Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menuju Ekonomi Hijau: We Cannot Do It Alone

11 Mei 2014   07:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:38 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_335773" align="aligncenter" width="512" caption="Suasana sesi pleno Pertemuan Puncak Hutan Asia 2014, 5 Mei 2014, Jakarta (Foto: Indria Salim)"][/caption]

KTT Hutan Asia (Forests Asia Summit 2014), di Hotel Shangri-La, Jakarta, 5-6 Mei 2014, dibuka oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam pidatonya, Presiden SBY menegaskan bahwa Indonesia mereformasi pengelolaan kehutanan hingga tingkat berkelanjutan yang lebih tinggi, dan ini termasuk usaha penanaman pohon. Presiden SBY menetapkan moratorium konsesi hutan dan lahan gambut. Untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap isu lingkungan dan masalah deforestasidi kawasan, SBY meminta Presiden RI mendatang untuk melanjutkan moratorium, yang akan berakhir tahun depan.

Setelah pembukaan, KTT ini dilanjutkan dengan diskusi panel tingkat Menteri, dengan topik "Pertumbuhan Hijau di Kawasan Asia Tenggara". Setelah itu, digelar beberapa forum diskusi yang berlangsung bersamaan, dengan topik-topik antara lain: Perubahan Iklim - Membangun modal alam: Bagaimana REDD +dapat mendukung ekonomi hijau (moderator dari UNEP), Makanan dan Keanekaragaman Hayati: Menunjang kehidupan hutan untuk keamanan makanan, adaptasi dan mitigasi (moderator: International Network for Bamboo and Rattan), dll.

Keesokan harinya (6/5), keputusan Presiden SBY untuk memperpanjang moratorium HPH baru dan membangun lembaga nasional untuk mengawasi pelaksanaan REDD +, dan pengurangan emisi karbon di Indonesia. serta kerangka kebijakan internasional terkait lainnya ini, digaris bawahi oleh Direktur Jenderal CIFOR, Peter Holmgren dalam rangkumannya tentang hasil konferensi hari pertama KTT.


Pada sambutan selamat datang hari ke-dua ini, Peter Holmgren mengumumkan peluncuran T20Q (Top Twenty Questions) yang diadakan olehCIFOR dan para mitranya.  T20Q adalah proyek yang merupakan prakarsa berdasarkan temuan (kasus) kehutanan yang lebih luas, untuk merumuskan dua puluh pertanyaan penting yang akan digunakan dalam penelitian tentang kehutanan dan lanskap. Proyek yang terdiri atas empat tahapan ini (engaging, questioning, re-enganging & sharing) diadakan selama bulan Mei 2014 sampai Oktober 2014.

[caption id="attachment_335774" align="aligncenter" width="579" caption="Tahapan dalam proyek T20Q yang diprakarsai oleh CIFOR dan para mitra (Foto: Indria Salim) -- Data: Website CIFOR"]

1399742478203642970
1399742478203642970
[/caption]

Sebagai bagian dari pidato sambutan hari kedua, Peter Holmgren, dalam rangkuman catatan konferensi dua hari itu, mencatat bahwa keterlibatan komunitas keuangan menjadi kunci pencapaian usaha terkait pelestarian hutan dan lingkungan. Dikatakannya bahwa kabut asap antar wilayah yang terjadi sebelum konferensi ini, telah menjadi masukan bagi semua yang hadir untuk membahas topik-topik  terkait, termasuk kerusakan ekosistem, sistem sumber makanan, dan kesehatan.

Acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang membahas tentang komitmen untuk mengadakan penelitian, investasi, dan dialog para pemangku kepentingan.

Pertemuan Puncak Hutan Asia 2014 menghasilkan sejumlah komitmen oleh pimpinan perusahaan industri dan pemerintahan negara-negara peserta, untuk mempromosikan pendekatan lanskap di bidang pendidikan, riset dan manajemen kehutanan.


Diskusi panel tentang komitmen ini dimoderatori oleh DirJen CIFOR Peter Holmgren, yang menghadirkan Shinta Kamdani (KADIN), Rodrigo Chaves (World Bank), Stig Traavik (Dubes Norwegia untuk Indonesia), Bustar Maitar (Greenpeace International), Heru Prasetyo (Pimpinan REDD+ Indonesia), dan Sarah Dickson-Hoyle (International Forestry Students Association).

Saat acara penutupan KTT, Peter Holmgren menyampaikan ucapan terima kasih kepada para sponsor dan mitra CIFOR dalam penyelenggaraan Forest Asia Summit. Dalam hal ini, tuan rumah KTT, Peter Holmgren juga mengucapkan terima kasih kepada Kompas.com sebagai salah satu mitra media.

[caption id="attachment_335778" align="aligncenter" width="448" caption="Kompas, mitra media dalam KTT Hutan Asia, 5-6 Mei 2014, Jakarta (Foto: Indria Salim)"]

13997437551564922887
13997437551564922887
[/caption]


Agus Purnomo menyampaikan pidato penutupan yang membuat hadirin termenung, dan suasana seketika sendu dan senyap. Sampai-sampai DirJen CIFOR, Peter Holmgren mengingatkan semuanya bahwa acara sudah usai. Ledakan ringan tawa hadirin terdengar begitu mereka menyadari sempat terbawa keharuan oleh pidato penutupan yang "kontemplatif" oleh Agus Purnomo. Agus mengingatkan hadirin bahwa dalam kehidupan ini semua ini akan berubah, dan contoh terkini adalah Indonesia yang akan menghadapi kepemimpinan baru.

Pidato Agus Purnomo seperti sebuah refleksi yang melibatkan dirinya sendiri, bangsa Indonesia, maupun semua yang hadir saat itu untuk bersama-sama berkontribusi sesuai keahlian dan pengetahuan masing-masing, mewujudkan negara Indonesia, negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan di belahan dunia lainnya tercapainya pertumbuhan hijau.

Agus Purnomo, menyampaikan kepada peserta pertemuan, bahwa dalam beberapa bulan ke depan, pemilihan Presiden RI akan berlangsung, sehingga diantipasi adanya perubahan pemerintahan termasuk kemungkinan perubahan posisinya yang sekarang. Karenanya, Agus Purnomo mendorong peserta konferensi untuk memberi saran kepada pemerintahan yang baru kelak, terkait dengan kebijakan lanskap yang berkelanjutan. Lebih lanjut, Agus Purnomo menyambut aspirasi dari "DNA baru" Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya dalam cita-cita mereka menuju tercapainya pertumbuhan hijau.

Dalam satu ungkapan inti, Kepala Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim RI (NCCC) ini menyatakan bahwa kita tidak bisa melakukan apa pun sendirian - No One Can do it alone.

Hal ini sejalan dengan pernyataan dan ungkapan yang dilontarkan oleh beberapa pembicara pada forum diskusi yang diadakan sebelumnya, seperti misalnya oleh Parmaningsih Hadinegoro ( Danone Aqua). Parmaningsih dalam forum diskusi tentang  "Perubahan Komunitas, Lanskap Berkelanjutan, dan Kesetaraan Pembangunan" menyatakan bahwa pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)adalah tanggung jawab bersama oleh pemerintah, masyarakat, dan pelaku sektor swasta.

Oleh pembicara lain dalam diskusi panel yang berbeda, dinyatakan bahwa dalam  persoalan krisis hutan global, dibutuhkan kerja sama serta kebijakan yang tegas dan efektif dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan warga setempat. Ini belum lagi termasuk lembaga donor.

[caption id="attachment_335777" align="aligncenter" width="420" caption="Salah satu panel pameran di KTT Hutan Asia, 5-6 Mei 2014, Jakarta (Foto: Indria Salim)"]

1399743574798838060
1399743574798838060
[/caption]


KTT Hutan Asia 2014 di Jakarta, diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kehutanan Internasional  (CIFOR), yang bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan RI, dan didukung oleh berbagai mitra pendanaan, antara lain: Australian Aid, USAID, European Commission, UKaid, CGIAR, Norad, & German Cooperation.

Selain Presiden RI - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hadir juga dalam Pertemuan Puncak ini, adalah jajaran Menteri dari Negara Anggota Asia Tenggara,  para pimpinan LSM (Bank Dunia, ADB), CEO dari sekitar 25 perusahaan swasta (Golden Agri Resources, APP, Nestle, Cargill, Asia Pulp & Paper), pimpinan masyarakat adat & madani, pakar pembangunan dan para peneliti dari dalam dan luar negeri.

Pertemuan ini membahas pengelolaan lanskap hutan yang berkelanjutan bagi pertumbuhan hijau di Asia Tenggara.Tujuannya, adalah untuk berbagi pengetahuan tentang bagaimana akselerasi kawasan terhadap pergerakan menuju ekonomi hijau dengan mengelola hutan dan bentang alam secara lebih baik.

Sebagai warga Kompasiana yang beruntung mendapat undangandariCIFOR, saya mendapat kesan bahwa  pertemuan puncak berskala internasional ini sukses dan lancar, setidaknya tampak dari antusiasme sekitar 1500-an peserta yang dengan serius dan aktif, mengikuti jalannya sesi-sesi yang diadakan, baik dalam diskusi panel di sesi pleno, maupun dalam beberapa forum diskusi yang diadakan secara bersamaan.

Demikian, semoga cita-cita tercapainya Ekonomi Hijau*) akan terwujud dengan kerja sama semua pihak dan dari seluruh warga dunia.

*) Ekonomi Hijau: Ekonomi yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan mengurangi kesenjangan, tetapi tidak membuat generasi mendatang mengalami banyak risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis ... Ekonomi Hijau merupakan komponen yang memungkinkan pencapaian keseluruhan tujuan pembangunan berkelanjutan. (UNCTAD, 2011)

Salam Kompasiana!  -- @IndriaSalim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun