Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngabuburit, Yuuk!

29 Juni 2014   23:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:15 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14040351342094354529

Ngabuburit, siapa yang belum tahu arti persisnya? Ngabuburit, menurut teman saya yang kebetulan dari suku Sunda, artinya adalah menunggu saat berbuka puasa sambil melakukan suatu kegiatan --- misalnya menyulam, ngerjakan sesuatu atau bermain-main, berjalan-jalan sekadar melupakan perut lapar sampai magrib. Kesan saya, ngabuburit itu sebenarnya melakukan kegiatan ringan sebagai perintang waktu sementara menunggu waktu maghrib tiba. Ngabuburit asalnya dari kata "burit" yang artinya sore/ senja.

Pernah bekerja di beberapa kantor berbeda, yang kebetulan kantor organisasi internasional, saya mengalami keunikan jadwal kerja kantor yang berlaku khusus selama bulan puasa. Pada bulan itu, semua kantor tempat saya bekerja itu menerapkan jadwal kerja khusus bagi karyawan Muslim, yaitu  jam pulang diajukan satu jam lebih awal. Adapun jam masuk dan jam istirahat, tidak ada perubahan sama sekali. Jam kerja pukul 09.00 wib - 17.00 wib berubah menjadi pukul 09.00 wib - 16.00 wib, dengan jam istirahat pukul 12.00 wib - 13.00 wib.

Pengaturan jam pulang yang lebih cepat ini, bertujuan untuk memberi kesempatan karyawan Muslim bisa menyiapkan keperluan berbuka pada saat Maghrib. Apalagi bagi karyawan yang rumahnya jauh dari kantor, hal ini sangat berarti, khususnya Ibu-ibu yang harus menyiapkan buka puasa untuk keluarga. Ada yang memanfaatkan waktu istirahat untuk pergi berbelanja ke supermarket terdekat. Ada lagi yang sekadar membaca di Mushola kantor, namun tidak sedikit yang mengungsi tidur. Maklumlah, jam tidur kan berkurang dan kalau yang tidak terbiasa tidur kurang dari yang seharusnya, mereka bisa tersiksa karena migren akibat menahan kantuk.

Karena saya Kristen, maka jam kerja tetap seperti biasa, meskipun kadang saya "bandel" dengan mengikuti jam pulang teman-teman Muslim. Tidak ada yang memrotes saya, karena sebagian besar teman tahu kalau saya suka ikut puasa 30 hari penuh, dan disiplin. Namun karena pada dasarnya puasa bukan kewajiban bagi saya, kadang ada rasa bersalah bila keseringan pulang lebih cepat. Yang mengherankan, saya tidak pernah merasa sangat lapar meskipun saya bekerja sepenuh waktu, dan kadang malah kebablasan melebihi jam kerja yang 8 jam itu. Mungkin itulah keajaiban berpuasa, ya. Sering juga teman-teman Muslim bekerja seperti biasa, dan lembur juga meski puasa. Ini karena tumpukan kerja di meja mereka bejibun. Ujung-ujungnya, bagaimana situasinya sajalah.

Teman-teman yang jomblo, dan beberapa Ibu-ibu kadang malah memanfaatkan jam pulang awal ini untuk kegiatan ngabuburit bersama. Tempat tinggal yang jauh dari kantor, dengan rute jalan yang lebih macet dari hari-hari biasa, menjadi alasan sebagian jomblowan dan jomblowati serta yang sudah Ibu-ibu, untuk mengadakan buka bersama di restoran atau tempat makan terdekat. Daripada terjebak macet di jalan? Ada yang ke restoran di Mall, sehingga sebelum dekat waktunya maghrib, mereka bisa belanja kecil-kecilan, atau melihat-lihat buku dan sebagainya. Kadang saya ikut bergabung dengan mereka, meski seringnya saya dan beberapa teman non-Muslim "jaga gawang" menemani para bos yang sebagian orang ekspatriat non-Muslim juga.

Dulu kala, saat saya masih menjadi anak kost karena ingin tinggal di dekat kantor, saya suka diam-diam ngabuburit di pasar tradisional Mayestik yang membuat banyak orang kalap belanja. Di sana makanannya enak-enak. Ada bakmi Boy, ada makanan di gerobak-gerobak  soto mie; sate padang; sate aya;, bakso; mie ayam pangsit; bubur ayam; siomay; kue pancong; dawet "ayu"; es campur; dan para pedagang buah.

[caption id="attachment_345451" align="alignleft" width="479" caption="Makanan takjil (lontongnya dipotek ponakan kecilku) |Foto: Indria Salim"][/caption]

Ada lagi penjual musiman yang menyediakan kolak; lontong; bihun goreng; dan berbagai jenis bubur manis . Ini adalah jenis makanan takjil.

Takjil sendiri artinya mempercepat (konteks berbuka puasa). Teman-teman biasanya melihat dan belanja kain, atau mulai melirik toko-toko keperluan lebaran. Seru sekali kalau saya mengikuti ibu-ibu berkeliling pasar sebagai bagian dari ngabuburit.

Obrolannya saya sudahi dulu. Masih banyak waktu, dan masih ada stok cerita seputar bulan Ramadhan.

Selamat berpuasa, semoga selalu sehat dan bisa khusyuk puasanya.

Salam Kompasiana.

Silakan Klik Ini: Solidaritas Kebersamaan di Bulan Suci Ramadhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun