Mohon tunggu...
Indriany Zhang
Indriany Zhang Mohon Tunggu... Lainnya - Pribadi

Seorang Ibu Rumah Tangga yang sedang melaksanakan perkuliahan bidang Hukum

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku Lady In Waiting

22 Juli 2023   20:05 Diperbarui: 22 Juli 2023   20:07 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan Ruth inilah yang membuat saya kagum. Dia seorang Wanita muda yang seharusnya bisa memilih sebuah pilihan yang lebih menarik dari pada menjada dan ditambah juga harus merawat seorang janda tua yang "depresi". Ruth dengan kesabarannya bertahan dengan kondisi tersebut selama bertahun-tahun. Dia yang Mengais-ngais rejeki dari sisa-sisa panen gandum di tanah milik seorang tuan tanah yang kaya di sore hari untuk memberi makan mertuanya. Dia memberi diri focus pada pelayananya kepada sang mertua tanpa memperdulikan dirinya sendiri juga memiliki kebutuhan jasmani utnuk terlihat cantik dan menarik juga energik.

Puncak kesabarannya Ruth membuahkan hasil pada saat sang tuan tanah yang sebenarnya sudah mengamat-amati dia selama dia mengais-ngais gandum di tanah miliknya memutuskan mengahmpiri dia dan memulai percakapan singkat dengannya, yang mana si tuan tanah ini ternyata juga masih single dan ternyata pula masih memiliki garis keturunan dengan sang mertuanya Naomi. Ruth menceritakan hal tersebut ke Naomi dan tanpa diduga respon Naomi saat itu sangat bersemangat dan langsung memohon kepada Ruth untuk mau segera melakukan hal-hal yang tujuannya adalah untuk menjadikan si tuan tanah tersebut "penebus" dari kesesakan yang dia alami selama bertahun-tahun.

Singkat cerita Ruth menyetujuinya lalu kemudian melaksanakan semua yang di minta oleh sang mertuanya itu. Alhasil Ruth di persunting oleh si tuan tanahnya tersebut yang Bernama BOAS.

Sejujurnya, pertama kali membaca judul buku ini, yang terbersit di dalam pikiranku adalah bahwa buku ini menceritakan tentang seorang Wanita yang menemukan pria yang tepat, cara menarik pria agar menyukai perempuan. Bahkan ada teman yang respon pertamanya melihat judul buku tersebut bahwa dia mengira itu hanya untuk wanita lajang saja.

Ternyata setelah membacanya, semua yang kami pikirkan salah. Lady In Waiting yang ditulis oleh Jackie Kendall & Debbie Jones ini bukanlah tentang bagaimana menemukan pria yang tepat, namun tentang bagaimana menjadi wanita yang tepat bagi Mempelai Pria Surgawi kita yang sesungguhnya, yaitu Allah pencipta alam semseta.

Di Indonesia pada umumnya, wanita menjadi pihak yang menunggu pinangan. Dan didalam buku Lady in Waiting menuturkan apa yang perlu dilakukan oleh seorang wanita sembari menanti. Tokoh Rut menjadi acuan untuk menjadi wanita yang tepat dalam penantian. Kualitas seorang wanita dalam penantian yang dimaksud adalah wanita yang sepenuhnya mencerminkan gambaran Allah. Wanita yang sepenuhnya puas akan keberadaan dirinya, wanita yang berintegritas, wanita yang hidupnya di isi dengan pelayanan kepada Allah.

Buku Lady In Waiting meruntuhkan tentang asumsi bahwa pernikahan dapat menyempurnakan/ mengutuhkan hidup wanita. Karena banyak wanita yang sudah menikah masih merasa sendiri, merasa tidak memiliki suami yang baik, atau bahkan banyak wanita yang setelah menikah bercerai. Maka, buku tersebut menjelaskan, bahwa keutuhan kita hanya di dalam Dia yang telah menyempurnakan segalanya. Bukan ada di tangan suami.

Buku ini mengajarkan kita bahwa menikah tidak boleh karena faktor alasan usiasudah tua, atau tekanan dari keluarga. Karena menikah harus benar-benar siap lahir dan batin, dimana cara menilai kita sudah siap atau tidak, kita harus bahagia dengan keberadaan kita. Jika dalam kesendirian kitapun kita sudah bahagia, maka kita kelak akan bisa bahagia berbagi hidup dengan pasangan kita, meskin dalam suka atau duka. Syukuri waktu penantian dengan memanfaatkan sebanyak mungkin untuk bergaul dengan Allah.

Karena ketika sudah menikah, tidak dapat dipungkiri bahwa waktu kita bukan lagi sepenuhnya milik kita sendiri. Sudah banyak yang meminta waktu kita. Pasangan, anak, sanak saudara, kerabat, dan lain sebagainya. Semua harus kita beri waktu kita, sehingga 24 jam rasanya begitu cepat berlalu. . Jika ketika masih sendiri perbanyaklah waktu untuk Tuhan, karena jika saat sendiri saja waktu untuk Tuhan tikda ada, apalagi setelah berkeluarga.

Jadi, di akhir artikel ini, saya mengatakan bahwa saya bersyukur sebelum menikah, saya sudah membaca buku ini. Karena banyak sekali manfaatnya. Pengajaran dalam buku Lady in Waiting menjadikanku berpegang teguh dalam suka suka kehidupan pernikahan saya. Sebab, buku Lady in waiting menjadikan Alkitab sebagai referensi topiknya. So, semua sesuai perintah Allah dan selain dari pada itu pilihan kita juga menentukan jalan hidup kita selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun