Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

[Resensi Buku] 25 Kompasianer Merawat Indonesia -- Gagasan Berharga Wanita Peduli Bangsa

26 Mei 2014   13:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya khususnya terkesan dengan tulisan yang menyarankan perlunya orang tua (baca: Ibu) untuk mengikuti perkembangan pendidikan anak-anak di era digital dan internet (hal. 106 dan 119). Suka atau tidak, siap atau tidak, dampak era internet terkait pendidikan dan perkembangan jiwa anak perlu dicermati, diantisipasi dan dihadapi serta dihandel dengan bijaksana dan cerdas, dan penerapannya dimulai sejak dari lingkungan keluarga.

"Ada orang tua yang tidak bisa internet ternyata justru bangga apabila anaknya meminta uang untuk bermain game online di warnet. Orang tua yang tidak paham dampak dari bahaya internet pada anak ini justru bangga saat ditanya anaknya ada di mana." (Puri Areta)


Pengamatan Puri Areta ini tentu tidak mengada-ada. Meskipun begitu, ditulis juga bahwa "Sesungguhnya, pemakaian internet secara bijak akan mendatangkan lebih banyak manfaat positifnya daripada negatifnya."

Hal ini sejalan dengan yang ditulis oleh Rokhmah Nurhayati S, "Sekarang setelah saya memperoleh begitu banyak manfaat dari penggunaan internet, apakah saya mau menafikan manfaat yang telah diperolehnya (baca: oleh anak saya)? Rasanya tidak akan mungkin saya lakukan. Malah saya akan membuka peluang seluas-luasnya buat anak saya agar Amri bisa menggali manfaat yang lebih banyak lagi dengan keberadaan internet ini."


Satu-satunya tulisan yang menyentuh kebutuhan anak-anak yang tidak dilahirkan sesempurna anak-anak pada umumnya, bisa dibaca dalam tulisan di halaman 141, yaitu tentang anak-anak yang kemandiriannya hanya bisa diupayakan khususnya melalui Sekolah Luar Biasa (SLB). Ini jelas membesarkan hati para orang tua yang memiliki anak-anak berkebutuhan khusus.

Theeadomo menulis, "Kami meyakinkan pada Nenek Sinta dan Santi, bahwa Sinta dan Santi akan tumbuh dan berkembang bersama dengan kami serta dapat mencukupi kehidupannya sesuai dengan kemampuannya, karena kami senaniasa mempersiapkan peserta didik kami untuk mampu berjuang di dunia luar."


Sebenarnya banyak hal menyentuh terungkap dari beberapa judul tulisan di buku ini, namun karena keterbatasan ruang, saya akan menampilkan dua contoh saja diantaranya, yang ada di hal. 133:

"Sebagai seorang wanita, saya bersyukur, sudah dapat menunaikan tugas saya sebagai seorang ibu. Tidak hanya mengajar mereka dengan ilmu, tetapi mendidik mereka agar menjadi orang berguna untuk sesama. Tidak mudah memang, karena saya harus tegar menolak ajakan teman-teman untuk aktif di berbagai organisasi. Tetapi bagi saya, tugas saya sebagai wanita adalah menjadi isteri dan ibu rumah tangga yang baik --- yang adalah di atas segala-galanya." (Roselina Tjiptadinata).


Melihat bagaimana seorang Ibu mendedikasikan hidupnya seperti kutipan di atas, tentu peristiwa monumental dan pengalaman mendalam yang dihayati oleh Kompasianer Aridha Prassetya yang terlukiskan dalam paragraph ini akan terasa mak jleb dan relevan sekali:

"Kuingat prosesi kejadian bunda yang begitu kukasihi. Aku ingat betul kejadiannya. Semalaman aku memeluk, 'ngeloni' seonggok tubuh yang sedang terbujur dalam dingin sakhratul maut."


Sebenarnya saya sudah membuat ringkasan dari setiap tulisan di buku ini. Mempertimbangkan kalau ringkasan itu saya bagikan di sini, bisa jadi ekspektasi kejutan tentang antologi ini akan berkurang. Maka, saya ingin merekomendasikan buku bersampul putih nan cantik ini, sebagai bacaan ringan, menarik, dan sekaligus inspiratif.

Tak lupa saya sampaikan apresiasi dan ucapan selamat kepada Editor maupun ke25 penulis buku ini.

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Sampul buku nan cantik (foto: Thamrin Sonata)"]

Sampul buku nan cantik (foto: Thamrin Sonata)
Sampul buku nan cantik (foto: Thamrin Sonata)
[/caption]

[Resensi Buku]

Judul: 25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia - Sebuah Anthologi

Penulis: 25 Kompasianer (seperti disebutkan pada uraian di atas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun