, menulis artikel atau komentar yang bernada penghinaan.
Admin sebaiknya melakukan standardisasi dan pengaturan yang konsisten tentang pemasangan foto profil akun. Dalam pengamatan Ece, ada foto profil yang dihapus dengan alasan itu adalah foto lembaga (akun Ece sebelum sekarang), yang dianggap sebagai akun beriklan. Namun di pihak lain masih ada akun lembaga yang tidak dihapus.
Headline: Pengubahan judul dari artikel aslinya oleh Admin hendaknya diberitahukan pada penulisnya. Dalam pengamatan Ece, judul versi Admin kadang tidak sesuai seperti yang dimaksud oleh penulisnya, dan yang lebih serius adalah jika judul baru versi Admin berpotensi menyinggung isu sensitif yang dihindari atau tidak dimaksudkan oleh penulisnya, dkl tidak sesuai dengan perspektif penulisnya. Dalam hal ini, Admin sebaiknya adil dalam menyediakan ruang komunikasi dengan penulis, terlepas dari populer tidaknya seorang penulis itu.
Ikhwal tampilan halaman: Pengakses Kompasiana via tablet (berdasarkan pengalaman Ece) tidak memungkinkan pembaca member komentar. Ia membandingkannya dengan tampilan lengkap FB, atau Twitter.
Demi keadilan buat akun yang tidak terverifikasi, diusulkan kepada Admin agar mempertimbangkan pemberian hak pelaporan juga. Bagaimana pun, penulis dengan akun tidak terverifikasi bukan selalu berarti penulis buruk.
Ngesti Setyo Murni, Kompasianer sejak setahun lalu.
Topik yang dikemukannya tentang: Hit yang "aneh". Ketika postingan terinterupsi dengan kegiatan melengkapi foto, ternyata pembaca sudah bisa mengomentari postingannya.
Penayangan artikel di timeline yang terkesan acak dan tidak merata. Menurut kesannya, ada satu judul dari seorang Kompasianer yang tampak pada saat yang sama, terlihat di mana-mana, sementara tulisan Ngesti cepat sekali menghilang. Walau begitu, saat ia check ke Google, memang terpantau kalau artikelnya banyak yg membaca dan mengambil (soal lingkungan hidup).
Iskandarjet mengakui bahwa berulangnya tayangan tulisan yang sama, disebabkan karena permasalahan engine, atau juga timing postingan tengah malam, yang perlu dihapus-hapus dengan cepat.
Tentang pengaturan teaser, Admin menyatakan kalau akhir-akhir ini cukup galak. Dalam hal melakukan pengubahan judul atas tulisan Kompasianer, Admin tidak sealu mengikuti penulis. Tujuannya, agar tulisan yang terpilih sebagai HL lebih pas dengan isinya, sehingga menarik minat lebih banyak pembaca. Contoh: Kompasianer ingin mempromosikan tentang Bali yg eksotis. Namun judulnya terlalu umum, "Jalan jalan di Bali".
Dalam hal ini, Admin mempertimbangkan prinsip pencantuman judul yang "moderat" sifatnya, artinya ideal baik dari perspektif penulis, pembaca dan Admin Kompasiana. Usulan dan "keluhan" EquaLaws Consultant dipertimbangkan demi perbaikan Kompasiana di masa mendatang.
Soal Akun terkait dengan isu duplikasi/ kloningan. Akun terverifikasi dimaksudkan agar Admin mengetahui identitas pemilik akun, meskipun nama yang terpajang dibolehkan berupa nama samaran.
Akun yang mewakili lembaga/ komunitas:
Admin mengakui bahwa tahun kemarin, akun yang nama lembaga dibolehkan, asal foto dan bio datanya tidak mengesankan ajakan yang bersifat "jualan". Namun begitu, Admin akan meninjau ulang pengaturan hal ini.
Pengelolaan pesan kepada Admin melalui inboks. Saat ini ada sekitar tiga ribu akun yang mengajukan verifikasi, namun belum sepenuhnya tertangani karena keterbatasan sumber Usaha yang dilakukan adalah merekrut staff khusus (Reza, bergabung baru sebulan ini), yang menghandel urusan non-konten dan administratif. Â Dalam satu hari, Reza membuka 100 akun untuk diproses verifikasinya. Admin akan berupaya agar dapat melakukan proses ini dengan lebih cepat.
Pelaporan:
Penyebabnya antara lain adalah engine yang belum sempurna, blm ada sistem yang bisa membedakan antara akun non-verified dan yang sudah. Admin sedang mengusulkan penambahan lima personel untuk menghandel ini, namun ini perlu proses. Meskipun penannganan secara konvensional dimungkinkan, Admin memadang hal ini sebagai opsi terakhir yang bisa dilakukan. Hanya kalau terpaksa, cara primitif ini akan ditempuh (membuka inbox satu persatu secara manual sesuai pelaporan individu. Yang dibuka akan mulai dari yg terlama dulu.)
Soal penghapusan tulisan (fiksi) yang bersambung yang dikeluhkan seorang teman Kompasianer yang hobi membacanya. Cerber ini terlapor dan terbukti tidak sesuai dengan ketentuan (materi terjemahan).
Dalam hal penghapusan artikel: Kadang ada artikel yg dihapus sesuai desakan pelapor, namun ada yg tetap dipertahankan karena pertimbangan tertentu dari perspektif Admin.
Ikhwal artikel seksologi, terkait keluhan Kompasianer seperti yang disampaikan melalui salah seorang rekan yang hadir saat itu. Â Asalkan terkait kesehatan reproduksi, maka Admin tidak bisa melarang postingannya di rubrik. Standar seksologi cukup sulit penetapannya. Maka akan ditinjau tentang masalah pelaporan, soal "standar" -- Â hal yg sulit dibakukan. Namun, jika artikel tersebut bermuatan pornografi (seksologi plus) dan cenderung vulgar, maka Admin tidak akan memuatnya, apalagi memasukkannya dalam kategori TA atau pun HL.Pada kesempatan lain saat penulis dan beberapa kawan menunggu hujan sambil ngopi di Kafe dalam gedung KG ini, Iskandarjet sempat menambahkan pernyataan bahwa sebenarnya, Kompasiana itu tidak dimaksudkan untuk dibaca oleh anak-anak.
Pemilihan artikel HL. Pertimbangan Admin, apa yang baik dan berguna untuk dibaca oleh banyak orang, walau hal ini kadang terlepas dari "kualitas penulisannya". Contoh kasus, ada satu kompasianer yang tulisannya belum pernah sekali pun di HL, pengunjungnya sedikit, dan kebetulan isi tulisannya dianggap unik. Maka Admin memberi status HL untuk artikel tersebut, agar penulis termotivasi.
Forum Kompas:
Seorang Kompasianer mengusulkan adanya universitas (semacam pusdiklat) - yang serupa dengan corporate university. Kalau ada Kompasiana University, mahasiwanya adalah Kompasianer, dengan tujuan agar Kompasianer bisa belajar menulis bagus.
Admin menampung saran ini. Admin meyakini bahwa ke depannya, Kompasiana bisa melakukan pemberdayaan yang lebih terfokus. Misalnya, ada program bisa mendapatkan klien, bagaimana menarik minat pihak donatur dan lain sebagainya. Ada keinginan agar selain berfungsi sebagai website jurnalisme warga (CJ), Kompasiana bisa berperan lebih dalam networking yg menyatukan semangat jurnalisme warga, sesuai dengan kelompok bidang minat masing-masing. Misalnya: CJ lawyer, CJ Lingkungan Hidup. Kalau ini tercipta, maka di Kompasiana akan banyak sekali tempat yang disebut sinyal-sinyal CJ. Hal ini akan membantu Admin untuk menangannya secara terfokus dan spesifik.
Indriasalim menanyakan dan mengusulkan adanya mekanisme dan measurement dalam mengatur pencekalan akun yang hanya merusuh dengan komentar dan postingan provokatif, menghasut, menghujat, dan juga bersifat penipuan. Akhir-akhir ini bahkan ada akun tanpa postingan artikel, namun giat mengirim pesan penipuan bermodus memberi hadiah bagi pemenang lomba yang diadakan oleh Kompasiana. Usulan ini ditekankan untuk memberikan pelajaran dan sanksi demi pencegahan akan menjamurnya tren pesan bersifat penipuan atau pun scamming.
Admin mengungkapkan bahwa spamming dilakukan oleh akun berbeda. Ada juga yang tampak memakai nama samara yang sama, namun sebenarnya itu berasal dari akun yang berbeda. Admin melihat bahwa ancaman baru benar-benar berbahaya bila akunnya sama terus, karena kemungkinannya hal itu berpotensi mampu menjebol website. Admin akan meninjau dan mengecek kembali, dan mengkinikan pengumuman tentang akun gelap ini, khususnya untuk mencegah kriminalitas di Kompasiana.
Asep Wijaya menanyakan soal penghapusan foto, yang menurutnyabelum diatur secara konsisten oleh Admin.Masih terpantau ada ambivalensi Admin dalam hal foto dengan atau tanpa pencantuman nama sumber. Usulan Asep Wijaya: agar ada standardisasi dan konsistensi, serta etika komunikasi yang sebaiknya dilakukan oleh Admin sebelum penghapusan foto dilakukan.
Admin menyatakan bahwa memang pihaknya sedang mencari cara yang pas dalam pelaksanaan pengaturan hal ini. Kompasianer perlu tahu bahwa Admin pernah menerima keluhan pemilik foto yang dipakai seorang Kompasianer tanpa mencantumkan kredit foto sebagai sumbernya. Upaya yang akan diintensifkan Admin, yaitu menambah fitur "pop up" untuk mengingatkan penulis tentang pencantuman sumber foto yang diunggahnya. Komunikasi dengan penulis artikel akan diupayakan penyempurnaannya oleh Admin. Meski begitu, tanggapan one-to-one belum memungkinkan karena kendala rasio antara jumlah postingan yang ratusan per harinya, dengan jumlah personel Admin. Perbaikan komunikasi juga akan dilakukan dalam kaitannya dengan penghapusan artikel yang dianggap sebagai hasil kopas atau plagiarism.
Asep Wijaya menanyakan tentang tidak adanya Tajuk Rencana di Kompasiana. Â Lalu juga tentang Trending Article (TA) yang akhir-akhir ini terkesan ada yg terpajang lebih lama dari yang seharusnya. Admin akan mempersempit batasan waktu artikel yang di-TA-kan, alih-alih artikel yang lebih dari setahun usianya, akan dipilih yang masih dalam hitungan bulan, dan bila perlu yang terkini.
Soal Tajuk Rencana, Admin menyatakan kalau sebenarnya berperan sebagai wasit sekaligus pemain. Sebagai blogger aktif, Admin tetap menulis. Namun, bagi anggota jajaran Admin, Iskandarjet memastikan bahwa Admin tidak akan berperan ganda "mengganggu wasit".
Iskandarjet mempertimbangkan usulan pengadaan kanal mahasiswa. Namun rubrik khusus Kampus memang belum bisa digarap, karena ini butuh usaha yang diluar jangkauan Admin saat ini.
Lain-lain dari Admin
Kompasiana sedang menggodok rencana Pelatihan CJ. Konsepnya pelatihan ini berdurasi satu bulan. Di sini akan ada assignment untuk dipraktikkan oleh peserta. Usulan tentang Calon Kompasiana: berdasarkan seleksi dari sisi akun. Ada proses analisa konten untuk Kompasianer baru.
Saat ini, Kanal Muda belum ada personel Admin yang khusus menanganinya. Artikel yang masuk dalam rubrik Muda diharapkan sebagai tulisan yang membicarakan kebutuhan anak muda dan ditulis oleh anak muda. Kategori ini adalah mereka yang berusia di bawah 30-an atau belum menikah.
Rencana ke depan, kategori rubrik akan dibagi menjadi dua besaran, yaitu politik (termasuk humaniora & artikel lebih serius lainnya), dan artikel  yang bernuansa lifestyle (muda, travel).
Untuk ini, diakui bahwa idealnya Kompasiana memiliki editor yang berperan sebagai content analist.
Kompasiana di SosMed: Akun Twitter Kompasiana yang resmi adalah @kompasiana, bukan  @DailyKompasiana. Kebijakan terkini Kompasiana, semua postingan yang menjadi HL dan Highlight akan masuk di twitter.
Tentang lomba online: penilaian juri berdasarkan keunggulan peserta dalam hal uraian, penyajian data, dan kriteria lain yang dianggap perlu. Seleksi dilakukan bertahap: naskah dibagikan ke jajaran Admin. Lalu ada seleksi shortlist: dilakukan berdasarkan kualitas, kedalaman tulisan, kesesuaian dengan tema, dan penyampaian. Di luar itu tentu ada intervensi klien. Jadi secara keseluruhan, pemilihan pemenang dilakukan dalam tiga proses tahapan.
[caption id="attachment_330710" align="aligncenter" width="675" caption="Sesudah Nangkring di studio (foto: Indria Salim)"]
Penutup
Catatan ini saya akhiri dengan penyampaian nama personel Admin, seperti yang disebutkan oleh Iskandarjet (Penanggung jawab), Nurulloh, Shulhan, Nurlela, Kevin, Rio. Nurhasanah, Raja, Reza, dan ada beberapa lagi, karena jumlah personel sekitar dua belas orang. Setiap Senin Admin berkumpul membicarakan konten.
Sebelum Acara #Nangkring "Ngobrolin Kompasiana" usai,Shulhan membagikan hadiah buku karya Kang Pepih Nugraha buat empat orang penanya terseru. Yang beruntung mendapat buku antara lain adalah Mas Ece a.k.a EquaLaws Consultant, Pak Ben Baharuddin Nur, dan Mas Asep Wijaya.
Kepada para Kompasianer yang hadir, Admin mengucapkan terima kasih atas saran dan masukan semuanya, yang akan ditindak lanjuti untuk perbaikan Kompasiana di masa mendatang.
Sekian, "Salam Kompasiana".
@IndriaSalim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H